3

3.2K 205 3
                                    

Typo 🙏
HAPPY READING...!!!




















Malam hari Cio sudah sampai dirumah. Sungguh ini hari yang sangat melelahkan baginya. Ia masuk ke dalam rumah, dan sudah ada sang mami menyambut kedatangannya. Biasanya dulu Anin yang selalu menunggu dia datang. Meskipun Cio pulang larut malam, Anin akan setia menunggu sampai sesekali ia tertidur di sofa ruang tamu. Itu sudah menjadi kebiasaan Anin.

"Bang, malem banget?" Tanya mami.
Cio meletakkan tasnya di atas sofa lalu dia duduk di samping Veranda. Dia usap keningnya yang penuh dengan keringat.

"Iya mi, tadi ada meeting dadakan jadi Abang lembur." Ucap Cio, tangannya meraih secangkir teh hangat yang telah disediakan Mami Ve, lalu meminumnya.

"Kamu jangan terlalu cape bang, inget kesehatan kamu juga. Mami khawatir kalo kamu kaya gini terus." Ucap Veranda, ia mengelus punggung Cio. Ia mengerti anaknya itu terkadang mencari kesibukan di luar hanya sekedar berhenti sejenak dari memori nya bersama Anin.

"Chika gimana mi?" Tanya Cio

"Chika baik-baik aja ko. Ya kalo tantrum dia udah biasa kaya gitu bang. Mami bisa ko ngatasinnya. Kamu tenang aja." Ucap Veranda.
Cio menghela nafas nya lega. Ia tidak usah terlalu khawatir akan meninggalkan Chika.

"Mi, Abang lusa harus ke Bali. Ada proyek baru disana mi." Ucap Cio.

"Ya udah pergi aja, kamu jangan khawatir Chika kan sama mami."

"Bukan itu masalahnya mi."

"Apa?" Tanya Veranda

"Abang harus disana selama 2 Minggu." Jelas cio.

"Kamu ga percaya sama mami buat jagain Chika?" Heran Veranda, kenapa anaknya itu seolah-olah ragu padanya.

"Bukan gitu mi, Abang percaya sama mami. Tapi Abang ga bisa jauh dari Chika mi. Apalagi selama itu." Ucap Cio, dia menyandarkan tubuhnya di sofa. Veranda menatap Cio, dia tau seberapa besar sayangnya Cio pada Chika anak semata wayangnya.

"Kamu harus belajar bang, ini juga demi kebaikan Chika. Kamu kerja kan buat dia. Kamu ga usah khawatir sama Chika. Selama Chika sama mami, pasti Chika baik-baik aja." Ucap Veranda. Cio selalu merasa tenang jika berbicara dengan maminya yang penuh dengan kelembutan itu.

"Iya mi,"

"Mm... Kamu ga ada niatan buat cari pendamping lagi bang?" Tanya Mami Ve sedikit ragu.

"Mi, jangan bahas itu sekarang. Bahkan Anin aja baru setahun yang lalu pergi. Cio ga kepikiran buat cari pengganti dia mi. Cuman Anin yang selalu ada di hati Cio."

"Mami ga nyuruh kamu cepet cari pengganti Anin. Chika itu butuh sosok ibu, bang. Dia ga cukup ada kamu disampingnya. Kamu jangan egois, kamu juga harus liat Chika."

"Cio ga egois mi. Cuman Cio belum siap buka hati buat wanita selain Anin. Anin itu wanita terbaik yang Cio miliki, Mi. Dan ga akan ada yang kaya Anin." Cio berusaha untuk tidak terpancing emosi kala berdebat dengan Veranda. Meskipun di dalam hatinya ia kesal kenapa maminya menyuruh dia untuk mencari pengganti sosok Anin di hidupnya.

"Kamu ga nyari gimana kamu nemuin dia. Semua orang itu ga akan pernah sama. Siapa yang kita temui hari ini belum tentu akan kita temui hari esok. Tapi ga ada yang mustahil, mungkin diluar sana ada sosok seperti Anin. Mami tau ga akan ada yang bisa gantiin Anin di hati kamu, dan juga Chika." Ucap Veranda.

"Cio cape mi, mau istirahat." Cio beranjak dan berjalan menuju kamarnya.

"Sampai kapan kamu akan ada di masa lalu bang? Mami takut, kamu sama Chika ga bisa keluar dari memori bersama Anin." Gumam Veranda, yang melihat kepergian Cio.






BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang