Satu bulan lagi berlalu dan Tatjana sudah mulai diperbolehkan untuk mengisi acara televisi. Bagaimanapun juga, sekarang mereka hidup di zaman modern dan pihak humas dari kerajaan memang menginginkan anggota kerajaan yang menarik perhatian masyarakat di negara ini banyak beriteraksi. Salah satu tujuannya adalah untuk menunjukkan citra modern dari kerajaan dan juga para senior kerajaannya.
Dalam hal ini, Tatjana adalah anggota kerajaan yang sangat banyak dicari semenjak pernikahanya dengan sang raja Balwanadanawa. Pernikahan mereka adalah pernikahan kerajaan yang mengejutkan, tapi pada akhirnya di sambut dengan sangat baik.
"Pertanyaan terakhir, Gusti Kanjeng Ratu," kata Medina, pembawa acara untuk acara ini, yang tidak bisa lagi merasa iri dengan kesempurnaan Tatjana. "Apa yang kamu rasakan setelah menjadi seorang permaisuri?"
Tatjana terlihat tenang dan ia kembali mengembangkan senyumannya. Ia sangat cantik dengan gaun berwarna biru cerah berpotongan sopan. "Tentu sangat berat. Aku enggak punya pengalaman apapun tentang Balwanadanawa. Para tetua selalu mencekoki aku dengan berbagai pelajaran."
Ucapan Tatjana membuat seisi studio tertawa.
"Tapi semuanya enggak begitu berat aku jalani," kata Tatjana lagi, membuat semua orang kembali diam. "Karena di dalam sana, ada orang yang sangat aku cintai, yang selalu menggenggam tanganku, dan berjalan lambat untuk mengimbangi langkahku."
Medina tersenyum. "Aku bisa merasakan cinta antara kalian berdua."
Tatjana hanya membalas ucapan itu dengan senyuman manisnya. Ia harus mengatakan kata-kata seperti itu, meskipun sekarang antara dirinya dan Derish sama-sama sedang saling mendiamkan. Sudah satu bulan berlalu, dan Derish masih saja marah kepadanya.
Meskipun begitu, ia tidak membiarkan siapapun untuk tahu masalah mereka. Mungkin, Derish juga melakukan hal yang sama karena bahkan Araya pun tidak menyadari hal ini. Mereka berdua akan sarapan bersama, berjalan bersama dan terlihat bahagia. Meskipun setiap kali mereka berjalan bersama, hanya ada dua hal yang terjadi; bertengkar atau saling mendiamkan.
Dua orang yang tahu hanyalah Wahyuni dan Elijah.
Mata Tatjana menemukan Wahyuni di antara para kru dan Wahyuni menyemangatinya dengan memberikan senyuman.
Tiba-tiba saja, perasaan Tatjana terasa tidak karuan. Ia ingin terisak dan berujung dengan dirinya yang menahan napas. Kerongkongannya juga terasa berat dan sakit, seolah ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Tangisan. Tangisannya lah yang memaksa untuk keluar.
Untuk seumur hidupnya, ia tidak pernah menangis di hadapan siapapun. Lalu sekarang, ia tidak bisa menangis di hadapan semua orang yang ada di sini, dan orang-orang yang menonton acara siaran langsung ini.
Akan tetapi, ia tidak mengerti mengapa perasaannya sangat emosional seperti ini, hanya karena melihay senyuman Wahyuni.
Apakah benar hanya karena senyuman Wahyuni, atau karena ia merindukan Derish, pria yang sedari tadi mereka bicarakan?
"Yu," kata Wahyuni yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya. "Acaranya sudah berakhir. Kita bisa keluar sekarang."
Tatjana mengedipkan matanya beberapa saat Karena tidak sadar kalau acaranya sudah berakhir.
"Terima kasih banyak, Gusti Kanjeng Ratu," kata Medina sambil menghampirinya.
Tatjana berdeham untuk memastikan kalau suaranya tidak pecah karena desakan pada kerongkongannya. "Sama-sama. Aku sangat senang bisa hadir di sini."
Setelah beberapa waktu saling bicara, akhirnya Tatjana benar-benar berjalan meninggalkan studio. Ia tidak tahu bagaimana dirinya bisa berjalan, namun kini ia sudah berada di lobi gedung. Beberapa wartawan yang mengetahui keberadaan Tatjana pun mulai mendekat untuk mewawancarainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Stars
RomantikaBuku ketiga dari seri The Perfect Bouquet Disclaimer: Kerajaan, adat dan semua yang ada di dalam cerita ini murni hanyalah imajinasi dari penulis dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. φ Setelah terjaga dari tidur panjangnya, Tatjana sama...