Typo🙏
Happy Reading...!!!Cio masih konsentrasi mengemudi sedangkan Shani sejak tadi hanya diam, sambil merangkul tangan kiri Cio sementara kepalanya bersandar di bahu. Cio sangat merasa nyaman dengan apa yang sedang ia lakukan saat ini bersama Shani. Yang sudah lama ia tidak rasakan, sejak kepergian Anin. Seperti dejavu, dulu pun Anin sangat senang jika ia bergelendotan di lengannya saat mengemudi. Meskipun sedikit kesulitan, tapi Cio berusaha untuk tidak merusak suasana yang ada. Dengan senang hati Cio membiarkan posisi Shani seperti itu. Sesekali ia hanya mengulum senyum, menatap Shani. Jika ia bisa menghentikan waktu, ia akan lakukan.
Ucap syukur pun lebih sering ia katakan didalam hati. Karena bisa lepas dari segala rasa sakit akan kehilangan. Dulu mungkin itu hal yang mustahil terjadi, tapi dengan hadirnya Shani ternyata kemustahilan itu bisa terpatahkan. Memang benar di setiap kesulitan itu pasti ada kemudahan, selama kita bertahan dan bersabar tak lupa di iringi dengan kata ikhlas di dalamnya semua akan terasa ringan. Meskipun nyata tak semudah kata, terkadang terus larut dalam rasa sakit itu sendiri tanpa mencoba untuk lari darinya. Seiring berjalannya waktu, semua rasa sakit itu akan berganti dengan kebahagiaan.
Tuhan tau kalau Cio dan Chika terlalu lama tenggelam dalam rasa kehilangan, sehingga mengirimkan Shani ke dalam kehidupan mereka.
(Jika aku boleh meminta, aku ingin selamanya sama kamu Shan. Sungguh aku sangat bergantung akan kehadiran kamu. Tanpamu apa itu mungkin? Yang Maha Mendengar setiap isi hati hambanya, aku tidak meminta lebih dari apapun. Aku hanya ingin bersama dia. Dia yang aku cinta. Matanya yang indah, ingin selalu aku tatap setiap detik. Senyumnya adalah obat hatiku yang luka. Bagaimana mungkin aku bisa tanpanya.) Gumam Cio dalam hatinya.
"Mas..." Panggil Shani, dengan suara lembutnya dan mata yang terpejam.
"Iya kenapa?"
"Aku mau foto studio mas," ucap Shani spontan. Cio menaikkan alisnya heran, kenapa hari ini banyak sekali hal-hal yang Shani tunjukkan dan inginkan. Yang sebelumnya Cio tidak pernah melihat itu dari Shani. Mungkin karena waktu berdua mereka yang kurang ditambah Shani yang selalu bersama Chika. Shani pun kembali membenarkan posisi duduknya.
"Kenapa gak di hp aja sih sayang?" Cio sekilas menatap Shani.
"Ya kan vibesnya beda kalo di studio, mau ya mas...mau... Plisss... Kita gak pernah foto berdua loh." Ucap Shani memohon pada Cio, dengan mengguncangkan lengannya. Entah kenapa saat ini ia ingin sekali menghabiskan waktu bersama dengan Cio.
"Mau kan mas? Plisss..." Kali ini Shani menyatukan kedua tangannya. Cio sekilas melihat jam tangannya, waktu masih menunjukkan pukul 9 masih ada beberapa jam lagi untuk menjemput Chika. Karena Chika pulang pukul 12.
"Ya udah ayo, kamu tau tempatnya dimana?" Cio pun menyetujui permintaan Shani.
"Aku tau mas, dulu aku sama temen-temen sering kesana. Sekarang giliran aku sama kamu. Ya...itung-itung prewed." Ucap Shani terkekeh.
"Sayang, maaf aku gak kepikiran sampe kesana. Aku malah sibuk ngurusin kerjaan, padahal pernikahan kita tinggal beberapa hari lagi." Ucap Cio dengan suara lirihnya lalu mengusap punggung tangan Shani.
"Aku gak mempermasalahkan itu ko mas, aku aja baru kepikiran. Kapan lagi kan bisa foto studio sama kamu..." Shani kembali menatap ke arah jalanan yang ada dihadapannya. Senyum tipis itu tersungging di bibirnya.
"Bisa dong, kapan pun kamu mau sayang. Kamu kesannya kaya gak ada waktu lagi sama aku." Cio pun kembali dibuat heran berkali-kali dengan pernyataan Shani.
"Ya kan kita jarang foto berdua, pasti selalu ada yang di tengah-tengah." Cicit Shani, pernah satu waktu mereka ingin foto berdua di taman saat mengajak Chika bermain. Namun Chika tidak mengijinkan mereka berfoto berdua. Alhasil Chika pun berada ditengah-tengah mereka. Sejak saat itu tidak ada sama sekali momen Cio dan Shani yang mereka abadikan.