Tiga hari kemudian, Tatjana memutuskan untuk kembali ke Jakarta karena desakan dari neneknya. Nenek dan kakeknya akan mengadakan pesta ulang tahun pernikahan mereka yang ke enam puluh lima tahun. Nenek dan kakeknya pasti akan memarahinya jika dirinya tidak hadir di acara yang sangat penting itu.
Seperti keluarga-keluarga lainnya di dalam lingkungan ini, keluarga mereka sangat menyukai pesta dan perayaan. Mereka juga akan selalu mengundang banyak tamu untuk setiap acara yang mereka adakan.
Malam ini, Tatjana memutuskan untuk mengenakan gaun paling berani yang pernah ia kenakan. Sebuah gaun pesta berwarna merah, dengan potongan dada dan punggung berbentuk V yang tidak akan begitu menutupi bagian payudara dan juga punggungnya. Di bagian pinggangnya, ada belt sederhana berwarna senada yang mempertegas bentuk tubuhnya yang ramping. Panjang gaun yang ia kenakan adalah sebatas mata kaki. Namun, memiliki potongan hingga ke pahanya, membuat kaki kirinya yang jenjang akan terlihat setiap kali dirinya melangkah.
"Cucuku adalah bintang dari setiap pesta yang dihadirinya," kata Douglas Suwaryono ketika ia melihat satu-satunya cucu perempuan yang ia miliki berjalan mendatanginya.
"Sayangnya, dia belum bisa mengajak siapapun untuk menemaninya--atau membantunya menutupi punggungnya di acara ini, sayangku," timpal Frances Suwaryono.
Tatjana mengerutkan bibirnya, karena entah apakah neneknya sengaja untuk sedikit berteriak supaya dirinya bisa mendengar ucapan itu, atau karena memang dirinya sudah sangat dekat ketika mendengar ucapan itu, dirinya bisa mendengar semuanya dengan sangat jelas.
"Aku sengaja mengenakan gaun ini, karena memang ingin mempertontonkan punggung indahku kepada semua pria yang ada di sini, Nenek," kata Tatjana sambil memeluk nenek dan kakeknya.
'Kamu masih ingin main-main dengan banyak pria, Cucuku?" tanya Frances. "Dengarkan aku--"
Tatjana tidak ingin mendengarkan ocehan neneknya malam ini. Maka, ia sekali lagi memeluk neneknya dan berkata, "Nek, aku masih dua puluh lima tahun, dan aku yakin umurku masih panjang. Aku pasti bisa menghabiskan seluruh hidup panjangku dengan seorang pria yang juga berumur panjang. Aku akan menjadi seperti kalian berdua di masa tuaku. Tidak perlu terburu-buru."
Setelah itu, ia melepaskan pelukannya dan menatap wajah nenek dan kakeknya. Pasangan ini sudah berusia lebih dari delapan puluh tahun dan masih terlihat sangat sehat, juga masih terlihat sangat saling mencintai.
Douglas yang sedari tadi hanya diam dan terbiasa dengan pertikaian kecil antara istri dan cucunya ini pun tersenyum dan berkata, "Mau bertaruh dengan Kakek? Sepertinya kamu akan segera memiliki sebuah tangan yang menutupi punggung kamu, Ruby."
Tatjana mengerutkan keningnya. Lalu, ia mengikuti arah pandang kakeknya dan mendapati Derish berada di sana. Sang raja Balwanadanawa sedang berjalan memasuki ballroom ini dengan sangat mendominasi, membuat pria ataupun wanita yang ia lewati menoleh dan menatapnya dengan cukup lama.
"Oh.. aku enggak tahu kalau raja itu juga diundang ke acara kalian," kata Tatjana seraya kembali membalikkan tubuhnya untuk menatap kakek dan neneknya.
"Dia akan selalu diundang di setiap acara yang ada di keluarga kita, Cucuku," kata Doughlas.
Belum sempat Tatjana menanyakan alasannya, neneknya berkata, "Dan sepertinya, pesta ini berkemungkinan akan menjadi tempat pertumpahan darah karena lima pria bodoh itu datang."
"Nenek berhasil membuat mereka datang?" tanya Tatjana terkejut ketika melihat lima orang kakaknya.
Frederick masuk bersama dengan Elissa yang sedang mengandung bayi kembar mereka. Kakak tertuanya itu terlihat sangat protektif kepada kekasihnya itu. Kemudian, Nathaniel berjalan sendirian, karena tentu saja ia tidak bisa membawa bayinya yang baru berusia dua bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Stars
RomanceBuku ketiga dari seri The Perfect Bouquet Disclaimer: Kerajaan, adat dan semua yang ada di dalam cerita ini murni hanyalah imajinasi dari penulis dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. φ Setelah terjaga dari tidur panjangnya, Tatjana sama...