Setelah memastikan kalau ibunya setuju untuk menginap di istana ini, Tatjana kembali ke Payon Omah Utama untuk beristirahat. Guru-gurunya membebaskannya dari pelajaran apapun hari ini, karena kedatangan ibunya. Maka, ia memiliki sangat banyak waktu untuk bercerita dan.. menghilangkan kecanggungan antara mereka.
"Raden Ayu," kata Wahyuni ketika Tatjana memasuki Payon Oma Utama.
"Kenapa kamu menungguku disini? Kamu bisa masuk ke kamar dan menungguku di sana," kata Tatjana.
Setelah tahu akan menghabiskan banyak waktu dengan ibunya, Tatjana meminta Wahyuni untuk beristirahat. Namun, ia merasa kalah Wahyuni sama sekali tidak beristirahat.
"Sang Raja menunggu di dalam kamar, Yu," kata Wahyuni.
"Menungguku?"
Wahyuni menganggukkan kepala dan tidak bisa menahan senyumannya. Karena, hanya dirinya dan Elijah yang tahu kalau pasangan suami istri ini belum pernah menghabiskan malam bersama. "Raden Ayu harus segera masuk."
Tatjana diam.
"Jangan melakukan kesalahan, Yu."
Tatjana mengerutkan keningnya. "Memangnya aku pernah melakukan kesalahan di hadapannya?"
Wahyuni menganggukkan kepalanya, namun Tatjana tidak bisa marah atas kepolosan Wahyuni. Kemudian, Tatjana memutuskan untuk masuk ke kamarnya setelah mengatakan kalau Whayuni benar-benar harus beristirahat.
Tatjana membuka pintu kamar dan perhatiannya langsung tertuju pada Derish, yang kini sudah berganti pakaian dengan pakaian tidurnya. Pria itu terlihat lega, Tatjana pernah melihat raut itu ketika dirinya membuka mata empat tahun yang lalu.
"Aku tidak mau mengganggu kamu dan Mama. Aku akan sarapan dengan Mama besok pagi, dengan kamu. Tapi, Ta.. kamu tidak akan ikut Mama ke Jakarta kan?" tanya Derish khawatir.
Tatjana menutup pintu dan berjalan mendekati pria itu, hanya untuk memastikan kalau Derish benar-benar terlihat khawatir. Entah mengapa, namun ia merasa perlu untuk melihatnya. Untuk membuat hatinya merasa tenang.
"Aku enggak akan pulang ke Jakarta," jawah Tatjana. Seharusnya, ia mengatakannya dengan nada tajam. Namun, ia justru mengatakan seolah itu adalah penghiburan untuk Derish.
Derish tersenyum. "Bisa kita bicara, Ta? Karena setelah berjalan kaki, aku memikirkan banyak hal tentang kita."
Tatjana menganggukkan kepalanya, dan duduk di sebuah kursi tidak jaug dari Derish.
"Bisa kamu jujur tentang alasan kamu mau menikah dengan aku?" tanya Derish.
Untuk beberapa waktu, Tatjana terlihat sedang memikirkan sesuatu. Lalu, ia menjawab, "salah satu alasannya adalah untuk menagih janji kamu. Kamu berjanji untuk mengajarkan aku caranya berciuman dengan baik."
Ucapan Tatjana sepertinya tidak begitu memuaskan Derish. Namun, pria itu menjawab, "aku mau menikahi kamu ketika kamu mulai mengingat semuanya. Aku tidak mau kamu merasa terpaksa."
"Sama sekali enggak ada siapapun yang memaksa aku."
Tidak ada lagi yang bicara setelahnya. Mereka hanya duduk berhadap-hadapan dengan jarak tiga kaki. Derish menatap Tatjana, karena selama beberapa hari ini ia tidak memenuhi kebutuhannya untuk menatap wajah cantik wanita ini. Sementara Tatjana hanya balas menatap Derish, tanpa Derish tahu apa yang sedang dipikirkannya.
"Apa yang membuat kamu merasa lebih mudah untuk menjalani hidup kamu di sini?" tanya Derish pada akhirnya.
"Kamu."
Jawaban itu sangatlah sederhana. Namun, mampu membangunkan sisi lain dalam dirinya. Sebagian dirinya merasa bahagia ketika satu-satunya hal yang bisa membuat Tatjana merasa lebih mudah di sini adalah dirinya. Lalu, sebagian lain merasa ingin melompat ke arah Tatjana dan mencium bibir wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Stars
RomanceBuku ketiga dari seri The Perfect Bouquet Disclaimer: Kerajaan, adat dan semua yang ada di dalam cerita ini murni hanyalah imajinasi dari penulis dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. φ Setelah terjaga dari tidur panjangnya, Tatjana sama...