BAB 5

252 39 0
                                    

Tatjana tertawa ketika dirinya mendengar kata-kata itu. "Ada sangat banyak pria yang sudah aku cium. Dan setelah itu, aku enggak pernah bertemu dengannya lagi. Aku enggak pernah mencium pria yang sama sebanyak dua kali, Raja."

Tatjana sama sekali tidak mengetahui beberapa hal. Pertama, ciuman mereka tadi sudah membangunkan sisi lelaki Derish. Kedua, Derish sama sekali tidak akan melepaskan Tatjana setelah ciuman mereka tadi. Karena, ia tidak ingin lagi membiarkan pria manapun mencium bibir wanita yang ia cintai.

Ketiga, ia sangat marah dan semakin marah ketika Tatjana mengatakan kata-kata tadi. Bahwa dia sudah mencium banyak pria. Bahwa ia tidak akan mencium pria yang sama sebanyak dua kali. Derish sangat marah, kepada pria-pria brengsek itu.

"Apa yang kamu cari dari semua ciuman itu?" tanya Farish pada Tatjana, berusah untuk mengendalikan kemarahannya.

"Aku cuma mau tahu gimana rasanya.. berciuman," jawab Tatjana. "Orang-orang selalu bilang kalau berciuman akan membuat jantung kamu berdebar dan akan membuat kamu menginginkan hal yang lebih dari itu. Tapi.. Selama ini aku enggak pernah merasakan apa yang dikatakan oleh orang-orang. Apa mereka bohong, ya?"

Derish semakin terganggu dengan ucapan wanita ini. "Kamu tidak merasakan apa-apa ketika berciuman dengan semua pria brengsek itu."

"Mereka bukan pria brengsek," decak Tatjana yang melakukan gerakan samar untuk mengurut pelipisnya, karena rasa pusingnya.

"Mereka adalah pria brengsek karena sudah mencium kamu."

Tatjana kembali tertawa. "Kamu juga pria brengsek, kalau begitu. Karena kamu membalas ciuman aku."

Untuk beberapa saat, mereka diam. Lalu, Derish berkata, "Apa kamu merasakan hal lain ketika kita berciuman tadi?"

Kini, wanita itu memejamkan matanya karena rasa pusing yang semakin menjadi di kepalanya. "Kepalaku pusing. Aku tahu kalau topik berciuman ini adalah topik yang sangat menarik untuk kamu. Tapi—pria psikopat—bisa kamu bantu aku? Enggak adil ketika aku harus menghadapi pria psikopat di saat aku sakit kayak begini."

Seolah baru disadarkan, Derish sadar kalau sekarang Tatjana sedang demam. Cepat-cepat ia duduk dan meletakkan tangan di dahi Tatjana. Panas.

"Aku akan memanggil Elijah untuk mencarikan obat terlebih dahulu," kata Derish seraya berlalu pergi.

Tatjana menganggukkan kepalanya dan ia mendesah sambil menatap langit-langit kamar milik pria psikopat itu. Entah mengapa, dirinya sama sekali tidak merasa takut berada di sekitar pria itu. Seharusnya, ia takut ketika berdekatan dengan pria asing yang selalu mengejarnya selama bertahun-tahun ini kan?

***

Pada malam harinya, Tatjana keluar dari kamar. Ia sudah mandi dan mengenakan pakaian yang dibelikan oleh pria psikopat itu. Ia menatap ke sekitarnya dan mengetahui kalau apartemen dengan gaya modern ini dedesain untuk membuat orang yang berada di dalamnya merasa nyaman dan hangat.

Ia merasa seperti memiliki dunia sendiri di apartemen ini, jauh dari hiruk pikuk New York.

"Hi," kata Derish ketika dirinya tiba di dapur.

Untuk beberapa saat, ia tertegun ketika melihat Derish yang sedang memasak dengan celana kain hitam dan kemeja putih yang kedua lengannya di gulung hingga ke siku, dan dengan dua kancing teratas kemeja pria itu yang terbuka. Tanpa celemek, hingga ia bisa melihat betapa.. seksinya tubuh di balik kemeja itu.

"Aku harus melakukan online meeting dengan beberapa klien di Indonesia. Beruntungnya, kamu tertidur setelah meminum obat dan sepertinya aku masak di waktu yang tepat," kata Derish.

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang