Bab 16

294 35 0
                                        

Pada waktu makan siang esok harinya, Ardi dan Nataline tiba di Balwanadawa karena mendapatkan panggilan darurat. Beruntungnya, saat itu Nataline tidak memiliki pasien darurat sehingga bisa mengajukan cuti. Juga Ardi yang sedang tidak melakukan perjalanan bisnis ke negara manapun.

Nataline dan Ardi tiba di Kadhaton Utama Balwanadanawa dan sedang menaiki tangga untuk mencapai pintu utamanya. Sebelumnya, sudah beberapa kali mereka datang ke kerajaan ini. Namun sepertinya, yang terjadi hari ini adalah hal yang sangat besar.

Mereka tentu saja sudah tahu tentang berita yang sedang sangat dibahas di sosial media. Mereka juga sangat terkejut dengan unggahan resmi di website kerajaan Balwanadanawa. Namun, semuanya sudah terlambat.

Semua orang sudah mengetahui identitas Tatjana dan reaksi pengguna sosial media sangat beragam. Ada yang mendukung, ada pula yang menghujat dengan alasan kalau Tatjana Ruby Suwaryono adalah wanita sosialita yang tidak sesuai dengan citra kerajaan Balwanadanawa.

"Sepertinya kita akan bertarung, Pa," kata Nataline ketika pintu utama yang terlihat sangat kokoh semakin dekat dengan mereka. "Bagaimanapun, mereka tidak boleh merendahkan Tatjana."

"Tatjana adalah satu-satunya putri kita. Papa juga tidak akan melunak kalau mereka.. mengatakan hal yang enggak baik tentang putri kesayangan kita," jawab Ardi.

Nataline menganggukkan kepalanya. Walau bagaimanapun, walaupun Tatjana adalah wanita yang sangat keras kepala, yang lebih banyak menentang daripada menuruti perintah mereka, Tatjana tetaplah putri yang mereka sayangi.

Pintu utama terbuka dan Ardi juga Nataline tidak menyangka kalau ruangan itu sekarang sangat penuh terisi oleh orang-orang yang tidak mereka kenali. Sepertinya, masalah ini memang benar-benar serius.

Mereka berdua duduk di dua kursi yang sudah dipersiapkan untuk mereka, dan seketika itu pula, suasana menjadi hening.

Tidak lama kemudian, Tatjana dan Derish memasuki ruangan, tentu saja bukan seperti pasangan yang akan berjalan menuju ke altar. Kondisinya sangat berbeda. Derish--tentu saja ia mengenakan pakaian kerajaannya, namun raut wajahnya cukup khawatir.

Sementara Tatjana, ketika wanita itu melihat kedua orang tuanya, ia memaksakan senyuman yang ia harap bisa meyakinkan kedua orang tuanya kalau ia baik-baik saja sekarang.

Akan tetapi, Ardi dan Nataline justru terlihat sangat khawatir, karena apa yang mereka lihat adalah bahwa putri mereka tidak lebih baik dari seorang tawanan sekarang.

"Kulo akan memulai perundingan ini," kata Tetua setelah semua orang yang seharusnya hadir sudah berada di tempat masing-masing. "Perundingan kali ini karena adanya sebuah foto yang beredar, yang anehnya berasal dari website resmi Kadhaton Balwanadanawa, yang kini sudah sangat menyebar di negeri ini, yang menyangkut pemimpin dari kadhaton ini, Yang Mulia Raja Tarendra Derish Adiwigyarga."

"Yang Mulia, izinkan saya bicara, mewakili para abdi dalem pengurus etika di Kerajaan ini," kata Sutrisno mewakili rombongan itu. "Tidak ada hal lain yang bisa kita lakukan, selain mengumumkan pernikahan."

Ada kegusaran di beberapa tempat di dalam ruangan itu. Namun, semuanya kembali diam ketika Sutrisno melanjutkan, "Hal ini berdasarkan dua alasan. Pertama, karena Yang Mulia sudah melakukan pelanggaran yang sangat berat, yang bisa membahayakan wanitanya, yang dalam hal ini adalah Ajeng Tatjana. Ajeng Tatjana bisa mendapatkan hukuman yang sangat pedih."

Napas Nataline terasa tercekat ketika mendengarnya.

"Kedua, karena kulo mendapatkan berita bahwa Tetua sudah mengkonfirmasi kalau Ajeng Tatjana memiliki bintang yang sangat dekat, juga paling bersinar di sebelah bintang Yang Mulia. Artinya, Ajeng Tatjana memang ditakdirkan untuk menjadi istri Yang Mulia, menjadi ratu di Kadhaton ini, juga menjadi ibu dari para putra yang akan meneruskan kerajaan ini."

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang