BAB 30

261 39 0
                                    

Frances Margaux Suwaryono adalah wanita yang sangat menyukai negara-negara yang membuatnya tenang. Ketika ia sudah menyukai sebuah negara, ia akan berusaha untuk mempunyai kepemilikan di kota itu. Ia meiliki Chateau de Chenonceau di Perancis, Schloss Laufen di Swiss, ia bahkan berhasil memiliki Kastil Inuyama, satu-satunya kastil milik pribadi yang ada di Jepang.

Meskipun ia tidak bisa memiliki keseluruhan dari negara yang ia sukai, namun ia memastikan kalau dirinya berpengaruh di negara itu.

Akan tetapi, berbeda dengan Balwanadanawa. Ia tidak pernah berkunjung ke wilayah ini dan tidak begitu memperhatikannya, walaupun tentu saja ia tahu kalau Balwanadanwa adalah wilayah kerjaan yang sangat diperhitungkan.

Pertama kalinya ia berada di wilayah itu adalah ketika Tatjana dikabarkan pingsan di Balwanadanawa. Tentu saja ia harus menengok cucu wanita satu-satunya itu. Sejak saat itu, ia menyukai Balwanadanawa. Namun, ia sama sekali tidak berkeinginan untuk memiliki wilayah ini.

Ia justru merasa bahagia karena sudah menjadi bagian dari wilayah ini.

Maka, ketika dirinya hari ini akhirnya bisa kembali ke Balwanadanawa, ia merasa sangat senang. Nathaniel, cucunya sudah kembali ke Singapura dan ia bisa melepaskan Ivy, cicitnya kepada Nathaniel. Tentu saja ia merasa sedih harus meninggalkan cucunya. Namun, ia juga merasa kalau dirinya harus berkunjung ke Balwanadanawa.

Sebagai wanita yang sudah biasa berkunjung ke banyak tempat, ia sudah mengabari pihak kerajaan kalau dirinya akan berkunjung dan menginap. Maka, ia mendapatkan sambutan yang sangat baik dan sempat mengobrol dengan Ningsih, wanita yang usianya tidak berbeda jauh dari dirinya.

Ia tiba di Kedhaton pada siang hari dan sore hari ini, ia memutuskan untuk minum teh sendirian di beranda Payon Omah yang akan ia tinggali untuk beberapa hari ke depan.

Tentu saja, ia tidak ingin pergi dengan cepat dari tempat yang membuatnya merasa tenang, dan membuat paru-parunya lebih baik.

Senyumannya mengembang ketika dirinya melihat ada rombongan yang menuju ke arahnya. Ia sangat tahu siapa yang akan datang. Ia bahkan bisa melihat Derish yang terlihat paling gagah di dalam rombongan itu.

"Nenek," sapa Derish ketika pria itu sudah berada di hadapan Frances.

"Kamu tidak perlu repot-repot datang seperti ini, Derish," jawab Frances sambil membalas pelukan Derish.

Ia dan Derish sudah sepakat kalau dirinya hanya memanggil nama pria itu saja, di dalam maupun di luar istana.

"Aku sangat merindukanmu," jawab Derish ketika mereka sudah melepaskan pelukan masing-masing.

Setelah mereka berdua duduk, Frances menyuguhkan teh kepada Derish. Ia memang sengaja meminta satu cangkir kosong kepada dayang, karena yakin kalau Tatjana akan menghampirinya. Namun, sejak tadi ia tidak melihat Tatjana.

"Kamu terlihat sangat lelah, Derish."

"Aku masih belum bisa mengimbangi kesibukanku setiap harinya," jawab Derish sambil memimum tehnya. Setelah itu, ia kembali bertanya, "Apa kamu memiliki kesulitan dengan paru-parumu?"

Frances tersenyum. Tidak ada yang tahu kalau dirinya sedang berjuang untuk bisa terus bernapas. Beberapa waktu yang lalu, ia memiliki masalah pada paru-parunya dan setiap kali dirinya berada di sini, paru-parunya terasa jauh lebih baik.

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang