57

1.7K 292 15
                                    

Typo 🙏
Happy Reading...!!!













Cio dengan panik masih menunggu kedatangan Shani dan juga Chika, sejak 45 menit yang lalu terakhir Shani mengirimkan pesan. Namun mereka masih belum juga sampai, padahal jarak dari cafe tersebut tidak terlalu jauh hanya 20 menit saja. Cio terus berusaha menghubungi Shani, namun nomornya tidak aktif. Rasa khawatirnya bertambah, hatinya mulai tidak enak. Jantungnya ikut berdegup kencang.

"Shani sama Chika ko belum pulang juga Bang?"tanya Ve.

"Belum mi, Cio khawatir mereka kenapa-kenapa."jawab Cio, tubuhnya tak henti bergerak kesana kemari dengan ponsel yang terus ia tatap.

"Kamu tenang dulu, siapa tau Shani kejebak macet. Jangan mikir yang aneh-aneh."Ve pun berusaha menenangkan suasana. Tampak sekali raut wajah Cio yang tegang.

"Gimana Cio bisa tenang mi, Shani gak bisa dihubungi. Udah lumayan lama dari pas dia ngirim pesan. Sampe sekarang belum sampe juga."

"Sini duduk,"titah Ve yang kemudian mendudukkan Cio di kursi. "Kamu jangan negatif thinking kaya gitu, kalo kejadian beneran gimana???"

"Mami ngomongnya kemana aja deh."

"Ya abisnya, kamu sendiri kan yang punya pikiran itu duluan. Tunggu sebentar lagi mereka pasti sampe."ucap Ve, tapi jauh di dalam hatinya juga sama seperti Cio. Hanya saja dia tidak ingin memperburuk suasana.

"Mi, liat ka-os, loh kalian kenapa? Ko kaya panik gitu?"tanya Gita yang menghampiri keduanya. Ia kemudian menatap Cio mencari jawaban darinya. "Bang?"

"Shani sama Chika belum pulang."jawab Ve.

"Udah malem kaya gini? Bukannya tadi kata kak Shani gak lama ya?"

"Makanya, itu yang bikin Abangmu ini khawatir Dek."ucap Ve. Gita pun sekarang ikut merasakan hal yang sama, ia duduk di kursi berhadapan dengan Cio dan Ve.

"Mungkin macet Bang, Abang tenang ya. Adek yakin mereka baik-baik aja ko."ucap Gita, menatap sendu Cio. Ekspresi itu sama ketika peristiwa beberapa tahun yang lalu.

"Itu juga udah mami bilangin sama Abang kamu, tapi tau sendiri kan dia orangnya panikan."

Tin!
Tin!

Sebuah mobil baru saja masuk ke halaman rumah. Mereka dengan kompak berdiri, Cio saat itu juga langsung berlari menuju mobil Shani.

"Sayang!"panggilnya sambil mengetuk kaca mobil Shani yang bahkan belum terparkir sempurna. Shani pun dengan cepat keluar dari mobil. Cio memeluk tubuhnya erat, rasa khawatir itu kini telah berubah menjadi lega setelah melihat kedatangan Shani.

"Hei kamu kenapa mas?"tanya Shani heran, terdengar suara isakan kecil dari Cio yang memeluknya.

"Plis jangan kaya gitu lagi sayang, jangan bikin aku khawatir."Cio melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah Shani, mata mereka saling bertemu tatap. Gurat kesedihan dan kepanikan nampak jelas di wajah Cio.

"Mas?"Cio kembali memeluk Shani.

"Bang, biarin Shani masuk dulu kasian."ucap Ve, yang sedari tadi menyaksikan mereka. Veranda mengerti pasti rasa trauma itu kembali hadir dalam diri Cio. Sampai-sampai ia bersikap demikian.

"Chika mana?"tanya Gita.

"Tolong gendong Chika, Dek. Dia tidur."pinta Shani.

"Iya kak,"jawab Gita, ibu dan anak itu membawa masuk Chika yang sudah terlelap. Cio sama sekali tidak memberikan sedikit ruang untuk Shani bergerak.

"Mas,"lirih Shani. Tangannya mengusap lembut punggung Cio. "Kamu kenapa? Ayo kita masuk, jangan kaya gini." Tanpa sepatah katapun Cio membawa masuk Shani, tangganya ia genggam erat. Lalu mereka berdua duduk di sofa, Cio masih terdiam menatap Shani.

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang