BAB 34

248 33 10
                                    

Tatjana harus kembali ke Kedhaton Balwanadanawa dan ketika ia keluar dari kawasan paling timur Balwanadanawa, sangat banyak abdi dalem yang menunggu di perbatasan itu dan mengawalnya. Seolah-olah dirinya adalah tawanan yang harus dibawa ke hadapan sang raja dengan cepat.

Di dalam kereta kuda, Tatjana tidak bisa menahan tangisnya. Untuk beberapa waktu ini, ia tidak meneteskan air mata sedikitpun karena masih memiliki banyak rencana untuk mempertahankan bayinya. Namun Sekarang, ia tidak tahu harus bagaimana.

Sedari tadi, ia mulai merasakan perutnya yang tidak nyaman. Entah mengapa, namun ia berpikir kalau mungkin bayinya juga merasa marah.

Ya. Bayinya marah kepada Derish.

"Kita sudah memasuki gerbang utama Kedhaton, Yu," kata Wahyuni ketika ia mengintip di balik tirai jendela yang ada di kereta kuda ini.

Sekarang sudah menjelang sore dan Tatjana bisa merasakan semilir angin di Balwanadanawa. Biasanya, ia akan selalu merasa kalah angin itu menyambutnya. Namun kali ini, angin itu seolah mengisyaratkan agar dirinya berbalik dan pergi sejauh mungkin.

Aku tahu, batin Tatjana.

Akan tetapi, ia tidak bisa melakukan apapun. Ia sudah dikepung dan dibawa ke sini dengan paksa.

Kereta kuda berhenti, menandakan kalau mereka sudah tiba di kedhaton utama. Wahyuni segera turun untuk mencari tahu apakah Tatjana perlu masuk ke kedhaton utama atau tidak. Setelah beberapa waktu, Wahyuni kembali membuka pintu kereta kuda dan Segera masuk.

"Kita harus segera ke Payon Omah Utama, Yu," kata Wahyuni. "Sang Raja sedang memiliki urusan penting."

"Aku akan ditawan, sementara dia melakukan urusannya?" tanya Tatjana sambil memegangi perutnya.

Wahyuni diam, tidak tahu harus bicara apa. Namun, ia menatap Tatjana yang memegangi perutnya dan bertanya dengan cemas, "Ayu baik-baik saja? Apakah perut Raden Ayu sakit?"

Tatjana menggelengkan kepalanya. "Perutku sedikit sakit. Tapi sepertinya karena bayiku juga sangat marah kepada Derish."

Kereta kuda kembali berjalan dan Tatjana berpikir untuk memasak makanannya sendiri mulai sekarang. Payon Omah Utama memiliki dapur sendiri. Ia bisa meminta Wahyuni untuk masak di sana, atau, ia bisa memasak sesuatu yang mudah untuknya sendiri.

Di tengah lamunannya itu, kereta kuda kembali berhenti dan ia turun, dibantu oleh Wahyuni.

"Dapur akan membawakan makan malam, Yu," kata Wahyuni setelah mereka sudah berada di Payon Omah Utama.

"Aku akan masak makananku sendiri," jawab Tatjana.

Wahyuni mengerutkan alisnya. "Ada apa, Yu?"

"Aku lagi kepingin masak sendiri. Bisa kamu bantu aku mempersiapkan semuanya?" tanya Tatjana.

Wahyuni menganggukkan kepalanya "sepertinya calon pangeran ingin memakan sesuatu yang dimasak oleh ibunya."

Tatjana membalas senyuman itu dan Wahyuni segera berlalu untuk mempersiapkan semua bahan, bersama dengan beberapa dayang lainnya.

***

Derish benar-benar mengurung Tatjana. Setelah Tatjana memasuki Payon Omah Utama, Tatjana tidak diperbolehkan untuk keluar dan penjagaan di Payon Omah Utama diperketat. Sekarang sudah pukul sepuluh malam, dan Tatjana sudah memakan masakan yang ia buat dengan Wahyuni.

Ia hanya memakan quinoa dan juga dada ayam rebus. Tidak ada hal aneh lain yang ia makan, namun sekarang ia tidak berhenti berkeringat dan merasa kalau perutnya masih saja sakit.

"Kulo harus bicara dengan Elijah. Keadaan Raden Ayu tidak baik-baik saja, Yu.." kata Wahyuni yang mengompres dahi Tatjana.

Tatjana menggigil meskipun ia berkeringat. Namun, Wahyuni mengatakan kalau dirinya demam.

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang