Tatjana adalah yang pertama kali membuka mata di antara mereka berdua. Ia lalu tersenyum ketika merasakan detak jantung Derish pada telinga kanannya. Meskipun sekarang mereka berdua berada di dalam selimut, namun bagi Tatjana, hangat tubuh Derish yang bersentuhan langsung dengan kulitnya lah yang membahagiakannya hari ini.
Ia tidak tahu kalau ketika pertama kali bercinta, ia akan merasa sakit. Namun, ia juga tidak tahu kalau bercinta setelahnya akan terasa sangat menyenangkan.
Tatjana tidak tahu berapa kali mereka melakukannya semalam. Ingatan itu membuatnya kembali tersenyum malu dan menenggelamkan wajah di dada Derish.
Derish tidak boleh tahu bagaimana merah wajahnya sekarang.
Kemudian, ia kembali mendengar detak jantung Derish yang teratur. Sepertinya, ia tidak boleh banyak bergerak karena itu akan membuat Derish terjaga.
Setelah beberapa lama berada di dalam posisi ini, Tatjana akhirnya berkata, "Aku tahu kalau kamu udah bangun."
Jelas ia tahu, karena degup jantung Derish berdebar lebih cepat sekarang. Derish yang tidak bisa lagi berpura-pura pun ikut membuka mata dan menatap wajah cantik Tatjana yang sedang mendongak menatapnya sambil tersenyum.
Wanita yang sangat cantik, yang kini sudah menjadi miliknya, seutuhnya.
"Kamu cantik," kata Derish dengan suara serak baru bangun tidur.
Tatjana menggelengkan kepalanya. "Aku berantakan."
Derish menyentuh rambut Tatjana yang terlihat berantakan, juga wajah baru bangun tidur istrinya. Ia menyentuh Tatjana, karena ingin memastikan kalau wanita di hadapannya ini benar-benar nyata.
"Tidak ada yang boleh melihat rambut kamu tergerai, dan wajah baru bangun tidur kamu yang sangat cantik seperti ini, Ta. Selain aku."
Mau tak mau, Tatjana merasakan panas pada pipinya. Astaga.. mengapa ia bertingkah seperti wanita remaja? Ia tersipu malu hanya karena Derish menegaskan kalau dirinya adalah milik pria itu.
"Kamu semakin cantik dengan rona alami," kata Derish lagi, sambil menggoda Tatjana. "Terima kasih karena kamu sudah menjadi milikku, Ta."
Tatjana memanjat tubuh Derish dan menempelkan tubuh mereka, hingga membuat tawa Derish lenyap. Saat itu, Tatjana tahu kalau ia sudah kembali mengusik sisi lelaki Derish. Ia memang sengaja melakukannya, karena tidak ingin Derish terus menerus menggodanya.
"Aku pikir.. kamu adalah pria cupu. Tapi kamu bener-bener.. pro.." kata Tatjana sambil mengangkat sedikit tubuhnya, membuat ujung payudara Tatjana bergerak di dada bidang pria itu.
Sekali lagi, ia sengaja melakukannya.
"Aku sudah mempelajari semuanya, sejak umurku dia puluh tahun, Ta," jawab Derish. "Sebagai seorang calon raja, aku harus tahu."
"Itu dijadikan pelajaran?" tanya Tatjana sambil membulatkan kedua bola matanya.
"Kapan kamu menganggap aku cupu?" tanya Derish.
Tentu saja pertanyaan itu mengusiknya. Tatjana yang ia kenal dulu, memang selalu menganggapnya cupu dan gay.
"Cuma berpikir kayak gitu. Karena kamu bisa menahan gairah kamu yang nyatanya sangat besar—karena kamu sudah membuktikannya semalam—tapi kamu enggak pernah menikah dengan siapapun," kata Tatjana.
Untuk beberapa saat, Derish merasa kecewa. Namun, tidak apa-apa, pikirnya. Tidak apa-apa, dirinya bisa menunggu Tatjana untuk mengingat semuanya. Hal yang terpenting adalah, ia harus membuat Tatjana merasa nyaman disini.
"Karena aku cuma mau melakukannya dengan kamu," kata Derish lagi, sambil sedikit menggerakkan tubuhnya, membuat Tatjana merasakan sesuatu yang mulai mengeras di bawah sana.
Sekali lagi, mata Tatjana membulat. "Itu.. sudah terisi cairan lagi?"
Mau tak mau, Derish tertawa mendengarnya. "Mungkin ya, karena ulah kamu."
Tatjana menduduki perut Derish, membuat Derish bisa melihat bagian atas tubuh Tatjana yang belum mengenakan apapu, sama seperti dirinya.
"Aku enggak keberatan kalau harus bertanggung jawab dan mengeluarkannya," kata Tatjana.
***
Kedhaton Utama Balwanadanawa adalah sebuah bangunan yang tidak hanya diperuntukkan bagi pertemuan kerajaan, tapi juga untuk sarapan bersama orang-orang penting kerajaan. Ada dua ruangan besar untuk pertemuan kerajaan, beberapa ruang tunggu, ruang kerja resmi raja, toilet dan juga dua ruang makan yang salah satunya berukuran lebih kecil dari yang lain, namun bisa menampung hingga dua puluh lima orang dalam satu meja.
Pagi ini, ruang makan yang lebih kecil digunakan untuk menjamu Nataline. Beberapa anggota kerajaan sudah tiba dan duduk di kursi mereka. Namun, sang raja dan ratu dari istana ini belum juga muncul, membuat mereka semua mulai merasa khawatir.
"Kulo akan menyusul ke kediaman mereka, Bu," kata Araya kepada Ningsih yang duduk di sebelahnya.
Sekar yang duduk di sisi lain Araya pun menoleh. "Mbakyu, bisa Kulo juga ikut? Kulo juga merasa khawatir, takut salah satu dari mereka sedang sakit."
Sebenarnya, Araya tidak ingin Sekar untuk ikut dengannya, karena tidak merasa kedatangan Sekar diperlukan. Namun, ia tidak ingin berdebat di hadapan besannya. Maka, ia menganggukkan kepala dan mereka berdua pergi setelah berpamitan.
Tidak ada yang bicara di antara mereka berdua. Lalu, ketika akhirnya mereka sampai di Payon Omah Utama, mereka mendapati Elijah dan juga Wahyuni yang terlihat sudah siap, namun hanya berdiri di beranda.
"Apakah Derish dan Tatjana belum siap?" tanya Araya pada dayang dan ajudan itu.
Elijah tersenyum. "Mereka sepertinya akan terlambat, Gusti Raden Ayu."
"Mereka sakit?" tanya Sekar.
Sekali lagi, Elijah tersenyum. "Bukan, Gusti Raden Ayu. Yang Mulia Raja dan Ratu menghabiskan malam bersama, dan hingga saat ini kami belum dipanggil untuk membantu mereka. Kami berpikir kalau mereka belum bisa keluar. Kami tidak keberatan jika harus menunggu lebih lama lagi."
Penjelasan itu sudah cukup untuk membuat Araya mengembangkan senyumannya. Ia merasa sangat bahagia, karena ia tahu kalau sejak pernikahan mereka, Derish dan Tatjana saling menghindari satu sama lainnya.
"Itu berita bagus," kata Araya. "Kami akan kembali ke Kedhaton Utama dan sarapan lebih dulu, kalau begitu."
Mereka semua tersenyum bahagia, sementara Sekar hanya memaksakan senyuman di bibirnya. Ia tidak tahu kalainhubungan Tatjana dan Derish akan membaik secepat ini.
Maka, ia juga harus bergerak cepat. Dirinya harus segera membuat ramuan penunda kehamilan.
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Stars
RomanceBuku ketiga dari seri The Perfect Bouquet Disclaimer: Kerajaan, adat dan semua yang ada di dalam cerita ini murni hanyalah imajinasi dari penulis dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. φ Setelah terjaga dari tidur panjangnya, Tatjana sama...