BAB 4

365 43 0
                                        

Hal pertama yang Tatjana rasakan ketika dirinya mulai mendapatkan kesadaran adalah, kepalanya yang terasa sangat sakit. Kepalanya berdenyut dan terasa akan pecah. Ia juga merasa kalau napasnya panas, tanda kalau dirinya demam.

Apakah dirinya terlalu banyak minum? Ya. Sangat banyak karena jebakan William.

Ia membuka matanya dan mendapati ruangan yang ia tempati sangat gelap. Ia bahkan tidak bisa melihat tangannya sendiri yang ia angkat di depan wajahnya. Ia ingin berdiri. Namun, kepalanya sama sekali tidak bisa memberikan kerjasama karena seberapapun dirinya berusaha, ia tidak bisa mengangkat kepalanya karena sangat pusing.

Lalu, dirinya mendengar pintu terbuka dan seberkas cahaya masuk ke dalam ruangan.

"Ta? Tatjana?" panggil suara itu. Suara yang jarang ia dengar, namun sangat ia kenali.

Oh—sepertinya alkohol sudah merusak jantungnya, karena sekarang jantungnya berdebar tidak karuan karena alasan yang tidak pasti.

"Lampu," kata Tatjana dan suaranya sangat parau.

Walaupun sekarang keadaannya tidak baik-baik saja, namun dirinya harus bisa melihat dengan jelas untuk menyelamatkan diri, bukan?

Tidak lama, lampu menyala dengan sangat terang dan cahaya itu langsung mengenai mata Tatjana,membuatnya memejamkan mata untuk beberapa saat. Ketika ia sudah bisa membuka matanya, ia melihat pria psikopat itu.

"Kamu?" Kata Tatjana.

"Ya. Ini aku, Ta," kata Derish dengan senyumannya. "Aku membawa kamu ke apartemen aku, setelah aku menemukan kamu yang sangat mabuk di bar. Maaf aku membawa kamu ke sini, karena aku tidak tahu alamat tempat tinggal kamu."

Tatjana menyipitkan matanya. Ia memang lupa bagaimana dirinya bisa berada di sini. Namun, dari sekian banyak manusia, mengapa pria psikopat ini yang harus membawanya?

"Aku mau pergi," kata Tatjana yang kini sudah memaksakan diri untuk berdiri.

Derish tepat berada di depan ranjangnya sehingga ketika dirinya berdiri, mereka berdua berhadap-hadapan. Tentu saja tubuh Deruah jauh lebih tinggi dan besar dari dirinya.

Akan tetapi, sekali lagi, sepertinya keputusannya untuk berdiri adalah keputusan yang salah karena sekarang ia tidak bisa menjaga keseimbangannya. Dan kepalanya terasa semakin berat.

Tatjana tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, namun sekarang dirinya dan Derish sudah terjatuh di atas ranjang—dengan Derish yang ada di atas tubuhnya. Oh, ia ingat. Ia menarik tubuh Derish ketika dirinya akan terjatuh, berharap dirinya akan bisa menjaga keseimbangan dengan tubuh pria itu. Namun, dirinya justru menarik Derish untuk jatuh bersamanya.

Untuk beberapa saat, mereka hanya saling memandangi. Tatjana yang masih berusaha untuk sadar di tengah rasa sakit di kepalanya, sementara Derish yang kini sudah sepenuhnya sadar.

Tubuh Derish membeku ketika dirinya merasakan tubuh Tatjana yang hangat. Ia tahu wanita ini sedang demam karena seorang manusia normal tidak akan mengeluarkan hawa panas seperti ini. Tatjana demam, dan itu mengganggunya.

Namun, ada hal lain yang lebih mengganggunya, mengusiknya. Karena, dirinya yang tidak siap, tentu saja ia terjatuh sepenuhnya di atas tubuh wanita itu. Lalu sekarang, ia bisa merasakan kedua payudara kenyal milik Tatjana yang melekat dengan dadanya yang keras.

Hal yang sangat mengusiknya, dan membangunkan sisi lain dalam dirinya.

"Berat. Bisa kamu geser?" tanya Tatjana yang terlihat akan kehilangan napas.

Dengan cepat, Derish menggunakan kedua lengannya yang kekar untuk menyangga tubuhnya. Namun, terlebih dari itu, sekarang posisi mereka seolah Derish yang sedang mengungkung tubuh Tatjana.

"Semalam.. kamu mengatakan kata-kata yang seharusnya hanya kamu ingat, sebelum kamu tidur sangat lama dan kehilangan ingatan kamu," kata Derish. "Apa kamu mengingat sesuatu tentang kita?"

Tatjana tidak langsung menjawab, dirinya masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. Juga rasa pusing dan demamnya. Sebenarnya, ia tidak begitu mendengarkan pertanyaan milik Derish.

"Ta? Kamu mengingat sesuatu?" tanya Derish lagi.

Tatjana tidak tahu bagaimana perasaan Derish sekarang. Antara gugup dan takut kecewa. Ia gugup dengan jawaban yang akan diberikan oleh wanita ini. Namun, dirinya juga takut kecewa jika saja jawaban Tatjana tidak sesuai dengan keinginannya.

Akan tetapi, apa yang Tatjana lakukan setelahnya membuat Derish tidak bisa berpikir dengan jernih.

Wanita yang ada di bawah tubuhnya ini melingkarkan kedua lengannya di leher Derish dan mencium bibirnya. Tidak hanya mencium, Tatjana juga menghisap dan menggigit kecil bibir Derish, membuat Derish benar-benar kehilangan akal sehatnya.

Dengan cepat, Derish memutar tubuh mereka, sehingga kini Tatjana berada di atas tubuhnya. Derish sedikit memiringkan kepalanya untuk mempermudah akses untuk membalas ciumannya pada bibir Tatjana, membuat wanita itu mengerang pelan, dan membuat Derish semakin menggila.

Meskipun ia adalah seorang raja yang seharusnya tidak melakukan hal seperti ini kepada wanita yang bukan istrinya, namun Derish tetaplah seorang pria yang akan membalas ciuman dari wanita yang sudah ia cintai untuk bertahun-tahun ini.

Ditariknya tengkuk Tatjana dengan perlahan, membuat ciuman mereka menjadi semakin dalam. Derish berusaha keras untuk menjaga tangannya supaya tidak terlalu lancang. Karena walau bagaimanapun juga, ia menghormati Tatjana. Namun, tidak dengan bibirnya.

Tatjana adalah orang pertama yang menarik kepalanya dan keduanya sama-sama terengah kehabisan napas.

"Apa itu tadi?" tanya Derishnpada akhirnya, karen Tatjana yang tidak kunjung bicara.

"Aku cuma kepingin mencium kamu," kata Tatjana. Ia membalikkan tubuhnya hingga kini tubuh mereka saling berdampingan.

Tatjana tahu kalau dirinya masih tidak bisa berdiri. Maka, ia memutuskan untuk berbaring di sebelah pria psikopat ini.

"Mungkin karena efek alkohol dan efek demam aku," kata Tatjana lagi.

Mendengar itu, Derish menoleh. Kentara sekali kalau dirinya sangat marah. "Kamu mencium banyak pria setelah kamu bangun dari mabuk?"

Tatjana hanya mengangkat kedua bahunya. "Tergantung situasi."

"Kamu tidak boleh mencium pria manapun," kata Derish.

"Kamu enggak punya hak terhadap diri aku," jawab Tatjana. "Untuk ke sekian kalinya, aku ingetin kamu. Aku enggak mengenal kamu dan merasa kamu enggak memiliki tanggung jawab apapun terhadap diri aku."

Derish sangat marah sekarang. Ada banyak hal yang membuatnya merasa sangat marah. Ia marah ketika mengetahui kalau Tatjana selalu mencium pria lain. Dan juga, ia marah ketika Tatjana sama sekali tidak terganggu dengan ciuman mereka tadi.

Padahal, dirinya sangat terganggu.

"Mungkin kamu bisa menggunakan alasan itu untuk menjauhi aku selama ini, Ta. Tapi sekarang, aku sama sekali tidak akan membiarkan kamu pergi. Tidak setelah kita berdua saling berciuman. Mulai sekarang, Ta. Kamu tidak boleh mencium pria brengsek manapun. Mulai sekarang, kamu hanya boleh menciumku," kata Derish.

Derish mencari mata wanita itu, dan ketika ia sudah mendapatkannya, ia menambahkan, "Aku akan ada setiap kali kamu terjaga dari mabukmu. Dan satu-satunya pria yang akan kamu cium ketika kamu bangun cuma aku, Ta."

Bersambung

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang