Tatjana berdiri dan menatap Wahyuni. Ia benar-benar merasa bingung dengan semua ini. Wahyuni, wanita yang sangat ia percayai di Balwanadanawa. Ia bahkan menceritakan semua hal kepada wanita itu. Bahkan, ia lebih mempercayai Wahyuni daripada Derish.
Dengan tubuh yang bergemetar, ia berjalan untuk menuju ke arah Wahyuni yang kini sedang berusaha untuk melarikan diri namun lengannya dipegangi oleh Emmett. Ia tidak mengerti ini pasti adalah sebuah kesalahan.
Akan tetapi, jika ini hanyalah sebuah kesalahan, mengapa Wahyuni terlihat sangat ingin melarikan diri? Wanita itu seharusnya tetap berada di sini dan mengatakan kalau apa yang tadi ia lihat tidaklah benar.
Ia masih saja terus menyangkal semuanya, hingga sebuah kebenaran menghantam dirinya. Emmett tidak akan melakukan semua ini jika kakaknya itu tidak benar-benar yakin dengan apa yang ia ketahui. Emmett. Dari siapapun juga, ia sangat mempercayai emmett.
Tatjana hampir terjatuh karena kakinya terasa lemas. Beruntungnya, Derish segera menangkap tubuh lemah itu dan mereka berdua terduduk di lantai. Tatjana menangis, menangis sejadi-jadinya di pelukan Derish. Ia memegangi perutnya sendiri dan teringat akan sesuatu.
"Tadi aku meminum teh yang dibuat olehnya," kata Tatjana yang hanya berupa bisikan. Ia terlihat sangat khawatir dan semakin memegangi perutnya, mencari sedikit gerakan atau tendangan dari bayinya.
Emmett yang melihat kekhawatiran dari Tatjana pun menyerahkan Wahyuni pada sekuriti yang baru saja tiba. Ia mendekati adiknya dan berkata, "hei. Tenang. Aku sudah meminta kepala asisten untuk menggantinya dengan teh yang lain. Semuanya baik-baik saja. Keponakanku baik-baik saja."
"Bernapas bersamaku, Ta," pinta Derish dan mengajarkan cara bernapas kepada Tatjana yang terlihat kesulitan bernapas.
Setelah beberapa waktu, napas wanita itu kembali normal dan ia mulai berdiri dengan kakinya sendiri. Ia harus melihat Wahyuni. Ia berjalan dengan perlahan dan Derish sama sekali tidak meninggalkan sisinya.
"Kamu benar-benar melakukan semua ini?" tanya Tatjana kepada Wahyuni yang sama sekali tidak ingin menatapnya. "lihat aku."
Tatjana terlihat begitu tenang, namun tidak ada yang tahu bagaimana perasaannya sekarang. Gemuruh yang hanya bisa ia rasakan di dalam dirinya sendiri.
"Wahyuni," panggil Tatjana lagi. "mengapa kamu melakukan semua ini?"
"...."
Wahyuni masih diam, namun Tatjana tahu kalau wanita itu sama sekali tidak merasa bersalah. Lalu, Tatjana kembali berkata, "setelah semua yang kita lalui. Aku sangat mempercayai kamu lebih dari siapapun di kedhaton. Kenapa harus kamu?"
"...."
"Aku bahkan masih memiliki bekas cambukan di punggungku karena aku menyelamatkan kamu lima tahun yang lalu," kata Tatjana lagi.
"Dia enggak akan bicara," kata Emmett. "Sebaiknya kita membawa dia ke kedhaton dan dia harus dihukum di sana. Kita enggak punya wewenang apapun untuk menghukum dia."
Tatjana menatap Emmett. "Bagaimana kamu bisa mencurigainya?"
Emmett tersenyum. "Karena mungkin aku cukup asing dengannya. Orang yang sudah terlanjur dekat dengan orang jahat tidak akan menyadarinya karena intuisinya terhadap orang itu sudah tumpul. Lagipula, aku adalah seorang sutradara dan terkadang bisa mengetahui gerak gerik mereka sejak pertama kali aku melihatnya. Itu adalah alasanku mengizinkannya untuk tinggal bersama kita. Lebih baik memperhatikan musuh di teritorial kita sendiri."
Tatjana menganggukkan kepalanya dan wajahnya semakin tenang. "Dia harus dihukum."
"Bisa hukum Kulo di tempat dimana Raden Ayu Sekar dihukum?" tanya Wahyuni pada mereka semua.
Derish yang juga terlihat begitu marah pun menjawab, "tidak akan aku biarkan kamu bersama dengan satu pun manusia di pengasinganmu."
Tidak ada hal yang membuat Wahyuni lebih terguncang dari apa yang ia dengar dari Derish tadi. Wanita itu langsung berteriak histeris dan bersimpuh di hadapan Derish. "mohon izinkan Kulo bersama dengan Raden Ayu Sekar, Yang Mulia Raja."
Derish sama sekali tidak mengindahkan permintaan Wahyuni. "Aku tidak mengerti mengapa kamu sangat ingin bersama dengannya. Tapi, Wahyuni, apapun yang sudah kamu ucapkan akan diselidiki. Aku akan menyelidiki semua alasan dari dirimu yang melakukan semua ini kepada ratu dan calon pangeran mahkota."
"Tidak.. tidak Yang Mulia! Kulo harus bersama dengan Raden Ayu Sekar!" teriak Wahyuni ketika para sekuriti mulai memaksanya untuk keluar.
Mereka sama sekali tidak menggubris teriakan Wahyuni yang kini sudah tidak terdengar lagi. Pada saat itu pula, Tatjana kembali duduk di kursinya. Derish kembali mendekatinya dan berlutut di hadapan Tatjana.
"Maafkan aku lagi," kata Derish. "Aku adalah suami yang sangat payah dan selalu membuat kamu kesulitan."
"Enggak seharusnya seorang raja berlutu seperti ini," kata Tatjana.
Derish menggelengkan kepalanya. "Aku hanya ingin menjadi seorang suami sekarang. Suami yang sangat bodoh."
"Kamu memang bodoh," jawab Tatjana dan mereka berdua tertawa.
Sementara itu, Emmett memutuskan untuk keluar dan menutup pintu ruang makan dengan pelan supaya mereka tidak menyadarinya. Emmett cukup tahu kalau setelah ini, mereka berdua akan saling bermaafan. Ia tidak ingin mengganggu pasangan itu.
Ia tersenyum dan meninggalkan tempat itu untuk memastikan kalau Wahyuni akan diantar ke Balwanadanawa dengan cepat. Ia memiliki sangat banyak kesibukan. Ia harus menghubungi Balwanadanawa dan menjelaskan semuanya kepada mereka.
Harapannya adalah, bahwa tidak ada lagi orang jahat di antara Derish dan Tatjana.
***
"Kamu baik-baik saja sekarang?" tanya Derish pada malam itu, ketika mereka berdua sama-sama tidak bisa tidur.
Sekarang sudah pukul dua dini hari dan satu per satu dari mereka terjaga. Awalnya, Derish yang terjaga dan setelah itu, Tatjana pun membuka matanya.
"Aku harus melakukan apa untuk menebus kebodohan ini, Ta?"
Tatjana mengedipkan matanya dan menyentuh ujung mata Derish yang mengeluarkan air mata. Mereka sekarang sedang berbaring dan berhadap-hadapan. Tatjana sangat rindu dengan situasi seperti ini.
"Kamu cuma perlu jadi pria yang terbaik untuk aku, juga jadi seorang ayah yang hebat untuk calon bayi kita."
Mendengar itu, Derish tidak bisa menahan bulir air matanya lagi. Ia menangis seperti anak kecil. Ia benar-benar merasa bersalah, sehingga dirinya tidak bisa mengungkapkan apapun lagi.
"Maafkan aku."
Tatjana mengangguk. "Tebus kesalahan kamu sampai kita sama-sama menutup mata."
"Aku akan menghabiskan sisa hidupku dengan mencintai dan menjagamu, Ta."
"Dan menjaga Balwanadanawa. Kita harus menjaga Balwanadanawa bersama-sama."
Mereka akan melanjutkan perjuangan mereka, sebagai raja dan ratu wilayah Balwanadanawa. Mereka akan menjaga kedhaton juga para rakyat dan memastikan kalau kedhaton tidak lagi menjadi tempat yang menakutkan. Mereka akan memastikan tidak ada lagi yang disembunyikan dari balik dinding kedhaton.
Perjuangan mereka sekarang baru saja akan dimulai.
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Stars
RomanceBuku ketiga dari seri The Perfect Bouquet Disclaimer: Kerajaan, adat dan semua yang ada di dalam cerita ini murni hanyalah imajinasi dari penulis dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. φ Setelah terjaga dari tidur panjangnya, Tatjana sama...