Makan siang adalah salah satu hal yang sangat jarang dilakukan oleh keluarga dengan semua anggotanya yang sudah memiliki kesibukan masing-masing. Begitu juga dengan keluarga Suwaryono yang semuanya memanng sudah memiliki sangat banyak urusan. Akan tetapi, itu tidak berarti bagi Doughlas dan Frances Suwaryono.
Setelah mereka berdua memutuskan uuntuk melepas semua hal yang melibatkan perusahaan mereka, mereka bisa menikmati setiap waktu bersama. Termasuk makan siang seperti sekarang. Namun bedanya, mereka kini memiliki satu anggota baru.
Tatjana datang ke rumah kakek dan neneknya pada siang ini. Rumah yang sudah sangat lama ditinggalkan oleh pemiliknya, namun masih diisi oleh asisten rumah tangga yang mengurus rumah ini.
"Kamu tidak memiliki kesibukan hari ini, my princess?" tanya Doughlas ketika mereka sudah berada di meja makan, namun makanan masih terus diletakkan di atas meja.
Makanan yang Tatjana yakin tidak akan bisa mereka habiskan.
"Aku adalah seorang pengangguran sekarang, Kakek," jawab Tatjana lagi, sambil menatap semua makanan yang dihidangkan. "Apakah kita akan makan bersama dengan seorang presiden?"
"Kamu datang di saat yang tepat---hmm atau mungkin ini adalah takdirnya?" celetuk Frances. "Karena, Ruby, hari ini aku dan Kakekmu memiliki janji untuk makan siang dengan Derish."
Mata Tatjana membulat ketika ia mendengarnya. Sudah hampir satu bulan dirinya tidak lagi mendengar kabar ataupun memikirkan tentang Derish.
Oh--ada satu hari ketika ia mendapatkan panggilan telepon dari seseorang yang tidak ia kenali. Ketika ia mengangkatnya, ternyata itu adalah nomor Derish. Waktu itu, mereka kembali membahas tentang pembicaraan mereka berdua pada pesta yang diadakan oleh kakek dan neneknya.
"Kamu akan melakukannya denganku kan, Ta?" tanya Derish waktu itu.
"Ya. Aku akan melakukannya dengan kamu. Enggak ada salahnya bukan?" Tatjana sama sekali tidak berpikir panjang untuk memberikan jawaban itu.
Lagipula, Derish adalah seorang raja di Balwanadanawa. Akhir-akhir ini, ketika dirinya kembali ke Jakarta, ia mulai mendengar beberapa berita tentang kerajaan yang ternyata sangat maju dan mampu menyaingi ibukota itu.
Tentu saja dia tidak akan memiliki waktu untuk berciuman dengannya, kan?
"Kamu akan menyerahkan semuanya kepadaku kan? Bagaimana aku melakukannya?" tanya Derish lagi.
Dengan cepat, Tatjana mengiyakan pertanyaan itu. Kemudian, Derish menanyakan hal yang sama sebanyak tiga kali, seolah sedang meyakinkan dirinya, membuat Tatjana jengah dan segera mematikan sambungan telepon itu.
"Ruby? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Frances yang kini sudah duduuk di sebelah Tatjana.
Tatjana mengedip-kedipkan matanya beberapa kali karena dirinya baru saja terjaga dari lamunanya. Cepat-cepat dirinya menggelengkan kepala dan berkata, "Enggak penting, Nek. Tapi, aku enggak suka ketika Nenek mengatakan kalau ini adalah takdir. Ini murni sebuah kebetulan Nek."
Frances mengangkat kedua alisnya. "Kebetulan ketika kamu datang ke sini, dari semua hari yang ada? Kebetulan ketika kamu datang ke sini, dan kami memiliki janji makan siang dengan sang raja?"
"Ya. Kebetulan. Kalau Nenek dan Kakek mengatakan kepadaku si raja akan datang, aku enggak akan datang hari ini, dan akan datang hari lain," jawab Tatjana.
"Douglas, Frances?" panggil seseorang membuat pembicaraan mereka semua terhenti.
"Aku pikir aku harus pergi," kata Tatjana.
"Tidak ketika semua makanan sudah dihidangkan, Ruby," kata Frances dengan ultimatumnya.
Bagi Frances, Tatjana adalah cucunya yang sangat keras kepala dan ia tahu sifat itu adalah sifat yang Tatjana dapatkan dari dirinya. Maka, kali ini, ia menunjukkan sifat keras kepalanya supaya Tatjana tidak meninggalkan meja makan.
Meninggalkan meja makan setelah semua makanan dihidangkan adalah hal yang sangat salah di dalam keluarga Suwaryono. Terlebih lagi, ketika tamu mereka sudah tiba.
Tatjana terlihat tidak senang, namun ia tidak berdiri dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kusi, membuat Frances tersenyum.
"Derish," kata Doughlas sambil berdiri dan menyambut Derish ketika ia melihat dua wanita itu tidak lagi bersitegang. Frances berdiri dan memberikan senyuman.
Sementara Tatjana tetap pada posisinya. Ia merasa tidak memiliki kewajiban untuk menyambut Derish.
Suasana makan siang berlangsung hangat. Frances terlihat sangat akrab dengan Derish, hal yang tidak Tatjana ketahui. Ia tidak tahu kalau neneknya dan pria itu adalah dua orang yang sangat dekat.
Tatjana mendorong piringnya yang hanya berisikan dada ayam, tanda kalau dirinya sudah menyelesaikan makannya. "Aku harus pergi sekarang, Kek, Nek."
"Kamu tidak akan mengambil dessert?" tanya Doughlas.
"Aku ada urusan, Kek."
"Aku akan menemani kamu kalau begitu," kata Derish.
"Kamu baru saja mengatakan kalau kamu akan bertemu dengan klien kamu di Jakarta ini," kata Tatjana.
"Elijah akan mengatur ulang waktunya," jawab Derish. Lalu, Derish menatap Doughlas dan Frances. "Apa aku boleh mengajak Tatjana ke Balwanadanawa?"
Mata Tatjana kembali membulat ketika Derish mengatakan hal itu. Pria itu tidak meminta izin kepada dirinya, melainkan kepada kakek dan neneknya. Lalu, ia semakin terguncang dengan jawaban yang diberikan oleh kakek dan neneknya.
"Tentu saja," jawab Frances senang.
"Asalkan kamu berjanji untuk mengantarkan Ruby kembali dengan keadaan yang baik," timpal Douglas.
"Halo?" kata Tatjana. "Aku ada di sini."
Derish menatap Tatjana dan tersenyum. "Aku tahu, Ta. Tapi perjanjian kita di telepon waktu itu, kamu mengatakannya. Kamu setuju kalau kamu menyerahkan semua caranya kepadaku. Ini adalah salah satu bagian dari cara aku. Kamu harus ikut aku ke Balwanadanawa, Ta."
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/369580893-288-k491727.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Stars
RomanceBuku ketiga dari seri The Perfect Bouquet Disclaimer: Kerajaan, adat dan semua yang ada di dalam cerita ini murni hanyalah imajinasi dari penulis dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. φ Setelah terjaga dari tidur panjangnya, Tatjana sama...