BAB 1

532 50 0
                                        

New York, 2023

"Gershwin Theatre, Mam?" tanya supir Uber yang Tatjana pesan ketika ia masuk dan duduk di kursi penumpang.

"Yes, and I'm about to late," jawab Tatjana, membuat supir Uber itu mengerti kalau ia harus cepat supaya penumpangnya tidak terlambat.

Tatjana diam dan memeriksa ponselnya. Ia hampir terlambat dan ia tidak suka dengan keterlambatan. Baginya, terlambat adalah sebuah dosa yang sangat berat dan tidak dapat diampuni.

"Emmett?" panggil Tatjana ketika teleponnya diterima oleh kakak ketiganya. "Aku sepertinya akan terlambat.. sedikit.."

Di ujung sana, kakak laki-lakinya itu tertawa. "Santai. Kamu tidak akan terlambat."

Tatjana menarik dan menghembuskan napasnya. "Ini adalah hari terakhirku sebagai Glinda dan aku justru akan terlambat, Emm."

"Hey Sister. Pertunjukan kita pukul tujuh malam, kamu tahu kan? Dan sekarang baru pukul dua sore. Kamu tidak akan terlambat."

Tatjana menganggukkan kepalanya dan segera mematikan telepon. Ia kembali bersandar pada sandaran kursi dan menghembuskan napas. Untuk beberapa saat, ia hanya menatap ke arah luar jalanan kota New York, tempatnya bersembunyi selama dua tahun terakhir.

Pikirannya kembali ke lima tahun yang lalu, ketika dirinya terjaga dari tidur yang membuat seluruh tubuhnya sakit. Saat itu, ia tidak memiliki siapapun yang ia kenali.

Setelah pulang ke rumah orangtuanya, Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke Inggris dan menghabiskan dua tahun untuk menyelesaikan kuliahnya. Lalu, segera pindah ke New York untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang magister di Universitas Columbia.

Sekarang, dirinya sudah kembali menyelesaikan perkuliahannya dan tidak tahu harus bersembunyi ke mana lagi. Karena, kemanapun dirinya bersembunyi, ada seorang psikopat yang selalu saja berhasil menemukannya.

Tatjana segera keluar dari Uber ketika mereka tiba dan di sana, Emmett sudah menunggunya.

Emmett adalah kakak ketiganya yang berhasil menjadi sutradara untuk drama musikal The Wicked, salah satu drama musikal yang sangat terkenal di Broadway.

"Hey. Apa aku bilang kan? Kamu tidak akan terlambat," kata Emmett dengan senyumannya. Mereka berdua berjalan memasuki Gershwin Theatre dan Emmett kembali berkata, "Kamu benar-benar yakin akan meninggalkan Glinda?"

Ya. Selama satu tahun terakhir, Tatjana memerankan karakter Glinda untuk drama musikal ini. Tentu saja tanpa bantuan dari Emmett. Ia melakukan audisi sendiri dan akhirnya dapat diterima untuk memerankan karakter itu.

Tidak ada yang tahu kalau dirinya dan Emmett adalah saudara. Karena selama ini, Tatjana merasa kalau dirinya hanya menikmati peran sebagai putri dari keluarga Suwaryono, tanpa pernah melakukan usaha apapun.

"Aku sudah menyelesaikan kuliahku, Emm. Aku harus pergi dari kota ini," kata Tatjana. "Mungkin aku bisa pergi ke New Zealand dan membuka bisnis roti di sana."

Emmett tidak membalas senyuman Tatjana, karena tahu alasan dari pindahnya Tatjana. "Aku masih belum menghilangkan niat untuk menghajar dia, kalau kamu berubah pikiran."

Tatjana menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin kelima saudaranya ikut campur dengan urusanya dan psikopat itu. "Aku akan mengurusnya."

"Bersembunyi dan menghindar bukanlah cara yang tepat untuk mengurusnya, Tatjana," jawab Emmett yang terlihat sangat putus asa. "Kamu memiliki lima kakak laki-laki yang siap menghajarnya."

Tatjana tertawa. Ia berusaha untuk tertawa.

Seharusnya, ia meminta semua kakaknya untuk memberikan pelajaran kepada sang raja Balwanadanawa yang sama sekali tidak ia kenali, namun selalu mengganggunya itu.

Ia masih belum mengingat apapun. Sangat mudah baginya untuk meninggalkan pria itu. Namun, ada bagian di dalam hatinya yang melarangnya untuk melakukan itu.

Hati dan logikanya tidak lagi sama, setelah dirinya membuka mata, empat tahun yang lalu.

"Aku sendiri yang akan memukulnya, Kak. Aku adalah Tatjana Ruby Suwaryono. Aku tidak  memerlukan siapapun untuk menghapus pria seperti dia. Aku cuma.. yakin kalau dia tidak akan lagi menggangguku. Pria pasti akan lelah pada akhirnya kan, Kak? Empat tahun adalah waktu yang lama. Dia pasti menemukan wanita lain—yang tentu saja tidak lebih dariku—dan aku bisa memulai hidupku di New Zealand," jawab Tatjana dengan penuh percaya diri.

Emmett diam. Bukan karena ia tidak mempercayai ucapan adiknya ini. Namun, karena ia akhirnya merasa kalau Tatjana adalah adiknya. Orang yang sama, meskipun Tatjana tidak mengingat apapun.

Tatjana masih terlihat percaya diri dan sombong, seperti adiknya yang dulu.

Mereka sudah tiba di ruang ganti para pemain dan sebelum membuka pintu, Emmett menatap Tatjana. "Jadi, sudah siap untuk melakukan tugas terakhirmu?"

Senyum Tatjana merekah dan ia menganggukkan kepalanya. Ia akan melepas Glinda dengan penuh kebahagiaan.

***

Amara Dishwa adalah seorang presenter dan sudah berkecimpung di industri itu selama sepuluh tahun terakhir. Ia adalah seorang presenter hebat dan sekarang dipercaya untuk membawakan acara dengan sang raja kerajaan Balwanadanawa. Raja yang hari ini terlihat sangat tampan, mendominasi dan juga seksi dengan setelan Kiton K50 miliknya.

Ia adalah wanita berusia empat puluh tahun dan merasa kalau dirinya kehilangan kendali di hadapan pria ini.

"Jadi, Yang Mulia Raja—Anda tidak boleh keberatan dengan panggilan itu—apakah yang membuat Anda memutuskan belum menikah? Empat tahun Anda menjalanan tugas tanpa didampingi oleh seorang ratu," kata Amara.

Ia sangat bersyukur dengan pertanyaan yang dituliskan oleh timnya ini. Karena, siapapun pasti sangat menantikan jawaban ini, terutama dirinya, tentang alasan mengapa sang raja dari kerajaan yang sangat maju di negara ini masih memutuskan untuk melajang.

"Ratuku masih memutuskan untuk menghindariku dan aku memutuskan untuk mengikuti permainannya," jawab Derish dengan sedikit senyuman, yang membuat jantung Amara berdebar.

Sebuah senyuman kecil pun mampu mengguuncangnya? Astaga.. sang raja muda adalah spesimen yang sangat jarang ia temui.

"Berarti Anda sudah menemukan wanita yang Anda pilih? Benarkah isu yang selama ini beredar, bahwa dia adalah teman kuliah Anda?" tanya Amara.

Mendengar pertanyaan itu, Derish menatap Amara, membuat Amara mengulangi pertanyaan itu di dalam hatinya. Ia merasa sudah melakukan kesalahan hanya karena mendapatkan tatapan seperti itu dari sanga raja.

"Bukan aku yang memilih. Dia adalah sepalih gesang-ku. Untuk hal ini, dia lah yang memilihku," jawab Derish. "Hanya ada satu sepalih gesang untuk satu jiwa, dan dialah orangnya. Dan untuk pertanyaan terakhir itu.. Ya. Dia adalah teman kuliahku, wanita yang tidak terpengaruh dengan kedudukanku, yang bahkan menganggapku sebagai seorang gay."

Derish tahu kalau dirinya tidak bisa bicara banyak tentang hal ini, namun ia tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Ia ingin sepalih gesang-nya yang kini sedang menghindarinya mengerti kalau dirinya sangat mencintainya.

"Dia mengatakan kalau Anda adalah seorang gay?" tanya Amara yang tidak bisa menahan tawanya. "Dia pasti wanita yang sangat.. unik.."

"Dia satu-satunya untukku," jawab Derish.

"Jadi, tidak akan ada wanita yang berkencan dengan Anda, selain calon ratu yang sekarang sedang menghindari Anda?" tanya Amara. "Apa yang membuatnya menghindari Anda, Yang Mulia?"'

Kini Derish tertawa mendengar pertanyaan itu. "Mungkin karena aku tidak tampan?"

Seisi studio tertawa mendengar ucapan dari sang raja. Karena, siapapun tahu kalau ketampanan bukanlah masalah bagi sang raja.

Lalu, Derish kembali menambahkan, "Aku tidak akan mengatakan apa yang membuat calon ratuku menghindariku. Jadi, bisakah kita membahas hal yang lebih menarik? Kisah cintaku tentu saja bukan headline untuk acara berbasis bisnis seperti ini, bukan?"

Bersambung

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang