BAB 36

248 34 4
                                        

Tiga bulan kemudian..

Berita tentang pulangnya Tatjana, sang ratu Balwanadanawa ke Jakarta tentu saja tidak akan dilewatkan begitu saja oleh orang-orang. Berita ini sangat menggemparkan hingga tiga bulan ini, berita itu selalu saja menjadi bahan pembicaraan yang dinantikan siapa saja.

Para jurnalis pun selalu meliput pergerakan Tatjana dan semua orang mempertanyakan mengapa tidak ada satu pun ajudan dari Balwanadanawa yang menjaga Tatjana.

Berita terus saja simpang siur, hingga merujuk pada satu kesimpulan yang dibuat oleh masyarakat; bahwa Tatjana memutuskan untuk meninggalkan kedhaton dan kedhaton tidak lagi menginginkannya.

Ada banyak sekali komentar yang menyatakan kalau Tatjana tidak sesuai untuk menjadi seorang ratu, dan kehidupan Tatjana yang sangat berbeda dengan keluarga kerajaan. Namun, di antara banyak komentar itu, ada lebih banyak lagi doa dan harapan dari masyarakat Balwanadanawa tentang keselamatan raja dan ratu mereka.

"Aku memiliki banyak sekali kenalan di industri perfilman dan perusahaan gosip ini. Dengan mudah, aku bisa meminta mereka semua diam," kata Emmett.

Sesaat setelah mengetahui keadaan Tatjana, ia mengambil cuti yang tidak pernah ia gunakan. Meskipun ia mendapatkan surat peringatan dari manajemen Broadway karena tidak bisa mengambil cuti sekaligus, ia tetap pergi dan bersikeras kalau dirinya akan kembali di tanggal yang sudah ia tentukan.

Segalanya tidak akan berarti jika menyangkut Tatjana. Lagipula, di antara empat orang pria yang menjadi kakak Tatjana, dirinya lah yang bisa pulang dengan cepat. Matthew tentu saja sangat sibuk dengan operasinya dan menjaga Lee Ji Eun, Jonathan sibuk mengembangkan perusahaan farmasi milik keluarganya dan membina keluarga dengan Roseanne, Nathaniel sedang bekerjasama dengan pemerintah Singapura dan sangat mencintai putri kecilnya dan tidak bisa membawa Ivy kemana-mana dengan mudah, Frederick  juga tidak bisa meninggalkan perusahaan dan Elissa yang sedang menunggu hari kelahiran bayi kembar mereka.

Ia tidak bisa mengganggu mereka semua yang sudah memiliki kesibukan dan keluarga. Dirinya lah yang paling bisa diandalkan dalam situasi seperti ini.

"Enggak perlu. Aku gak mau menciptakan keributan," jawab Tatjana yang sedang meminum teh pada pagi hari ini.

Salah satu kebiasaan yang tidak bisa ia tinggalkan setelah menjadi anggota kerajaan Balwanadanawa adalah, meminum teh di pagi hari. Teh sudah menjadi bagian dalam hidupnya sekarang.

"Kamu selalu menciptakan keributan sejak kecil, tahu?" tanya Emmett. "jika aku tidak bertindak, empat pria bodoh lainnya pasti akan terbang ke Jakarta satu per satu."

Mendengar itu, Tatjana tertawa. Emmett tersenyum karena mendengar tawa itu. Tatjana adalah adiknya yang selalu jujur dengan perasaannya sendiri. Dia tidak akan tertawa jika hatinya gelisah. Berarti, sekarang Tatjana sedang baik-baik saja.

"Kamu juga pria bodoh, tahu?" tanya Tatjana.

"Aku tidak bodoh karena wanita. Tapi, bukan aku yang menjadi headline-nya sekarang. Kamu. Aku harus melakukan sesuatu untuk membungkam mereka semua. Berita mulai berjalan ke titik
Negatif, Ruby. Mereka mulai membuat hoax tentang hidup kamu. Aku tidak bisa menerimanya," kata Emmett lagi.

Tentu saja ia bisa membungkam semua yang sedang menuliskan berita tentang Tatjana dengan sangat mudah. Walaupun tanpa pengaruh ayahnya, namun Emmett adalah produser yang sangat diperhitungkan di industrinya.

Tatjana menggelengkan kepala dan menyentuh tangan kakaknya itu, menyiratkan kalau dirinya baik-baik saja. "I'm totally fine. Aku masih bisa menerima semuanya. Mereka hanyalah orang-orang yang tidak tahu apa-apa, Em."

"Aku akan membiarkannya sampai beberapa waktu," kata Emmett pada akhirnya. Kemudian, ia melihat perut Tatjana yang sudah terlihat kehamilannya. "Usianya sudah enam bulan?"

Tatjana menganggukkan kepala dan tersenyum. "Dia adalah kekuatanku."

Emmett mengelus perut Tatjana dan berkata, "Suatu hari, Pangeran kecil ini harus tahu perjuangan ibunya."

***

Setelah tiga bulan penyelidikan, akhirnya pihak internal Balwanadanawa memutuskan kalau Sekar bersalah dan harus mendapatkan hukuman. Pihak internal melakukan penyelidikan menyeluruh dan mendapatkan isi pesan antara Sekar dan ibunya, yang berisikan rencana juga transaksi racun itu.

Sekar sama sekali tidak bisa mengelak dan harus menerima semua hukumannya.

Seharusnya, Sekar dihukum mati karena sudah mencelakai banyak sekali anggota kerajaan, hingga ia berencana membunuh calon penerus kedhaton Balwanadanawa. Itu adalah jenis kejahatan berat dan tidak bisa dimaafkan. Akan tetapi, sekarang mereka tidak bisa melakukan hukuman itu. Maka, mereka memutuskan untuk mengasingkan Sekar di sebuah lahan dan melarangnya untuk keluar dari tempat itu, juga dilarang untuk berinteraksi dengan siapapun.

Tempat pengasingan Sekar akan dijaga ketat dan dia tidak diperbolehkan menggunakan alat komunikasi apapun. Dirinya akan ditempatkan di tempat itu dan dilupakan, tidak ada bedanya dengan sebuah kematian.

Sementara itu, Nariah juga menerima hukumannya. Ia harus segera dinikahkan dan tidak boleh lagi menetap di kedhaton Balwanadanawa. Meskipun berat, ia menerima hal itu.

Akan tetapi, berbeda dengan Sekar. Wanita itu menciptakan keributan dengan memasuki Kedhaton Utama dan berteriak-teriak, tidak terima dengan hukuman yang baru saja dijatuhkan terhadapnya.

"Derish! Kamu tidak bisa melakukan hal ini kepada Ibu. Ibu sudah menjagamu sedari kamu kecil. Ibu ndak bisa hidup di luar kedhaton dan diasingkan seperti ini!" teriak Sekar sambil memasuki Kedhaton utama.

Derish dan beberapa pengurus lainnya menatap Sekar yang kini sedang menangisi nasibnya.

Derish tetap duduk di singgasananya dan menjawab, "itu adalah semua yang harus Ibu terima karena perbuatan Ibu sendiri."

"Tidak adakah belas kasihmu, Le?" tanya Sekar di sela isak tangisnya.

"Kulo yang memberikan hukuman itu, Bu. Kulo yang memilihnya," jawab Derish.

Sekar mengangkat kepalaya dan mendapati Derish yang menatapnya tanpa perasaan apapun. Tidak ada lagi raut hormat pada wajah Derish. Yang ada hanyalah tatapan dingin. "Kalau begitu, bunuh saja Ibu!"

"Lebih baik Ibu menerima saja hukumannya, Bu," jawab Derish. Lalu, ia memerintahkan para penjaga untuk membawa Sekar keluar. "Kulo akan mempercepat pengasingan jika Ibu menciptakan keributan lagi."

Semua orang yang ada di sana hanya diam karena sepertinya, sang raja tidak memiliki apapun yang ingin dikatakan kepada ibu tirinya itu. Mereka semua juga baru mengetahui kalau Sekar adalah ibu tiri dari sang raja, sementara Araya adalah ibu kandungnya.

Hal itu memperjelas mengapa Derish menunda penobatan Ibunda Raja.

"Meskipun Ibu sudah tidak ada di kedhaton lagi, kamu tidak akan bisa berbahagia karena sudah memperlakukan Ibu seperti ini, Yang Mulia Raja'!" teriak Sekar sebelum pintu kedhaton Utama ditutup.

Mendengar itu, Derish merasa khawatir. Entah mengapa, pikirannya langsung tertuju pada Tatjana.

"Tolong cari tahu apakah Wahyuni sudah bisa menemui Tatajna. Aku sangat mengkhawatirkannya," kata Derish kepada Elijah, yang langsung diterima dengan baik oleh ajudannya itu.

Bersambung

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang