BAB 23

285 36 2
                                        

Setelah dirasa kalau Tatjana cukup anggun dan bisa menjalankan tugas kerajaan, Tatjana mulai sangat sibuk. Ia memiliki banyak sekali jadwal dalam satu tahun ke depan. Menghadiri rapat dengan para dayang, mengurus berbagai urusan dalam kerajaan, menghadiri berbagai acara di luar kerajaan dan sebagainya.

Ternyata, menjadi seorang ratu tidak semenakutkan yang ia kira. Ia tidak benar-benar terkurung di istana, dan bahkan masih bisa bertemu dengan rakyat Balwanadanawa.

Derngan sangat cepat, citranya yang awalnya buruk karena dirinya bukan dari kalangan ningrat mulai sirna. Rakyat Balwanadanawa mencintai ratu baru mereka yang sangat bersahaja, memiliki tatakrama tapi juga modern ini.

"Kamu adalah ratu yang sangat bersahaja," kata Tasmirah. Sesaat setelah kematian suaminya, Tasmirah tentu saja harus menghadapi kenyataan kalau dirinya bukan lagi ratu di kerajaan ini. Namun, ia menerimanya.

Tasmirah sama sekali tidak bersedih karena gelarnya harus ia gantungkan kembali. Ia juga tidak berkabung lama ketika suaminya meninggal. Karena, ia tahu kalau kehidupan setelah ini akan jauh lebih baik untuk suaminya.

Ia sangat terkejut ketika mendengar dayangnya mengatakan kalau Tatjana berkunjung ke Payon Omahnya. Payon Omah yang jauh lebih kecil dari Payon Omah Utama, tempat dirinya akan menghabiskan sisa umurnya. Namun, ia menyukai tempat ini.

"Maaf karena kulo tidak bisa mengunjungi budhe lebih cepat," kata Tatjana sambil meminum tehnya. Ia menyukai teh Balwanadanawa.

"Kedatanganmu sekarang saja sudah sangat membuat budhe merasa senang," jawab Tasmirah. "Apa kamu baik-baik saja?"

Tatjana menganggukkan kepalanya. "Sejauh ini, kulo baik-baik saja, budhe."

Tidak ada yang aneh dari jawabannya. Ia memang merasa baik-baik saja, setidaknya untuk saat ini. Namun, ketika mendengar pertanyaan itu, ada bagian di dalam hatinya terasa tidak nyaman.

"Budhe harap, rasa baik-baik saja itu akan bertahan lama, Yang Mulia. Bukan maksud budhe untuk menggurui. Namun, semakin lama kamu hidup di dalam kedhaton ini, kamu akan Merasakan jeratan dari tempat ini. Satu-satunya hal yang bisa membuatmu bernapas hanyalah cinta. Sang raja sangat mencintaimu, dan kamu akan baik-baik saja."

"...."

Tasmirah nenyentuh lengan Tatjana. "Budhe akan mendoakan yang terbaik untukmu."

"Kulo takut, budhe," kata Tatjana pada akhirnya. Setelah mencoba untuk memahami perasaannya, ia tahu kalau dirinya sekarang merasa takut.

"Apa yang membuatmu merasa seperti ini?"

"Kulo hanya sedang berusaha untuk menjaga suami dan orang-orang yang Kulo sayangi di sini. Kulo takut tidak bisa melaksanakannya," kata Tatjana lagi.

Senyuman Tasmirah mengembang. "kamu memang adalah seorang wanita yang sangat kuat."

Bukan, pikir Tatjana. Bukan itu maksudnya. Namun, is tidak melanjutkan kata-katanya lagi. Ia tidak bisa melanjutkannya.

"Kamu tidak perlu menjagaku dan semua orang yang kamu sayangi di sini, Ta," kata Derish ketika ia memasuki beranda payon omah.

Tatjana tersenyum. "Tentu saja. Kamu harus menjagaku."

Derish memberikan salam kepada Tasmirah yang juga sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri. "Maaf karena kulo jarang menemui Budhe."

"Tidak masalah, Yang Mulia Raja. Budhe tidak ingin mengganggumu. Jika kamu memiliki waktu luang di antara waktu sibukmu, temuilah istrimu."

Derish tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Kulo ingin mengajak Tatjana ke kebun bunga, Budhe. Apa kulo boleh mengajaknya sekarang?"

"Tentu saja. Habiskanlah waktu yang kalian miliki," jawab Tasmirah dengan senyumannya. "Satu-satunya telaga di dalam penjara ini hanyalah cinta dari kalian masing-masing, untuk satu sama lainnya."

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang