BAB 26

189 26 1
                                    

Tatjana kembali ke Balwanadanawa dengan perasaan was-was. Ia tak henti-hentinya merasa khawatir dan menahan diri untuk tidak selalu memegangi perutnya, tidak ingin menimbulkan kecurigaan kepada siapapun. Namun, tentu saja usahanya itu tidak berhasil. Ia merasa bahagia, sampai-sampai dirinya ingin memberitahukan siapapun yang melewati dan menundukkan kepala ke arah kereta kudanya tentang kehamilannya. Tapi di sisi lain, ia harus menjaga berita ini rapat-rapat.

Ia memutuskan untuk tidak memberitahukan kepada siapapun tentang kehamilannya. Beruntungnya, keluarganya memiliki saham yang sangat besar di rumah sakit Madistra, sehingga sangat mudah untuk meminta pihak manapun untuk tidak membocorkan rahasia besar ini.

Berita kehamilannya tentu saja akan menjadi berita yang sangat besar. Karena, kehidupan pernikahannya sudah sangat ditunggu-tunggu.

"Yu, semuanya akan baik-baik saja," kata Wahyuni yang tahu sumber kekhawatiran dari Tatjana.

"Rahasiakan hal ini ya, Wahyuni," kata Tatjana sambil menggenggam tangan Wahyuni.

Wahyuni menatap ke luar jendela dan melihat situasi cukup aman untuk dirinya bicara dengan Tatjana. "Ada hal lain yang Raden Ayu takutkan?"

"Aku takut kehilangan bayiku," jawab Tatjana dengan suara pelan. Bagaimanapun juga, ia tahu kalau setiap permukaan yang ada di istana ini seolah bisa mendengar.

"Bayi ini, Raden Ayu.. Kulo akan menjaganya, dengan jiwa dan hati Kulo. Raden Ayu tidak sendirian di kedhaton ini."

Tatjana menganggukkan kepalanya. "Terima kasih.."

"Kulo akan memasang mata terhadap Raden Ayu Sekar. Kulo akan memastikan kalau beliau tidak akan mengganggu sedikitpun perkembangan calon penerus Kedhaton ini, Yu.."

Kereta kuda mereka perlahan berhenti, tanda kalau sekarang mereka sudah tiba di Payon Omah Utama, kediaman Tatjana dan Derish. Ia memang meminta untuk langsung ke Payon Omah Utama, tanpa singgah ke Kedhaton Utama terlebih dahulu.

"Yu?" panggil Wahyuni yang sudah lebih dulu turun dan mengulurkan tangannya untuk membantu Tatjana turun dari kereta kuda.

Tatjana akan turun dari kereta kuda, namun ia merasa takut. Bagaiamana jika ia melangkah dari ketinggian ini, dan menyebabkan bayinya merasa sakit?

Ia tidak ingin menyakiti bayinya.

"Mas Dadang, tolong ambilkan tangga untuk Gusti Kanjeng Ratu," kata Wahyuni yang sangat mengerti jalan pikiran Tatjana saat ini.

Dadang yang memang merupakan pengawal Tatjana pun menganggukkan kepala dan mengambil tangga kecil yang ada di kereta kuda ini.

"Yu, bisa turun sekarang," kata Wahyuni lagi sambil mengulurkan tangannya.

Perlahan, Tatjana akhirnya melangkah dan menuruni kereta kuda. Ia menarik dan menghembuskan napasnya dan sekali lagi, berusaha utuk tidak terus menerus memegangi perutnya.

"Bunga-bunga krisan mulai bermekaran, Yu," kata Wahyuni yang berusaha untuk mengalihkan pikiran Tatjana.

Tatjana menatap ke arah kebun bunga krisan yang bisa ia lihat dari beranda Payon Omahnya dan tersenyum. Bayinya pasti akan sangat senang ketika melihat pemandangan yang sangat indah di Kedhaton ini.

Walaupun kedhaton ini sangat besar, ia akan memastikan kalau bayinya tetap bisa merasakan tempat ini sebagai rumah yang hangatt.

"Mbakyu?" panggil seseorang yang membuat Tatjana menoleh.

Beruntungnya, Tatjana tidak langsung tersenyum ketika melihat Aghiya yang sudah sepenuhnya terlihat seperti seorang pria dewasa di hadapannya. Terakhir kali ia melihat Aghiya, pria itu masih suka berlarian.

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang