Hari-hari berlalu dengan sangat tenang satu minggu berikutnya. Langit Balwanadanawa akan terlihat sangat cerah di siang hari, lalu akan hujan deras di malam hari, seolah meminta mereka semua untuk istirahat dengan buaian rintik hujan.
"Kang mas," panggil seseorang ketika Derish baru saya menyelesaikan online meeting dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif negara Indonesia.
"Nariah," kata Derish dengan senyumannya. Ia berdiri dan berjalan untuk menuju ke arah Nariah.
Sudah sangat lama ia tidak bertemu dengan Nariah. Sepupunya ini selalu saja menolak untuk pulang dan Derish berusaha untuk memahami perasaannya. Derish beranggapan kalau Nariah pasti masih berkabung atas meninggalnya sang raja sebelumnya empat tahun lalu.
Maka, ketika Nariah mengatakan kalau ia akan langsung melanjutkan pendidikan ke tingkat magister sebelum ia menyelesaikan pendidikan sarjananya, Derish langsung menyentujui hal ini.
"Maafkan Kulo karena tidak hadir di pesta pernikahan kang mas," kata Nariah lagi. "Kulo pantas dihukum."
"Tidak apa-apa. Mengetahui kalau kamu kembali dan baik-baik saja sudah cukup untuk kang mas," kata Derish. "Bagaimana kuliahmu? Kamu akan memulai S2, kan?"
Nariah menganggukkan kepalanya. Kemudian, ia mengajak Derish untuk duduk di kursi yang saling berdampingan. "Jika Kulo sudah menyelesaikan S2, apa Kulo boleh melanjutkan S3 secepatnya, kang mas?"
Perlu beberapa waktu bagi Derish untuk memilih jawaban apa yang bisa ia berikan kepada Nariah. Ia tidak pernah mengungkung hak pendidikan Nariah. Namun, ada beberapa hal yang mulai mengganggu pikirannya.
"Apa istana ini masih membuatmu berkabung?" tanya Derish.
Nariah menggelengkan kepalanya perlahan. Meskipun ia berkabung untuk mendiang ayahnya, namun ia tidak pernah berkabung karena istana ini. Hanya dirinya dan Sekar yang tahu mengapa dirinya menghindar untuk pulang ke istana ini.
"Nariah.. sebelum mendiang raja meninggal, dia menitipkan kamu kepada kang mas. Mendiang raja mengatakan kalau satu-satunya tugas terbesar yang tidak pernah bisa ia lakukan sampai akhir hayat adalah menikahkan kamu. Dia sangat menyayangi kamu, sehingga tidak bisa memilih laki-laki terbaik. Mendiang raja meminta kang mas untuk menjalankan tugasnya itu. Dia mau kamu segera menikah. Tapi kang mas tidak akan memilihkannya untuk kamu. Kamu bisa memilih dan selama pria itu mencintai dan kamu mencintainya, kang mas akan merestuinya."
Bukan hal itu yang ingin Nariah dengar dari sang raja. "Bisakah Kulo tinggal di istana ini selamanya, Yang Mulia Raja? Kulo tidak keberatan jika harus hidup tanpa ada suami, asalkan terus berada di istana. Kulo akan membantu Yang Mulai dan mendedikasikan diri untuk istana ini, hingga akhir hayat Kulo."
"Diajeng.." kata Derish terkejut dengan ucapan Nariah.
Nariah adalah seorang putri raja dari kerajaan ini. Meskipun mendiang raja sudah meninggalkannya, namun Derish tidak pernah melepas gelar itu dari Nariah. Ia sama sekali tidak berpikir jika Nariah berpikir tidak menikah hanya untuk kerajaan ini.
Nariah harus menemukan cintanya, pangerannya, dan menjalani hidup yang bahagia.
"Kulo mohon," kata Nariah lagi, kali ini memberanikan diri untuk menatap Derish.
"Diajeng Nariah.. Kang mas tidak ingin kamu terkurung di sini selamanya. Kamu harus hidup dengan seseorang yang kamu cintai. Kerajaan ini.. tidak bisa kamu tanggung selamanya. Kang mas yang akan menanggungnya. Walaupun nanti kamu menikah, istana ini tetaplah rumahmu. Kamu bisa singgah kapanpun," jelas Derish.
Derish berpikir kalau dirinya sudah mengatakan hal yang benar. Namun, Nariah justru merasakan yang sebaliknya. Hatinya tergores ketika Derish mengatakan kalau dirinya bisa singgah ke istana ini. Ia tidak ingin hanya singgah. Ia ingin berada di tempat ini, di rumah ini.
"Lagipula," kata orang lain di antara mereka yang sedang berdiri di ambang pintu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Tatjana.
Tatjana berjalan dengan sangat anggun dan ia merasas bangga dengan pelajaran yang sudah ia lalui dengan susah payah. Ternyata, semuanya membuahkan hasil. Sementara Nariah yang masih sangat mengingat Tatjana walaupun sudah hampir lima tahun berlalu pun terlihat cukup kaget. Ia kaget dengan perubahan wanita ini.
"Gusti Kanjeng Ratu," kata Nariah sambil menundukkan kepalanya untuk memberikan hormat.
Tatjana meringis di dalam hatinya ketika mendengar panggilan itu. Ia sudah berhasil untuk meminta semua orang menaggilnya dengan gelar bahasa Indonesianya saja.
"Kamu bisa memanggilku Mbakyu, seperti kamu yang memanggil Derish dengan sebutan Kang Mas," kata Tatjana ketika ia berhenti di sebelah Derish. Ia tersenyum sebelum melanjutkan, "aku mendengar hampir semua pembicaraan kalian tadi."
Karena semua hanya diam, Tatjana kembali berkata, "Kamu tidak perlu khawatir, Nariah. Ada aku, istri Derish, yang akan membantunya di istana ini. Kamu harus segera fokus kepada dirimu sendiri."
Nariah tidak membantah, karena entah mengapa, ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa membantah ucapan Tatjana. Wanita itu seolah sedang memainkan perannya sebagai seorang ratu yang mengeluarkan titahnya.
Akan tetapi, meskipun sudah ada sangat banyak perubahan di dalam diri Tatjana, ia masih mengenal satu hal dengan baik, bahwa dirinya masih sangat tidak menyukai wanita ini.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Stars
RomanceBuku ketiga dari seri The Perfect Bouquet Disclaimer: Kerajaan, adat dan semua yang ada di dalam cerita ini murni hanyalah imajinasi dari penulis dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. φ Setelah terjaga dari tidur panjangnya, Tatjana sama...