Bab 29

256 32 6
                                        

"Mereka berdua ini apa ndak lelah ya?" tanya Elijah yang berjalan tidak begitu jauh dari pasangan suami istri yang sedang berpura-pura itu.

Sekarang, mereka sedang berjalan bersama di sore hari yang sangat indah. Terasa cerah dan hangat. Mereka berdua harus melakukan jalan bersama lebih sering karena insiden yang terjadi beberapa hari yang lalu di Payon Omah milik Araya. Tentu saja setelahnya Araya memarahi mereka berdua.

Tidak seharusnya pasangan suami istri bertengkar di depan umum seperti itu. Setelah mengetahui kalau di antara mereka berdua tidak baik-baik saja, dan Araya berusaha untuk tidak terlalu menanyai masalah mereka sebelum mereka sendiri yang bercerita kepadanya, ia pun menghukum Tatjana dan Derish agar selalu berjalan setiap sore dan memperlihatkan kemesraan mereka.

Akhirnya, setiap hari selama satu minggu ini, mereka berdua berjalan bersama, meskipun tidak ada satu pun yang berbicara di antara mereka. Mereka hanya menyunggingkan senyuman dan bergandengan tangan. Lalu, menyapa para pelayan dan dayang yang mereka lewati.

"Sepertinya penonton seperti kita lah yang lebih lelah ketika melihat perang dingin ini, Elijah," jawab Wahyuni.

"Apakah ada masalah yang sangat besar di antara mereka berdua?" tanya Elijah sambil menatap Wahyuni. Lalu, ia mengerutkan keningnya. "Kamu tahu sesuatu ya?"

"...." Wahyuni hanya diam dan berusaha untuk tidak mengatakan apapun. Ia juga berusaha untuk tidak memberikan mimik wajah yang membuat Elijah mencurigainya.

Akan tetapi, ekspresi dingin yang ia paksakan justru membuat Elijah semakin yakin kalau Wahyuni mengetahui sesuatu.

"Wahyuni. Katakanlah. Aku sangat frustasi dengan semua ini," desak Elijah. "Aku harus tahu apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang kita jaga ini."

"Kamu ini," kata Wahyuni kesal. "Aku juga sedang berusaha untuk menjaga rahasia."

"Bagi saja rahasiamu kepadaku. Aku sangat menjaga sang raja, begitu juga denganmu, kan?"

"Aku juga tidak tahan menyimpan semua ini sendirian. Tapi apakah kamu mau berjanji untuk merahasiakan semua ini demi langit dan Balwanadanawa?"

Elijah juga terlihat kesal dan menjawab, "Aku tidak akan menceritakan apapun jika itu menyangkut sang raja."

"Semua ini karena mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik, Elijah," kata Wahyuni. "Padahal, mereka seharusnya berbahagia sekarang."

"Maksudmu?"

Wahyuni menatap ke belakang dan ke sekitar mereka. Lalu, setelah tidak ada siapapun di antara mereka dalam radius lima meter, akhirnya, ia kembali bicara, "Sebenarnya Gusti Kanjeng Ratu sudah mengingat semuanya."

"APA?" tanya Elijah yang berupa teriakan, membuat semua orang menoleh, termasuk Tatjana dan Derish.

mendengar itu, Wahyuni menginjak kaki Elijah dan pria itu menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Lalu, setelah Elijah bisa menguasai dirinya, ia bertanya, "Mengapa Gusti Kanjeng Ratu tidak mengatakannya?"

Wahyuni lalu menceritakan semuanya, tentang alasan Tatjana amsih merahasiakan semua ini, yang tidak lain dan tidak bukan adalah karena Sekar. Tatjana melakukan semua ini karena tidak ingin Sekar merencanakan hal lain.

Tatjana beranggapan jika ia tetap bersikap tidak tahu, Semuanya akan baik-baik saja. Dan itu terbukti seekarang.

"Aku tidak pernah tahu hal itu," kata Elijah setelah Wahyuni menyelesaikan kata-katanya. "Padahal sang raja sangat menyayangi Gusti Raden Ayu Sekar."

"Ada hal lain yang lebih besar yang pasti lebih mengguncangmu."

"Ada lagi?" tanya Elijah.

Wahyuni mengangguk. "Tutup mulutmu sebelum aku mengatakannya."

Elijah menutup mulutnya lagi.

"Gusti Kanjeng Ratu sedang mengandung calon pangeran mahkota."

Setelah mengatakan hal itu, Wahyuni kembali menginjak kaki Elijah karena khawatir ajudan itu akan kembali berteriak.

"Ini berita besar!" kata Elijah dengan suara tercekat, saking terguncangnya dirinya.

"Ya. Tapi Gusti kanjeng ratu tidak ingin siapapun tahu, karena takut Gusti Raden Ayu Sekar akan melakukan sesuatu pada sang pangeran mahkota."

"Sang Raja pun tidak tahu?"

"Itulah yang sang ratu coba lakukan. Tapi selalu saja berujung pertengkaran."

***

"Nariah," kata Sekar di sisi lain kedhaton Balwanadanawa yang sangat luas ini. "Sangat sulit untuk bertemu denganmu. Tapi, ada satu hal yang sangat ingin Bulik katakan kepadamu."

Sekarang mereka berdua berada di kebun herbal yang jarang dikunjungi di sore hari seperti ini. Karena, para dahang yang mengurus dan akan memetik tanaman herbal selau melakukannya di pagi hari.

"Kulo cukup sibuk akhir-akhir ini, Bulik. Apa yang ingin Bulik katakan, sampai kita harus bertemu di sini?" tanya Nariah bingung.

Sekar bahkan berpesan supaya Nariah tidak membawa dayang pribadinya. 

"Sang ratu sedang mengandung calon putra mahkota," kata Sekar.

Nariah membulatkan matanya, tanda dia sangat terkejut dengan ucapan Sekar tadi. "sang ratu sedang mengandung, bulik?"

Sekar menganggukkan kepalanya. "entah apa yang membuat sang ratu belum memberikan pengumuman. Mungkin dirinya ingin menunggu hingga usia kandungan tiga bulan."

"...."

"Kamu masih bertekad untuk menjadi ratu dan tetap tinggal di kedhaton ini kan, Nariah?" tanya Sekar. "Kita harus menggugurkan kandungan sang ratu. Jika sang ratu berhasil melahirkan calon pangeran mahkota, maka tidak ada hal lain yang bisa kita lakukan. Kamu tidak akan bisa mewujudkan mimpimu."

"...."

"Bulik hanya ingin membuatmu menjadi ratu di kedhaton ini, nduk.."

Dan membuatmu melakukan apapun yang ku inginkan.

"Tapi.. dari mana Bulik mengetahui hal ini?"

***

Beberapa hari yang lalu..

"Elijah," panggil Derish ketika mereka berada di kereta kuda untuk keluar dari kedhaton, karena Derish memiliki jadwal pertemuan dengan rakyat Balwanadanawa di pusat wilayah. "Aku meninggalkan ponselku."

Elijah membulatkan matanya. "Walah dalah.. tapi kita sudah hampir sampai dan tidak akan sempat kalau harus kembali, Yang Mulia Raja. Kulo akan meminta orang untuk mengantarkannya dari kedhaton."

"Tidak perlu. Aku meninggalkannya di Payon Omah Ibu Sekar. Dia pasti sudah menjaga ponselku," jawab Derish.

Akan tetapi, di sisi lain Balwanadanwa, di Payon Omah milik Sekar, wanita itu sedang menatap layar ponsel milik Derish yang tertinggal. Derish memang makan siang bersamanya hari ini dan harus segera peegi untuk jadwalnya.

Awalnya, Sekar ingin membiarkan panggilan itu. Namun, Tatjana terus saja menelepon. Maka, ia memutuskan untuk mwngangkat panggilan telepon itu.

Belum sempat Sekar bicara, Tatjana sudah mengatakan sesuatu yang membuat petir seolah menyambar ubun-ubunnya.

Dengan suara bahagia, Tatjana berkata, "Derish.. Aku hamil. Aku hamil anak Kita.."

Setelah itu, ia langsung memutuskan sambungan telepon dan berjalan mondar mandir sambil memilin kedua tangannya.

Ia harus segera bertindak. Ia harus menemukan cara untuk menggugurkan bayi itu. Jika Tatjana masih baru mengetahuinya, pasti usia bayi itu juga masih sangat muda.

Ia harus menggugurkan kandungan Tatjana.

Bersambung


The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang