BAB 37

190 24 5
                                    

Nariah sepenuhnya menerima hukuman yang diberikan oleh pihak kerajaan kepadanya. Bagaimanapun juga, ia sudah salah karena membiarkan ancaman bagi anggota kerajaan, terlebih lagi, calon pangeran mahkota di kerajaan ini. Ia sudah melakukan kesalahan yang sangat besar.

Pagi ini, ia menemui ibunya yang kini tidak begitu sibuk. Ia menyukai waktu-waktu dengan ibunya dan selalu merasa bahagia setiap kali bertemu dengan ibunya.

"Kamu terlihat bahagia," kata Tasmirah sambil menyentuh pipi anak semata wayangnya itu.

Tasmirah tahu tentang kesalahan dan hukuman Nariah dan ia juga berlapang dada dengan semua yang akan terjadi. Akan tetapi, ia tidak marah dengan putrinya. Walaupun apa yang dilakukan oleh Nariah adalah sebuah kesalahan, namun ia merasa bangga karena Nariah mengakui kesalahannya di hadapan semua orang.

Tidak semua orang bisa mengakui kesalahan seperti itu.

"Kulo merasa bahagia bertemu dengan Ibu," kata Nariah sambil tersenyum.

Lalu, senyumannya hilang ketika ia ingat kalau masanya tidak akan lama lagi. Entah berapa lama lagi dirinya bisa tinggal di kerajaan yang sudah menjadi tempatnya bertumbuh ini.

"Sang raja menemui Ibu dan mengatakan kalau dia akan segera menikahkan kamu dengan pria yang dia pilih," kata Tasmirah. "Ibu yakin pilihan sang raja adalah yang terbaik."

Nariah menganggukkan kepala dan menatap jari jemarinya sendiri. "Kulo akan menerima siapapun orangnya, Bu."

"Nduk.. pernikahan tidaklah sesulit dan menakutkan seperti yang ada di dalam pikiranmu."

Entah mengapa, Nariah selalu merasa kalau ibunya pasti mengetahui apa yang sedang ia rasakan. Maka, ia memutuskan untuk tetap diam dan mendengarkan ucapan ibunya.

"Ibu tahu kalau kamu merasa sedih dengan ikatan pernikahan karena selama ini, kamu menjalankan tugas sebagai seorang putri raja. Kamu memiliki kesibukan yang berbeda setiap harinya. Lalu, kamu akan menjadi seorang istri dan melakukan rutinitas yang sama setelah menikah. Ibu tahu kamu merasa takut akan semua itu. Tapi, satu hal yang harus kamu tahu.. menikah bukanlah akhir dari cerita hidupmu."

"...."

"Kamu akan menemukan hidupmu yang baru setelah menikah, nduk. Kamu akan menjadi seorang istri dan ibu. Semuanya adalah perjalanan baru. Kamu akan hidup bersama pria yang kamu cintai, begitu pula sebaliknya. Semuaya akan terasa ringan. Ibu akan selalu mendoakanmu, semoga kamu dipertemukan dengan pria yang mencintaimu."

***

Wahyuni berlari untuk menemui Sekar karena mendengar kalau pengasingan Sekar akan dipercepat. Tentu saja ia merasa sangat sedih karena pada akhirnya, ia akan berpisah dengan ibu kandungnya sendiri. Ia tidak tahu bagaimana dirinya akan merasa aman jika sendirian di tempat ini.

"Bu.. apakah Kulo tidak bisa ikut dengan Ibu?" tanya Wahyuni ketika mereka berdua bertemu.

"Kamu harus melanjutkan apa yang sudah ibu awali, Wahyuni. Ibu ndak bisa kalah seperti ini. Kamu adalah satu-satunya harapan ibu," jawab Sekar sambil menggenggam tangan putrinya itu.

Terkadang, Sekar merasa kalau orang-orang di istana ini cukup bodoh karena tidak menyadari kemiripan di wajah mereka berdua. Padahal, jika disandingkan seperti ini, wajah mereka sangatlah mirip.

"Boleh Kulo tahu mengapa Ibu sangat ingin melakukan semua ini dan mempertaruhkan diri Ibu sendiri?" tanya Wahyuni.

Sekar mengajak Wahyuni untuk duduk di bagian dalam Payon Omah miliknya. Beberapa dayangnya sedang mengemasi barang-barangnya karena ia akan keluar dari kedhaton ini dua hari lagi. Tidak akan ada yang mendengar pembicaraan mereka berdua.

"Ibu ingin membuatmu menjadi wanita utama di kedhaton ini, dengan menjadi ratu di kedhaton ini," kata Sekar sambil memelankan suaranya.

"Tapi ada Gusti Kanjeng Ratu sekarang, Bu," jawab Wahyuni dengan raut yang sangat terkejut. Ia tidak bisa melihat bagaimana dirinya bisa menggantikan Tatjana yang sangat sempurna dan bijaksana itu.

Karena ia adalah orang yang selalu berada di sekitar Tatjana. Wanita itu mengalami perubahan di dalam dirinya dan menjadi orang yang lebih baik pada setiap hari yang ia lewati di kedhaton ini, seolah Kedhaton juga ikut merubahnya menjadi wanita yang lebih baik dari hari sebelumnya.

"Sang raja sudah melakukan kesalahan dengan membawa Raden Ayu Araya ke kedhaton ini, juga menunda penobatan Ibu sebagai Ibunda Raja. Maka, Ibu akan menjadikanmu istri dari sang raja, dan melahirkan seorang putra yang nantinya akan menjadi pangeran mahkota. Dengan begitu, Ibu akan menjadi nenek dari pangeran mahkota," kata Sekar lagi.

"Apakah Kulo bisa melakukannya, Bu?" tanya Wahyuni Ragu.

Melihat itu, Sekar menyentuh tangan Wahyuni, menghilangkan keraguan di dalam dirinya. "Kondisi ibu sudah seperti ini, nduk. Ibu harus keluar dari kedhaton ini. Satu-satunya cara supaya ibu bisa kembali adalah dengan membuatmu menjadi seorang ratu dan diperkuat dengan melahirkan seorang pangeran mahkota. Kamu harus bisa melakukannya."

Sekar menatap Wahyuni dengan tatapan meminta. Mereka memang harus melakukan hal ini. Segalanya bisa ia lakukan, dan satu-satunya harapan Sekar sekarang hanyalah bahwa Tatjana kehilangan bayinya. Dengan begitu, ia masih memiliki kesempatan untuk menjalankan rencananya.

Disentuhnya pipi Wahyuni dan berharap kalau putrinya itu menyanggupinya. Di dalam hatinya, ia merasa lega karena dua puluh enam tahun yang lalu, ia tidak menggugurkan Wahyuni dan memilih untuk melahirkannya.

Ia tidak pernah tahu kalau dua puluh enam tahun kemudian, ia bisa memanfaatkan putrinya ini untuk menyelamatkannya dari situasi genting seperti sekarang.

Wahyuni adalah senjatanya.

Meskipun ia adalah ibu kandung Wahyuni, namun ia tidak begitu memperhatikan putrinya ini. Akhir-akhir ini, ia memperhatikan Wahyuni karena ia bisa memanipulasi Wahyuni. Dan sepertinya, hal itu berjalan dengan baik.

"Situasi Ibu sekarang sangat menyedihkan, Wahyuni. Ibu harus keluar dari Payon Omah yang sudah menjadi tempat Ibu tinggal."

"...."

"Ibu juga merasa sangat bersalah karena tidak memberikan waktu yang banyak untuk kamu. Jika nanti kamu berhasil menjalankan rencana ini, Ibu akan kembali ke kedhaton ini dan kita bisa menghabiskan waktu bersama, seperti seorang ibu dan putri pada umumnya.."

Mendengar itu, Wahyuni menoleh dan berlinang air mata. "Kulo akan melakukannya, Bu. Kulo akan membawa Ibu ke kedhaton ini dan menjadi ibu dari pangeran mahkota. Kulo akan melakukannya untuk Ibu."

Sekar pun meneteskan air matanya. "Ibu akan menunggumu, nduk."

Wahyuni mengangguk. "Kulo akan mencari cara untuk  bisa bertemu dengan Gusti Kanjeng Ratu dan menjalankan rencana Ibu. Kulo akan memastikan kalau Gusti Kanjeng Ratu kehilangan bayinya dan tidak akan bisa mengandung lagi."

"Ibu sangat menyayangimu, putriku." Kemudian, ia memeluk Wahyuni dan kembali terisak. Isakkan kepalsuan untuk membuat Wahyuni mengasihaninya.

Bersambung

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang