Typo🙏
HAPPY READING...!!!Shani sudah sampai dirumah, dia sedikit terkejut karena ternyata Keenan sudah sampai lebih dulu daripada dirinya. Dengan perasaan sedikit takut , Shani memasuki rumahnya dan Keenan sudah berada di ruang tamu menunggu kedatangannya.
"Kenapa baru sampai?" Tanya Keenan datar.
"Papa?" Ucap Shani sambil mendudukkan dirinya di sofa.
"Apa yang tadi papa bilang di telpon, kamu gak denger?"
"Maaf pah, tadi di jalan macet. Kakak langsung pulang pas papa suruh." Ucap Shani ragu, apakah Keenan akan menerima alasannya.
"Papa gak mau denger atau liat kamu ketemu sama Chika terutama Gracio." Ucap Keenan pada Shani.
"Tapi pah, kenapa?"
"Kamu gak ngerti juga? Kamu itu udah papa jodohin sama Anrez apa kata keluarga mereka kalo kamu ketemu sama cowok lain. Mau disimpan dimana muka papa." Jelas Keenan.
"Kakak gak punya hubungan apapun sama Cio pah, lagian kita baru aja kenal itu juga karena Chika. Kalo kakak ga a ketemu sama Chika juga ga bakalan kaya gini. Kakak cuman mau bantu Chika pah."
Keenan tidak habis pikir kenapa anaknya itu mulai membantah perkataannya."Tetap saja, papa gak suka. Ini yang terakhir kalinya kamu ketemu sama dia, papa gak mau denger apapun itu tentang Gracio ataupun Chika. Dan satu lagi kamu harus selalu berkomunikasi sama Anrez jangan sampai dia ngerasa kamu cuekin, Anrez sering bilang sama papa katanya kamu kaya gak suka sama dia. Kenapa?"
Tanya Keenan.("Harusnya papa tau kenapa.") Batin Shani.
"Kenapa diem?"
Shani menggelengkan kepalanya, dia mencoba menahan apa yang ada didalam hatinya. Jangan sampai semuanya menjadi semakin runyam karena dia tidak bisa mengendalikan dirinya."Cukup, ini yang terakhir papa dapat keluhan dari Anrez. Apapun yang Anrez minta kamu harus ikutin. Jangan sampai perjodohan ini batal, papa gak mau persahabatan papa jadi rusak karena kamu. Inget itu baik-baik kak!" Ucap Keenan sambil berlalu.
Shani hanya terdiam air matanya sudah tidak mampu dia tahan lagi."Kak?" Panggil Imel.
"Mama."
Imel duduk disamping Shani, tangannya mulai merengkuh tubuh Shani yang menangis."Suuttsss, kenapa hm?"
"Papa hiksss."
"Bicaranya di kamar aja ya, jangan disini." Shani mengangguk dan mereka pergi ke kamar Shani di lantai atas.
"Kak?" Panggil Jinan yang berpapasan dengan Imel dan Shani didepan pintu kamarnya.
Shani tidak menjawab pertanyaan Jinan, dia berlalu begitu saja ke kamar. Jinan menaikkan alisnya pada Imel."Gak papa, dari mana aja sih mama gak liat kamu dari tadi?"
"Tidur siang mam." Singkat Jinan.
"Dari pulang sekolah? Sampe sore gini? Ckckck... Sana makan dulu pasti kamu laper kan makanya bangun?"
"Hehehe iya" Jinan tersenyum menampilkan seluruh deretan giginya.
"Ya udah sana."
"Kakak?"
"Udah ini bukan urusan anak kecil." Ucap Imel.
"Anak kecil dari mana sih mam? Aku kan udah SMA, mana ada anak kecil segede gini." Ucap Jinan.
"Mana ada anak SMA yang kalo tidur harus ditemenin sama kakaknya, minta dipeluk lagi."
"Maaamm..." Rengek Jinan sambil melengkungkan bibirnya ke bawah.