BAB 46

328 27 2
                                        

Setelah lima jam berlalu, Akhirnya Derish mendapat kabar kalau Tatjana sudah melakukan persalinan. Kondisi Tatjana dan juga bayi mereka baik-baik saja, bahkan tangisan sang pangeran seolah terdengar di seluruh penjuru kedhaton.

Bayi mereka sangat sehat.

Atas saran dokter, Tatjana harus dirawat di Payon Omah hingga keadaannya benar-benar pulih.

"Bayi kita sangat menggemaskan," kata Derish ketika perawat memberikan sang pangeran ke gendongan Tatjana untuk menyusui. 

Berkat bantuan Araya dan Ningsih, Tatjana akhirnya bisa mengeluarkan ASI-nya setelah gagal pada percobaan pertama. Bayinya tidak mendapatkan ASI dan Tatjana merasa sangat kesakitan.

Derish menyentuh tangan mungil bayi mereka dan bayi kecil itu menggenggam telunjuk Derish dengan sangat erat. Tiba-tiba saja dadanya terasa sangat penuh dengan gelembung kebahagiaan. Ia merasa bangga karena sepertinya, bayinya mengenali dirinya.

"Dia sangat lapar," kata Derish lagi, ketika bayinya sangat antusias. "Oh—dia mengambil bagian yang sangat aku sukai. Apakah aku masih bisa memainkannya sebelum tidur?"

"Kamu harus mengalah," jawab Tatjana sambil tersenyum menatap bayinya.

Derish mengerutkan keningnya. "Di mana istriku yang sangat manja?"

"Aku tidak pernah manja sama kamu," jawab Tatjana sambil merubah posisi bayi mereka dalam gendongannya agar lebih nyaman.

Walaupun merasa sedikit kecewa, namun Derish harus mulai menerima kalau kini, Tatjana sudah kembali ke sifatnya yang sebenarnya. Tidak ada lagi Tatjana yang manja untuk saat ini.

"Malam ini.. apa kamu bisa tidur denganku?" tanya Tatjana menatap Derish dengan tatapan penuh harap. Lalu, ia menambahkan, "Tanpa melakukan apa-apa. Kamu enggak bisa melakukan apa-apa kepadaku sampai empat puluh hari."

"Aku masih bisa tidur dengan kamu, tanpa melakukan apa-apa?" tanya Derish dengan senyuman bahagia.

Ia tidak menyangka kalau Tatjana akan meminta dirinya untuk berbaring bersama. Karena, sejak tadi, Tatjana terlihat sangat memuja putra mereka dan melupakannya.

"Kamu tetaplah suami aku, tahu?"

Derish memajukan tubuhnya dan mencium bibir Tatjana. Ia mencium bibir itu dengan sangat lembut, seolah berterima kasih akan semua kebahagiaan yang sudah Tatjana berikan. Ia terpaksa menghentikan semua ucapan terima kasihnya karena Tatjana mengancam akan mendiamkannya. Namun, ia tetap berterima kasih kepada wanita yang sudah membuatnya menjadi seorang ayah ini.

"Huek... Huek.."

Tiba-tiba saja, sang pangeran kecil menangis di tengah ciuman mereka, membuat mereka melepaskan pautan bibir itu. Anehnya, tangisan bayi itu berhenti setelah mereka tidak lagi berciuman.

"Apakah aku baru saja mendapatkan rival?" tanya Derish karena menyadari kalah putranya tidak senang jika dirinya berdekatan dengan Tatjana.

Mereka berdua tertawa karena menyadari kebenaran dari pertanyaan Derish.

"Apakah Aghiya enggak ada di kedhaton?" tanya Tatjana. "setelah aku pulang, aku enggak pernah bertemu dengannya."

"Dia ada di sini, Ta. Tapi dia merasa sangat bersalah.."

***

Esok paginya, hal yang tidak diinginkan oleh Derish terjadi. Aghiya benar-benar menemuinya dan mengutarakan keinginannya untuk mundur dari anggota kerajaan. Derish baru saja menyelesaikan rapat pagi dan masih ada beberapa petinggi kedhaton, membuatnya meminta semua orang untuk meninggalkan ruangan.

Derish menegakkan posisi duduknya dan menatap Aghiya yang berdiri di hadapannya. Dari raut wajah Aghiya, ia tahu kalau adiknya ini tidak akan bisa dikalahkan sekarang.

Raut wajah Aghiya menyiratkan kalau ia tidak akan menerima penolakan. Aghiya datang bukan untuk meminta persetujuannya, namun untuk berpamitan.

"Keponakanmu sangat lucu," kata Derish sambil tersenyum karena mengingat wajah putranya. "Maaf jika Kang Mas mengatakan ini. Bagaimanapun juga, Kang Mas baru saja menjadi seorang ayah dan ingins seluruh dunia tahu betapa menggemaskannya sang pangeran."

"...."

"Sang ratu juga menanyakan keberadaan mu," kata Derish lagi.

Mendengar itu, Aghiya terlihat sedikit sedih. "Tolong sampaikan salam kepada sang ratu, Kang Mas.."

"Sang ratu sangat ingin datang jika kamu datang untuk berpamitan. Namun, dokter belum mengizinkannya keluar dari Payon Omah Tabib. Jadi, dia menitipkan pesan untukmu, Dimas. Dia berpesan kalau dirinya ingin mengucapkan terima kasih."

Aghiya mengerutkan keningnya dan Derish tahu kalau sekarang ia bisa bicara dengan baik kepada adiknya. Raut wajah Aghiya sudah berubah menjadi raut yang bisa diajak bicara. Maka, ia membiarkan Aghiya untuk diam beberapa saat, membuat suasana hening di antara mereka.

"Dia berterima kasih karena berkat bantuanmu enam tahun lalu, dia bisa selamat. Tatjana tahu kalau kamu mencoba untuk memakan makanan yang sudah diracuni. Walaupun pad akhirnya Tatjana lah yang memakannya, namun dia sangat berterima kasih akan hal itu," jelas Derish lagi.

Aghiya menundukkan kepalanya, mengingat masa itu. Masa ketika dirinya diam-diam berusaha untuk memakan makanan yang dihidangkan untuk Ibu Araya-nya.

"Kulo cukup bodoh karena memakan makanan yang tidak diracuni," kata Aghiya.

"Sang pangeran kecil pasti bangga denganmu. Jika Kang Mas dan Mbakyu-mu menceritakan hal ini nantinya, ketika dia sudah mengerti, dia pasti akan sangat bangga kepadamu, Aghiya."

"...."

Derish berdiri dan menuruni tiga anak tangga untuk berhadapan dengan Aghiya. "Kang Mas pasti sangat sibuk nantinya. Sang pangeran juga memerlukan sosok paman sepertimu dan Ajinata. Jika Kang Mas dan Mbakyu-mu memerlukan bantuan untuk mengurus sang pangeran, apakah kamu mau melakukannya?"

"Apakah Kulo boleh memberikan bantuan untuk keponakan Kulo?" tanya Aghiya pada akhirnya.

"Kamu adalah orang pertama yang akan kamu cari, Dimas."

Perlahan, senyuman Aghiya mengembang. Di dalam kepalanya, terputar keinginan dirinya ikut merawat keponakan yang sangat ia dambakan kehadirannya. Ia ingin mengajarkan sang pangeran berlatih pedang dan mengajarinya semua pelajaran sebelum dia diajar oleh Tetua, supaya Tetua tidak memukuli jarinya dengan rotan jika sang pangeran kesulitan menghapal pelajaran.

Ia ingin mengajak sang pangeran bermain kuda dan lomba lari.

"Pasti ada sangat banyak hal yang ingin kamu lakukan bersama sang pangeran," kata Derish yang menebak isi pikiran Aghiya. "tapi, Dimas. Kang Mas memiliki sebuah tugas untukmu."

Permintaan untuk menjaga sang pangeran tentu saja adalah tugas yang sangat besar untuk Aghiya. Namun, Derish ingin membuat Aghiya sibuk dengan kedhaton dan mencintai kedhaton ini lagi. Maka, ia akan memberikan tugas kepada adiknya ini.

"Kamu sudah menyelesaikan pendidikanmu di bidang pertanian dan kini, perkebunan teh kita masih melawan hama ulat yang cukup merugikan. Hal ini sudah berbulan-bulan terjadi dan Kang Mas memintamu untuk mengambil alih tugas ini," kata Derish lagi.

Mendengar itu, Aghiya membulatkan matanya. "Kang Mas memberikan Kulo tugas pertama sebagai seorang Raden Dipati?"

"Usiamu sudah sangat cukup untuk memulai tugas, Dimas. Kang Mas akan membuat perintah resmi dan memberikan titah secara resmi besok pagi. Jadi, datanglah ke sini dengan pakaian Raden Dipati dan terimalah titah Kang Mas."

Bersambung

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang