31. estudiando sena

2.4K 101 36
                                    

rumah rolan tampak bagai kapal pecah kini,
ya itu atas perbuatan nya sendiri, pria itu
meringkuk duduk bersama rokok yang
rolan apit di celah jemari, dan tangan satu
nya lagi menggenggam foto ferasa dimana
tidak lagi dalam bingkai dan botol alkohol
menemani rolan malam ini, dengan sepoyongan
rolan meneguk dalam minuman itu, rokoknya
rolan sesap dalam, membuang asapnya
asal melalui hidung mancung nya, air
mata rolan menitik pelan diatas foto yang
rolan pegang dimana sekali kali rolan peluk

" kamu, kamu jahat Sa.." bergetar pelan bibir
tipis rolan, petir menggelegar menghantam
bumi, kilatan dan angin berlomba lomba

sedari satu jam lalu sudah berangin kencang
dan petir menyambar tetapi hujan tak kunjung
datang, mungkin hujan tidak turut turun andil
mengejek rolan malam ini, bagaimana dengan
pemadaman lampu?

yeah, lampu turut ikut mati, seketika rolan
bagai hilang oksigen, kepalanya berputar
putar memutar kejadian lalu saat windi
mengurungnya di dalam kegelapan, rolan
seketika gamblang, tidak tahu apa yang
harus dia lakukan, rolan rasa oksigen
di sekitarnya menipis, kupingnya memerah
dan kuku kuku jarinya memucat juga bibir
yang dirinya gigi spontan, rolan takut, takut
akan gelap, setidaknya hidupnya saja yang
mengarah ke dalam gelap, jangan gelap
yang datang menghampiri rolan secara
nyata, kedua tangan rolan diri rolan
gunakan menutup kedua telinga, suara
pria itu berdesis perih dengan air mata
yang tidak kunjung berhenti

suara dubrakan jendela begitu keras di tiup
angin, malam semakin larut, botol yang
ada disisi kanan nya rolan hantam kuat
dengan asal hingga pecah " ma.." lirihnya

" mama rolan ga salah ma, rolan ga mau
dikurung, ma tolong rolan.." rolan mengaung
sedih, betapa windi tidak menyayangi rolan,
rolan ingat semua pukulan windi, dada rolan
windi tolak dengan kakinya bahkan windi
pijak kuat hingga rolan kesakitan hebat,
disaat itu rolan hanyalah anak kecil yang
tidak berdaya, anak kecil yang masih
berharap semua pukulan itu berlalu dan
berubah suasana menjadi disayangi
seperti anak lainnya

bukankah anak haram juga punya
perasaan, anak haram berwujud manusia
juga kan? tapi kenapa di najisi, apa karna
asal usulnya yang tidak baik? Jelas.

rolan garuk kuat wajahnya, kenapa
kehadiran rolan didunia ini didasari
ketidakmauan dan ketidakinginan

betapa perih, pedih dan sesaknya hati bagai
di belah belah oleh belati tajam, sakit menerima
bahwa sosok ibulah yang membencinya, rolan
akui, rolan balik membenci windi, kenyataan
itu benar namun seorang anak seperti
rolan tidak berhak memeluk windi sekali
saja, bolehkah? hanya sekali sebelum mati.

saat rolan tahu dirinya anak haram rolan
memilih memejam erat menerima sakit
yang menghantam hati, tidak, tidak hati
saja bahkan tubuhnya, bagai diri dijadikan
samsak tinju, asal kalian tahu, tidak mudah
bagi rolan lamero degore.

saat masa lalu asik menggerogoti rolan,
pelukan seseorang dari balik tubuh rolan
orang itu sambut dengan cara mengelus
dari belakang seketika tangisan pilu tadi
terhenti menjadi ketenangan " lan.." aneh
saat mendengar panggilan itu, jantung
rolan tidak lagi bergemuruh cepat, sekitar
tidak lagi mencekam, bak senter penerang

" rolan, kamu kenapa hm? " suara lembut
sena menghantam telak pendengaran rolan,
tapi aneh nya rolan tidak melawan " naa.."
sena gengganm tangan besar rolan, menyatu
dalam genggaman keduanya, sena bergeser
pelan kedepan pria itu, gelap membuat sena
sulit untuk banyak bergerak bebas, takut
dirinya terpentok benda disana atau terkena
hal tajam lainnya " kamu ngapain? " tanya
sena, sena peluk pelan kepala serta tubuh
besar pria itu dimana rolan otomatis membawa
sena kedalam pangkuan nya, mengukung
dalam wanita itu, rolan cium wangi tubuh
sena tergesa menyatakan bahwa diri rolan
cukup tersiksa

" na, gue ta—takut gelap naa.." rolan menarik
air hingusnya, tangan kanan nya mencekram
kuat bagian paha sena, hingga sena pun
menarik wajah rolan untuk sena bawa
kehadapannya, sena pegang kedua sisi
wajah pria itu " tenang lan, aku disini.."
sena kecup lama pelipis suaminya, lalu
sena satukan kedua hidung mereka
hingga malam dan pekatnya gelap
menjadi saksi betapa benar sangat
sena memedulikan rolan walau sudah
berapa puluh kali rolan mencaci nya
dalam keadaan sadar maupun tidak
sadar, sena berdesis kecil, kuat
cengkeraman rolan dipahanya membuat
sena merasa ngilu dan sakit secara
bersamaan, sena seka pelan air mata
rolan di kegelapan hingga kemudian
lampu menyala terang

lampu yang padam kini menyala menyorot
terang kedua anak manusia itu, rolan banyak
mengeluarkan keringat, pelipis rolan mengerut
dalam melihat posisi sena yang berada di
dalam pangkuannya " awas anjing. " rolan
tolak tubuh sena dari tubuhnya, dengan
tergesa dan cepat rolan mencari foto ferasa
yang sebelumnya pria itu pegangi erat
entah dimana foto itu terlempar, yang
pastinya ada di sekitar rolan

" rolan.." sena sentuh bahu lebar pria itu
namun pria itu tepis kuat hingga sena tertolak
kebelakang dengan kepala yang membentur
sudut meja disana, sena meringis sakit hingga
emosi sena pun naik, mau tak mau rolan
harus sena tampar kuat, shok karena tamparan
yang sena berikan rolan pun terdiam seperti
orang gila yang hilang akal, kemudian sena
naik keatas tubuh rolan, sena cekik batang
leher besar itu dengan tangan kecilnya

" secantik apa ferasa untuk kamu sampe
kamu gilain dia rolan?! " rolan tatapi sena
malas " bukan soal cantik bangsat, tapi
soal dia yang nerima gue dengan hati
yang luas, nerima kurang dan asal muasal
gue, lo ngerti apa.." berkerut dalam alis
rolan menatap sena yang rolan pastikan
hati wanita itu gregetan habis

" KALAU GITU AKU KURANG APA LAN! "
sena meninggikan suaranya, menantang
suaminya yang buta akan rasa cinta sena
terhadap dirinya " mau sampai kapan kamu
ngebuang rasa suka dan ingin lebih tahu
kamu tentang aku, mau sampai kapan lan?! "
sena perlu jawaban, sena tidak mau cintanya
disepelekan, sakit rasanya, manalah mungkin
juga kita bilang, enak rasanya..

posisi rolan yang terlentang dan sena yang
duduk nyaman di perut pria itu pun tidak
mempersulit rolan untuk menopang kedua
sikunya dilantai, matanya menatap dalam
kedua bola mata sena " tingkat rasa percaya
diri lo udah di luar prediksi na, seharusnya
lo harus lebih meneliti letak yang ga disuka
orang dari lo, gue muak anjing. " rolan
tunjuk pelipis sena dengan sedikit tolakan
kecil, sena hanya diam menerima perilaku itu

" na, gue ga nyangkal kalau kita sama sama
sakit, gue ga seegois itu untuk engga mengakui
kalau lo ga sakit nerima perilaku gue ke lo, tapi
sumpah demi apapun na, gue bener bener
ga cinta atau bahkan punya rasa suka sama
lo.." rolan berbicara pelan, tangan nya terangkat
untuk menyelipkan rambut sena ke balik telinga,
kaki pria itu sedikit naik menekuk di belakang
sena, itu rolan lakukan agar sena tidak jatuh
kebelakang kalau kalau rolan bergerak

" cukup menggila nya ya na, kita urus rasa
tanggung jawab masing masing setelah itu
kita pisah, lo sama hidup lo, gue sama hidup
gue, dengan lo jatuh cinta sama gue, itu sama
aja dengan menyiksa diri secara sadar, kita
ada disini, dihubungan ini, karena ada dia. "
rolan ingatkan pelan, lalu tangan besarnya
mengelus bagian samping perut sena

continued—

Ga harus selalu aku ingetinkan?
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

L A M E R O Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang