Typo🙏
HAPPY READING...!!!"Papa kenal?" Tanya Imel pada Keenan.
"Loh itu kan yang meeting sama Kaka pah." Sambung Shani.
"Iya dia rekan bisnis papa. Papa mau telpon dia. Pasti dia khawatir banget."
"I iya pah." Ucap Shani. Dia senang Chika akan bertemu dengan keluarganya. Tapi Shani juga sedih yang itu tandanya dia akan berpisah dengan Chika. Anak yang beberapa hari ini dia rawat dengan sepenuh hati.
"Alhamdulillah akhirnya Chika bisa ketemu sama orang tuanya." Ucap Imel. Dia yang melihat perubahan sikap Shani merasa bingung apa yang terjadi pada Shani.
"Ka, kamu kenapa?" Tanyanya.
"Kaka mau ke atas dulu mam." Shani berlalu begitu saja. Sementara Keenan masih menghubungi Cio.
Tuutt
"Halo Cio?"
"Ha halo Pa, ada apa bapa telpon saya ya?"
"Anak kamu ada dirumah saya."
"Apa??? Bapa serius?"
"Kamu tidak percaya sama saya?"
"E maksud saya bukan seperti itu pa."
"Boleh sama minta alamat rumah bapa?"
"Nanti saya sharelock. Kamu ga usah khawatir dia baik-baik aja."
"Iya pa terimakasih, terimakasih banyak pa."
"Iya, saya tunggu dirumah."
"Baik pa"
Setelah menerima kabar baik itu Cio segera pergi ke rumah Keenan. Perasaannya sangat lega juga bahagia karna Chika ditemukan dan dalam keadaan baik-baik saja. Didalam mobil Cio terus berpikir jika Chika berada di rumah Keenan berarti dia sekarang bersama Shani. Pasti Chika menganggap Shani itu Anin. Entah apa yang harus dia lakukan, itu menjadi urusannya nanti. Yang terpenting sekarang Chika sudah ditemukan.
Shani memasuki kamarnya, dia melihat Chika yang tidur lelap. Shani duduk di sampingnya, dia mengelus lembut pipi Chika. Perasaannya kini campur aduk, antara senang atau sedih. Mengingat Chika sebentar lagi akan pergi darinya.
"Sayang, akhirnya papa kamu bisa jemput kamu. Aku sedih kamu bakal pergi dari aku. Tapi aku juga seneng kamu bisa kumpul lagi sama keluarga kamu. Aku ga punya hak buat nahan kamu disini. Meskipun aku ga mau kamu pergi dari sini. Aku sayang banget sama kamu dek." Shani mencium seluruh wajah Chika.
***
Cio sebelumnya sudah mengabari Veranda kalau Chika sudah ditemukan.
Butuh waktu satu jam untuk sampai dirumah Keenan. Cio sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Chika. Cio perlahan turun dari mobilnya. Seorang security menyambut kedatangannya didepan pintu gerbang."Selamat siang pa"
"Siang"
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya security.
"Saya mau bertemu pa Keenan, pa."
"Sebelumnya sudah ada janji?"
"Sudah" singkat Cio.
"Baik, silahkan masuk pa."
"Terimakasih"
Cio perlahan memencet bel rumah itu.
"Maaf cari siapa pa?" Ucap bibi
"Saya mau ketemu pa Keenan mba."
"Silahkan duduk pa. Saya panggilkan dulu bapaknya."
"Iya mba"
Cio melihat ke sekeliling rumah. Rumah yang sangat mewah, pantas Keenan ini di juluki konglomerat terkaya. Dan memang benar bisa dilihat dari rumah yang begitu megah dan mewah. Meskipun rumah Cio juga mewah, tapi ini mungkin beberapa kali lebih mewah seperti istana kerajaan.
Toktoktok
Imel membuka pintu kamarnya.
"Bu, permisi"
"Iya Bi" ucap mama.
"Dibawah ada yang nyari bapa, Bu."
"Siapa?" Tanya mama.
"Saya lupa nanya Bu, dia laki-laki."
"Mungkin Cio, mam" sambung Keenan. Dibalas anggukan Imel.
"Ya sudah saya permisi Bu, Pa."
"Iya Bi."
Keenan dan Imel menemui Cio yang sudah berada di ruang tamu.
"Gracio" ucap Keenan, Cio segera bangkit dari duduknya dan berjabat tangan dengan Keenan dan juga Imel.
"Pa Keenan, Bu"
"Silahkan duduk." Ucap Imel
"Jadi Chika anak kamu."
"Iya pa, anak saya itu lagi sakit." Ucap Cio.
"Sakit? Dia baik-baik aja ko selama disini." Ucap Imel.
"Dia mengalami trauma di masa lalu Bu."
(Sepertinya apa yang Kaka bilang itu benar) batin Imel.
"Anak kamu baik-baik aja disini, Cio."
"Chika sekarang ada dimana pa?" Tanya Cio.
"Chika nya lagi tidur, dia sama Shani." Ucap Imel.
"Kamu tau kan anak saya Cio?" Tanya Keenan.
"Tentu pa, saya mengucapkan banyak terimakasih bapa dan keluarga sudah menjaga dan merawat anak saya. Maaf sudah merepotkan kalian."
"Kami ga kerepotan Cio, justru dengan adanya Chika disini keluarga kita jadi lebih hangat lagi." Ucap Imel.
"Terimakasih Bu, saya sudah putus asa Pa. Harus cari Chika kemana lagi."
Imel memutuskan untuk pergi ke kamar Shani. Dan memberi tahu Shani kalau Cio sudah datang untuk menjemput Chika.
"Ka, bangun" panggil Imel.
"Kenapa mam?"
"Papanya Chika udah dateng, dia mau jemput Chika."
"Tapi Chika tidur mam."
"Udah ga papa nanti biar papanya kesini buat bawa dia. Jangan dibangunin." Shani menatap Chika
"Kamu ga papa ka?"
"Jujur Kaka sedih mam, Chika mau pergi dari sini."
"Dia kan mau kembali sama keluarganya sayang. Kamu ga usah khawatir." Ucap Imel sambil mengusap pundak Shani.
"Gimana kalo nanti dia kambuh lagi trauma nya mam? Setelah pergi dari sini."
"Biar itu jadi urusan keluarganya Chika, sayang. Kamu cukup bantu Chika sampai disini. Kamu jangan terlalu jauh ikut campur urusan Chika dan keluarganya."
"Tapi mam..."
"Udah, sekarang kamu temuin dulu Papanya Chika."
Shani pun mengikuti Mamanya dari belakang. Saat menuruni tangga mata Cio tertuju pada Shani. Wanita yang ingin sekali dia temui. Pantas saja Chika tenang berada disini. Karna dia bersama orang yang selama ini dia rindukan."Bu Shani" Cio bangkit dari duduknya, dan berjabat tangan dengan Shani. Hatinya sungguh bahagia melihat Shani. Dia melihat sosok Anin ada di diri Shani.
"Pa Gracio."
"Terimakasih Ibu sudah merawat dan menjaga anak saya. Maaf sudah merepotkan."
"Tidak apa-apa pa, saya juga senang bisa merawat Chika. Oh iya ada banyak pertanyaan yang ingin saya tanyakan itu juga jika anda berkenan untuk menjawabnya." Ucap Shani pada Cio. Sementara Imel dan Keenan hanya menyimak saja.