BAB 13

210 34 0
                                    

...Tenanglah. dia akan kembali sadar...

...Apa yang akan kukatakan kepada keluarganya jika keadaannya memburuk?...

...Kita akan menunggu beberapa waktu lagi. Dia pasti akan mendapatkan kesadarannya...

Bunyi dengungan pada telinganya ketika ia mulai mendapatkan kesadarannya membuat Tatjana mengerutkan Wajah. Setelah bunyi berisik itu menghilang, ia bisa mendengar kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Dirinya membuka mata dan hal itu justru membuat perutnya terasa sangat mual. Segala sesuatu yang ia pandang terasa seperti akan jatuh menimpa dirinya, membuatnya segera menutup mata kembali. Akan tetapi, ia tidak bisa lagi menghentikan keinginan untuk muntah.

"Huek.."

Orang yang ada di sana berhenti bicara dan segera menatap Tatjana yang terlihat akan jatuh dari dipannya. Tatjana berusaha untuk mencari sesuatu yang bisa menampung muntahnya, membuat semuanya menjadi semakin kacau.

Semakin dirinya membuka mata dan menatap apapun yang bisa ia jadikan wadah untuk isi perutnya, semakin mual ia dibuatnya.

"Huek.."

Kini, Tatjana memuntahkan isi perutnya di lantai yang ada di sebelah dipannya. Ia juga merasa ada tangan-tangan yang menyangga tubuhnya yang linglung.

Ia tidak pernah merasa pusing yang sangat dahsyat seperti ini. Bahkan ketika memejamkan mata pun, ia masih bisa merasakan pusingnya.

"Aku.. huek.." lagi-lagi ia memuntahkan isi perutnya.

"Tidak apa-apa," kata suara seseorang yang tidak Tatjana kenali. "Kamu tidak perlu bersusah payah. Kamu bisa mengeluarkan isi perutmu."

Beberapa kali lagi Tatjana memuntahkan isi perutnya, hingga dirinya merasa pedas dan panas pada tenggorokannya. Barulah ketika dirinya tenang, orang-orang itu kembali membaringkannya.

"Tatjana," kata suara yang Tatjana kenali. Suara Araya.

Tiba-tiba saja, dirinya ingin menangis.

"Kamu bisa berbaring. Tetua mengatakan kalau kamu pasti merasa tidak nyaman sekarang. Ini tidak akan berlangsung lama. Tapi, Tante akan menggantikan pakaianmu terlebih dahulu," kata Araya lagi.

Tatjana menganggukkan kepalanya. Ia tidak bisa mengatakan apapun karena dadanya terasa sangat sesak. Ia ingin membuka matanya, namun tahu kalau hal itu akan membuatnya kembali muntah.

Tatjana membiarkan Araya membantunya untuk mengganti pakaian. Namun, sebelum ia mengganti pakaiannya, ia mendengar suara pintu terbuka dengan kasar.

"Ibu?" panggil suara lain, yang sepertinya baru memasuki ruangan ini. "Di mana Tatjana?"

Tatjana kembali merasa semakin sesak karena tahu siapa pemilik suara itu.

"Derish. Kamu tidak seharusnya berada di sini.." kata Araya.

"Kulo diberitahu Ibu Sekar kalau Ibu membawa Tatjana ke sini," kata Derish.

Karena tidak lagi tahan, akhirnya Tatjana membuka matanya perlahan dan sangat bersyukur karena ia tidak lagi merasakan sensasi pusing yang dahsyat itu.

Jumlah orang yang ada di ruangan itu lebih banyak dari dugaannya. Namun, ia mengenali mereka semua.

"Ta?" panggil Derish sambil berjalan menuju ke arah dipan Tatjana. "Apa yang terjadi? Kamu sakit?"

Tatjana mengatur napasnya. "Aku bau muntah."

Derish menggelengkan kepala. "Kamu baik-baik saja? Apa kamu merasa sakit?"

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang