27

2.3K 266 23
                                    

TYPO 🙏
HAPPY READING...!!!


















Karena terlalu asik mereka mengobrol, Shani baru pulang ke rumah malam hari. Dia sekarang sudah tidak perduli atas apa yang akan papanya katakan. Hatinya semakin bertekad untuk mengutarakan apa yang dia rasakan pada Keenan. Dia tidak ingin terus menjadi orang lain, yang sesuai dengan permintaan papanya.

Shani perlahan membuka pintu rumahnya, ruang tamu nampak gelap. Tidak biasanya lampu di ruangan itu dimatikan, bahkan ini masih pukul 21:15 pikirnya. Shani kemudian menutup pintu tersebut dengan pelan agar tidak menimbulkan suara.

Ctekk!

Ruangan itu kembali terang, Shani mengerjapkan matanya menyesuaikan dengan cahaya lampu yang tiba-tiba hidup. Terlihat seseorang sedang duduk di kursi, menatapnya tajam. Shani melangkahkan kakinya penuh keraguan untuk mendekati Keenan.

"Dari mana kamu?" Tanya Keenan.

"E... Itu dari... Papa kan nyuruh kakak pergi sama Anrez." Jawab Shani gagap, dia terus mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk berhadapan dengan sang papa.

"Jangan bohong kamu!!!" Ucap Keenan, yang kini berdiri sejajar dengan Shani.

"Papa tanya kamu DARIMANA???" Tanya Keenan, dengan menekan perkataannya.
Shani hanya menunduk, ternyata tidak semudah itu untuk berbicara dengan Keenan.

"Apartemen Siska." Jawab Shani singkat.
Keenan menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Bagus! Kamu udah berani ngelawan papa ya. Papa suruh kamu makan siang sama Anrez tapi kamu malah ke apartemen temen Siska?"

"Tadi kakak pergi sama Anrez, sesuai sama perintah papa."

"Ya terus kamu kenapa malah ninggalin dia gitu aja? Hah??? Sopan kaya gitu? Dia itu calon suami kamu, Kak! Kamu harus turuti kemauan dia." Ucap Keenan.

"TERMASUK MEMENUHI NAFSUNYA PAH???" Teriak Shani, kini dia memberanikan diri karena sudah tidak tahan lagi dengan sikap sang papa yang terus membela Anrez.
Keenan membulatkan matanya, seolah tidak percaya apa yang Shani katakan.

"APA MAKSUD KAMU???" Tanya Keenan.

"ITU MAU PAPA???" Shani memalingkan wajahnya ke sembarang arah, sambil tersenyum smirk.

"Aku gak habis pikir sama papa, bisa-bisanya papa mau jodohin aku sama laki-laki yang kaya dia. Dia bahkan ga tau caranya menghargai seorang perempuan." Lanjut Shani.

"DIA ITU LAKI-LAKI YANG BAIK, GAK MUNGKIN DIA SEPERTI APA YANG KAMU KATAKAN, SHANI!"
Imel yang mendengar suara keributan pun turun dari lantai atas.

"Ada apa ini?" Tanya Imel langsung mendekati Shani, yang sudah menangis.

"Ada apa mas?" Tanyanya lagi pada Keenan.

"Mam hiksss, kakak gak mau ngelanjutin ini semua. Kakak gak sanggup hikks." Adu Shani pada Imel.

"Tenang dulu sayang, ada apa ini sebenarnya?" Tanya Imel lagi,

"Tanya sama anak kamu! Ini juga salah kamu karena kamu terlalu memanjakan dia. Liat dia sekarang jadi gak nurut kan? Aku sebagai papanya berusaha untuk membuat dia bahagia, dengan laki-laki terbaik."

"Baik??? Baik menurut papa, tapi menurutku dia jauh dari kata itu Pah. Aku selama ini berusaha untuk selalu nurut apa kemauan papa, sekalipun itu bikin aku tersiksa. Tapi kali ini aku rasa udah cukup hiks... Aku gak bisa lanjutin ini semua lagi pah!" Shani pun akhirnya mengeluarkan kata-kata yang sudah lama dia pendam.

"SEJAK KAPAN KAMU KAYA GINI? Gak nurut sama papa hah??? Oh... Papa tau sejak kamu kenal sama anak yang GILA itu kan???" Ucap Keenan. Shani yang mendengar perkataan Keenan hatinya merasa sakit.

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang