Derish memasuki kandang kuda dan mendapati kuda miliknya sedang beristirahat. Di kandang ini, hanya ada beberapa kuda yang biasa ia atau para pangeran gunakan. Akhir-akhir ini, ia sering mengunjungi tempat ini jika dirinya sedang bersembunyi dari semua orang yang selalu ingin bertemu dengannya.
Tentu saja Derish merasa sangat lelah, namun ia harus menerima tanggung jawab yang sudah harus ia lakukan ini. Ia melakukan tugas dan tanggung jawabnya ini dengan sepenuh hati, namun terkadang ia memerlukan waktunya sendiri.
Ia sangat mencintai Balwanadanawa, dengan keindahannya dan juga rakyatnya sehingga ia tidak pernah mengeluh kepada siapapun.
"Kang Mas?"
Derish menoleh dan baru menyadari kalau dirinya tidak sendirian di sini. Di salah satu bilik kuda, ada Aghiya yang baru keluar dari sana. Ia tersenyum dan menghampiri adik tirinya itu.
"Kamu sudah lama berada di sini?" tanya Derish.
"Tidak juga. Kulo baru berada di sini dan mendengar suara pintu kayu terbuka. Kulo pikir awalnya itu adalah salah satu kuda yang kabur karena tidak tahan dengan kadhaton ini," jawab Aghiya dengan senyumannya.
Mendengar itu, Derish tertawa. "Apakah kuda juga tidak merasa nyaman di sini?"
"Sepertinya begitu. Maka dari itu, kulo berusaha untuk merawat mereka semua. Setidaknya, mereka bisa mendapatkan perawatan yang baik di tempat yang tidak selalu menyenangkan ini," jawab Aghiya.
"Kang Mas tidak bahagia dengan hadirnya Mbakyu Tatjana?" tanya Aghiya lagi.
Derish menghela napasnya dan menatap langit Balwanadanawa dari salah satu bagian kandang yang tidak memiliki atap. "Kang Mas merasa kalau Kang Mas sangat egois membawanya ke tempat dimana dirinya kehilangan ingatannya. Kang Mas terlalu percaya diri dan berpikir kalau Kadhaton mungkin akan membantu Kang Mas untuk mendapatkan Tatjana kembali."
Aghiya diam, membiarkan Kang Mas-nya menatap langit lebih lama lagi. Karena ia tahu kalau Derish tidak pernah lagi menatap langit sebebas ini. Derish sangat disibukkan dengan urusan kerajaan dan tidak memiliki waktu untuk menengadah menatap langit seperti ini lagi.
Lalu, setelah cukup lama, Aghiya berkata, "Kulo menyukai Kang Mas dan juga Mbakyu bersama."
Ada satu hal yang tidak diketahui oleh siapapun yang ada di Balwanadanawa ini. Bahwa empat tahun yang lalu, dirinya sangat menyukai Tatjana. Namun sekarang, ia merasa kalau Tatjana memang hanya untuk Derish, setelah apa yang sudah mereka lewati.
"Kang Mas seharusnya meyakinkan Mbakyu untuk menikah dengan Kang Mas."
Sebuah senyuman pahit terbit di bibir Derish. "Kang Mas sudah melakukannya selama empat tahun ini."
"...."
"Kang Mas hanya bingung, Dimas.. Apakah yang diinginkan oleh langit? Apakah Kang Mas belum begitu berusaha sehingga langit belum mempersatukan kami? Atau sebenarnya, dari semua kegagalan yang Kang Mas rasakan ketika berusaha untuk Tatjana, sebenarnya itu adalah tanda dari langit supaya Kang Mas berhenti?"
***
Sekar masuk ke payon omah Dhami ketika Derish sudah meninggalkan tempat itu. Kali ini, ia membawa senampan penuh makanan yang diangkut oleh dayang-dayangnya. Sekarang sudah pukul sebelas malam dan ia yakin kalau Tatjana belum memakan apapun.
Ia tersenyum ketika mendapati Tatjana yang belum tertidur di kamarnya. "Ibu khawatir kedatangan Ibu mengganggu tidurmu. Beruntungnya, kamu belum tidur, Tatjana. Ibu membawakan makan malam untukmu."
Sebenarnya, Tatjana sama sekali tidak mengantuk. Tidak bisa tertidur setelah apa yang menimpanya hari ini. Bahkan, Wahyuni pun tidak bisa membantunya untuk tertidur. Akhirnya, ia memilih untuk duduk di tepi jendela kamar dan menikmati langit yang benar-benar bertabur bintang.
"Aku enggak lapar, Tante," jawab Tatjana.
Bagi Tatjana, jawaban itu adalah jawaban yang cukup sopan untuk menolak pemberian Sekar. Namun, Tatjana bisa melihat perubahan pada raut wajah Sekar. Bibir yang sedari tadi hanya tersenyum itu sedikit berkedut ketika mendengar apa yang diucapkannya.
"Tapi perutmu memerlukan makan, Tatjana," kata Sekar lagi, dengan lembut. "Kamu akan sakit jika melewatkan waktu makanmu."
Untuk beberapa saat, Tatjana menatap makanan-makanan itu dan baru menyadari kalau dirjnya lapar. Ia juga bisa melihat kalau makanan-makanan itu tidak memiliki bahan-bahan yang mengandung gluten.
"Aku enggak akan makan. Derish sudah janji mau membawakan makanan untukku," jawab Tatjana lagi.
Akhirnya, Sekar kembali mengulas senyumannya dan kini ia melupakan nampan makanan yang dibawakan oleh dayangnya. Ia berjalan menuju ke dipan Tatjana dan duduk di tepiannya.
"Kamu pasti sangat ketakutan disini," kata Sekar sambil membetulkan rambut Tatjana yang tergerai dan sedikit berantakan. "Terlebih ketika kamu tiba-tiba terjaga empat tahun yang lalu, dan melupakan banyak hal."
Tatjana diam dan Sekar kembali melanjutkan, "sepertinya kamu harus kembali ke Jakarta, ke rumah orang tuamu. Tante sangat tahu kalau kamu berasal dari keluarga yang sangat terkenal di negara ini. Kamu bisa mengejar mimpimu, Tatjana. Tempat ini sama sekali tidak menjanjikan apapun untukmu."
"Aku sudah memutuskannya," kata Tatjana sambil menganggukkan kepalanya. Jawaban itu membuat Sekar terlihat gembira. Namun, hal itu hanya bertahan beberapa detik karena Tatjana kembali melanjutkan, "aku sudah memutuskan untuk tetap tinggal di sini."
"Maksudmu?"
"Seperti kata Tante, aku berasal dari keluarga yang sangat terkenal di negara ini. Jadi, aku yakin kalau enggak akan ada yang terjadi dengan diriku, karena Balwanadanawa tidak akan bisa bermain-main dengan keluargaku. Dan aku juga sudah terlanjur ada di sini. Aku mau melihat kehidupan di kerajaan ini, karena Derish selalu membanggakan kerajaannya ini."
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Stars
RomanceBuku ketiga dari seri The Perfect Bouquet Disclaimer: Kerajaan, adat dan semua yang ada di dalam cerita ini murni hanyalah imajinasi dari penulis dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. φ Setelah terjaga dari tidur panjangnya, Tatjana sama...