TYPO 🙏
HAPPY READING...!!!Setelah perbincangan selesai dan mereka akan melanjutkan makan malam bersama meskipun tanpa Jinan dan juga Gita. Sementara Shani dari tadi tidak mendengar suara Chika dari ruang mainnya. Ditambah gadis kecil itu tidak datang mencarinya.
"Aku mau liat Chika dulu." Ucap Shani pada semua orang yang ada diruang tamu. Shani berlalu lebih dulu.
"Aku ikut," timpal Cio.
"Kamu jangan macem-macem dulu! Belum waktunya." Bisik Ve pada Cio.
"Mami apaan sih? Cio tau apa yang harus dilakukan dan yang nggak." Jawab Cio di angguki Ve.
"Om, Tante Cio ijin mau liat Chika."
"Ya sudah, nanti kamu langsung ke ruang makan aja. Kita makan malam bersama." Ucap Imel.
"Iya Tan."
Ceklek, pintu ruangan itu pun Shani buka dengan pelan oleh Shani. Pantas saja Chika tidak mencarinya, saat ini dia sudah tertidur lelap di depan tv yang menyala dengan kartun kesayangannya.
"Bobo," ucap Shani pada Cio yang ada disampingnya.
"Pantesan gak ada suaranya." Cio dan Shani mendekat pada Chika yang tidur beralaskan karpet bulu yang tebal, berwarna putih. Shani dan Cio pun duduk disana.
"Gak usah dibangunin kasian." Ucap Shani saat Cio akan menyentuh kening Chika. Cio pun kembali menarik tangannya.
"Sayang, aku mau bawa Chika pulang. Aku kangen sama dia." Lirih Cio, menatap Shani.
"Tapi dia lagi tidur, aku gak tega banguninnya juga. Dia pasti nangis kalo tidurnya diganggu." Ucap Shani.
"Gak bakalan sayang, percaya deh sama aku. Kamu mau aku gak bisa tidur lagi?" Ujar Cio, berharap Shani akan mengijinkan Chika untuk pulang bersamanya malam ini.
"Aku..."
Cio menyentuh punggung tangan Shani dan mengusapnya lembut."Aku tau kamu gak bisa jauh dari Chika, kita masih harus nunggu dua Minggu lagi supaya kita bisa sama-sama tanpa ada penghalang apapun. Kamu sabar dulu ya, aku juga pengen cepet-cepet kita satu atap dan hidup bahagia." Ucap Cio memberikan pengertian pada Shani.
"Jujur aku juga nanti pasti bakalan sama kaya kamu. Chika udah biasa ada disini, aku pasti bakalan kangen sama dia."
"Malam ini aja ya, aku mohon."
"Ya udah, kamu ayahnya. Kamu yang lebih berhak atas Chika." Jawab Shani.
"Sut kamu gak boleh bilang gitu, kamu juga kan sebentar lagi jadi mamanya. Kamu juga punya hak atas Chika. Makasih ya kamu sudah bersedia untuk hidup sama kita. Maaf aku mungkin bukan laki-laki yang sempurna, tapi aku akan selalu berusaha memberikan semua yang terbaik untuk kamu, juga untuk Chika dan untuk adik-adiknya Chika nanti." Cio terus menatap calon istrinya itu, ada kedamaian dan ketenangan dalam sorot matanya.
"Aku sayang sama kalian tulus. Semoga apa yang menjadi rencana kita ke depannya selalu diberi kelancaran." Ucap Shani.
"Aamiin..." Kompak mereka.
"Jadi boleh nih aku bawa Chika pulang?" Tanya Cio.
"Ya udah boleh. Tapi kalo dia nanyain aku, kamu harus cepet-cepet bawa dia kesini. Atau kabarin aku biar aku yang kesana." Pasrah Shani, mau tidak mau dia harus mengijinkan Chika untuk dibawa pulang.
"Kita makan malam, biarin dia sampe pules dulu." Imbuh Shani.
"Iya, "jawab Cio yang mendekatkan wajahnya pada kening Chika.