TYPO 🙏
HAPPY READING...!!!Cio mendapat kabar kalau orang yang berniat jahat pada Shani sudah di amankan malam itu juga. Ada rasa lega dalam dirinya, karena orang tersebut memang pantas untuk diberi hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Shani pun demikian akhirnya dia terbebas dari Anrez, orang yang selama ini menekan hidupnya.
Shani dan Chika sudah siap akan pergi sesuai dengan rencana mereka, begitupun dengan Cio dia lebih dulu berganti baju.
"Udah siap?" Tanya Cio yang memasuki kamar Chika.
"Udah," jawab Shani sambil merapikan rambut Chika yang baru selesai dia kepang.
"Anak papa cantik banget sih," Ucap Cio berjongkok didepan Chika yang duduk di kursi riasnya. Dia tatap lamat-lamat putri kecilnya itu yang sungguh mirip dengan mendiang istrinya.
Dulu Cio melihat mata itu hanya ada kesedihan dan kehilangan, tidak ada binar cahaya yang terpancar dari wajahnya. Tapi sekarang berbeda dengan hadirnya Shani, Chika perlahan kembali seperti dulu. Bukankah itu yang dirinya do'akan selama ini? Gadis kecil itu pun hanya tersenyum pada Cio, senyum yang dulu sangat sulit ia lukis di wajahnya. Tapi kini dengan mudahnya Chika berikan."Aku duluan," pamit Shani pada Cio.
"Mamaaa... Jangan tinggalin Chika."
"Nggak, itu sama papa. Mama mau ke bawah duluan ya." Ucap Shani, gadis kecil itu terus menatap kepergian Shani.
"Yuk, kita berangkat. Papa gendong ya?" Chika pun dengan senang hati menerima tawaran Cio.
Sementara itu diruang tengah Veranda sedang menerima telpon dari seseorang. Shani saat menuruni tangga tidak sengaja mendengar percakapan mereka.
"Kenapa lagi pak?"
"..."
"Ya ampun... Anak itu bener-bener deh. Bikin ulah terus."
"..."
"Baik kalau begitu pak, saya akan kesana. Terimakasih." Ucap Veranda.
Veranda memutus panggilan tersebut.
"Bisa gak sih dek, sehari aja kamu tuh gak bikin mami pusing!" Gerutu Ve.
"Kenapa Tan?" Tanya Shani penasaran karena melihat Veranda sepertinya kesal setelah menerima panggilan.
"Shan? Itu adeknya Cio bikin ulah lagi disekolah, kali ini dia berantem katanya sama temennya." Cerocos Ve.
"Shani juga punya adik Tan, dia juga sering bikin ulah di sekolahnya. Sampe mama juga sering dipanggil sama pihak sekolah karena kelakuan dia." Ucap Shani.
"Kenapa mi?" Tanya Cio sambil menghampiri mereka yang sedang duduk di sofa.
"Mau sama mama pah," tunjuk Chika pada Shani.
Cio pun menurunkan Chika dari gendongannya."Sini sayang," Panggil Shani. Chika berlari kecil ke arahnya, dan Shani mendudukkan Chika di pangkuannya.
"Adek kamu bikin ulah lagi Bang, mami capek. Kapan sih dia jadi anak yang baik, gak bikin ulah terus. Mami lama-lama bisa mati berdiri kalo kaya gini terus. Baru aja tadi pagi mami nasehatin, jangan bikin ulah, jangan bikin ulah. Eh taunya apa coba? Guru BK dia telpon, katanya adek kamu berantem." Adu Ve pada Cio, dia sudah kehabisan akal bagaimana cara menghadapi kelakuan anak perempuannya itu yang bertingkah seperti laki-laki.
Sementara Cio hanya menanggapi cerocosan Ve dengan santainya."Udahlah mi, gak usah dipikirin. Adek kaya gitu juga pasti ada alasannya. Dia gak mungkin berantem tanpa alasan." Ucap Cio, dia paling tau bagaimana Gita. Gita tidak akan memulai sesuatu jika tidak ada yang mendahuluinya.