BAB 2

429 45 0
                                        

"Yang Mulia akan melakukan perjalanan ke New York?" tanya Elijah Damar ketika memeriksa email email milik sang raja. "Yang Mulia tidak memiliki urusan apapun di New York."

Derish yang sedang memeriksa pekerjaannya pun menoleh dan memilih untuk tidak menghiraukan apa yang diucapkan oleh ajudannya. Sekarang ia sedang sangat sibuk karena selain menjadi raja dari Kadhaton Balwanadanawa, dirinya juga seorang pebisnis.

Keputusannya lima tahun lalu untuk membatalkan kerjasama dengan pihak yang meragukannya, dan memilih untuk memproduksi sendiri hasil alam dari kerajaan ini ternyata membuahkan hasil yang baik.

Produk teh Balwanadanawa kini menjadi produk teratas dengan permintaan yang sangat tinggi, membuat Derish memiliki cukup banyak uang untuk mensejahterakan rakyatnya.

"Kulo akan membatalkan tiket ini," kata Elijah pada akhirnya.

"Aku memiliki urusan di sana, Elijah," kata Derish pada akhirnya.

Elijah menggelengkan kepalanya. "Kulo yakin tidak ada yang akan Yang Mulia kerjakan di New York."

Derish menghembuskan napas dan meletakkan tablet yang sedari tadi mencuri perhatiannya, lalu menatap ajudan yang sudah menemaninya sejak dirinya masih kecil ini.

"Aku memiliki urusan dengan calon ratuku. Dia ada di sana dan aku akan menemuinya."

Seolah baru saja tersengat listrik, Elijah membulatkan matanya. "Yang Mulia masih saja mengejar wanita yang tidak ingin lagi bersama Yang Mulia? Sudah banyak kali Yang Mulia mendatanginya, tapi Yang Mulia pulang dengan tangan kosong. Bagaimana jika hasilnya kali ini tetap sama?"

"Kali ini, aku akan membawa calon ratuku bersamaku, Elijah. Sudah terlalu lama dia bermain permainan ini dan aku sudah mulai lelah."

Elijah sama sekali tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam hati rajanya ini. Sejak awal, ia memang tidak menyukai Tatjana. Satu, karena wanita itu bersikap tidak sopan, dua karena Tatjana tidak memiliki tatakrama, tiga karena Tatjana bukanlah wanita yang berasal dari keluarga kerajaan--meskipun dalam hal lain Tatjana berasal dari salah satu keluarga di negeri ini--namun tidak ada satu hal pun yang membuat Tatjana bisa bersanding dengan sang raja.

Akan tetapi, sepertinya sang raja sangat memuja wanita tidak sopan itu.

"Yang Mulia sudah melakukan banyak hal demi wanita itu. Yang Mulia mengejarnya, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh seorang raja. Yang Mulia juga mempercayakan beberapa hal kepada Pangeran Aghiya, supaya Yang Mulia memiliki waktu untuk mengejarnya," kata Elijah lagi.

Derish diam, tidak ingin mengatakan apapun. Karena, tidak akan ada yang mengerti kalau satu-satunya wanita yang ia cintai dan yang ingin ia habiskan separuh hidup adalah bersama dengan Tatjana. Ia hanya membayangkan hidup bersama Tatjana. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan atas dasar keputusannya sendiri adalah menikah dengan Tatjana.

"Yang Mulia harus segera menikah. Para Tetua sudah sangat khawatir dengan garis keturunan Yang Mulia. Pangeran Aghiya dan Pangeran Ajinata tentu saja tidak bisa menyambung garis keturunan, karena mereka tidak terlahir dari rahim Ibunda Ratu Araya. Hanya Yang Mulia yang bisa meneruskan garis keturunannya."

"Kamu harus membantuku mendapatkan kepercayaan Tatjana, kalau begitu Elijah. Aku sangat lelah sekarang. Bisa tinggalkan aku?" tanya Derish.

Elijah terlihat sangat berat untuk meninggalkan sang raja. Namun, ia tidak bisa melawan perintah.

Maka, dirinya pun menunduk untuk memberikan penghormatan dan meninggalkan ruang kerja yang tersambung dengan ruang tidur sang raja itu.

Elijah keluar dari Payon Omah Utama, yang kini menjadi kediaman resmi Derish setelah ia naik takhta menjadi raja di Kadhaton Balwanadanawa.

"Aku harus menemui Eyang.." kata Elijah yang tidak bisa lagi menahan perasaannya.

Sekarang usia sang raja sudah menginjak dua puluh lima tahun, dan usia itu adalah usia yang sangat matang untuk melangsungkan pernikahan. Dan juga, seharusnya sang raja sudah memiliki seorang putra mahkota.

Elijah tiba di Payon Omah milik Ningsih dan melihat wanita itu sedang duduk di beranda Payo Omah-nya.

"Eyang Ratu?" panggil Elijah. "Maaf kalau kulo menggangu. Tapi kulo sangat khawatir. Jantung kulo rasanya akan terlepas dari tempatnya, Eyang Ratu.."

Ningsih menoleh dan ia menatap Elijah yang terlihat akan pingsan. Cepat-cepat ia meminta Elijah untuk duduk di hadapannya. "Ada masalah apa, Elijah?"

"Eyang.. Sepertinya Yang Mulia tidak akan pernah.. Eyang pasti tahu apa yang Kulo maksudkan. Yang Mulia masih akan mengejar wanita yang sudah meninggalkannya. Kita harus mencarikan dan menyadarkan Yang Mulia kalau wanita itu bukan satu-satunya, Eyang.." kata Elijah.

Ningsih tersenyum. Pikirannya kembali ke lima tahun yang lalu, ketika Elijah pernah mengatakan kepadanya kalau Tatjana selalu membuat jantungnya terlepas.

"Tatjana masih membuat jantungmu terasa akan lepas, Elijah?" tanya Ningsih. "Apakah cucuku akan pergi lagi?"

"Ya, Eyang. Kali ini ke New York. Kulo khawatir.. Yang Mulia akan melupakan tugas-tugasnya sebagai seorang raja, Eyang," kata Elijah lagi.

"Kalau begitu, kamu harus memastikan pertemuan mereka berakhir baik. Elijah, kamu tidak perlu takut. Aku tahu cucuku. Dia tidak akan melupakan tugas-tugasnya. Dia hanya perlu waktu untuk mendapatkan cinta dari sepalih gesang-nya. Aku selalu berdoa kepada langit, supaya mereka bisa bersama lagi. Supaya Tatjana kembali mengingat sedikit saja cintanya pada Derish."

"Apakah hanya Ajeng Tatjana yang sesuai untuk Yang Mulia, Eyang? Apakah kita tidak bisa mencarikan wanita yang lebih baik darinya, untuk menemani Yang Mulia memimpin Kadhaton ini?" tanya Elijah pada akhirnya.

Mungkin, dirinya bisa menyangkal ucapan apapun yang dilontarkan oleh sebagian orang. Namun, ia tidak bisa menyangkal ucapan Eyang Ratu ini.

Ningsih kembali tersenyum. "Ada sangat banyak wanita yang bisa disandingkan dengan cucuku. Tapi, langit memilihnya. Cucuku juga tidak ingin cinta dari orang lain selain cinta dari Tatjana. Tidak akan ada yang bisa merubah itu, Elijah. Jadi, sepertinya, setelah ini kamu akan lebih sering merasa kalau jantungmu akan terlepas dari tempatnya."

Elijah menghembuskan napas pelan. Entah mengapa, setiap kali bicara dengan Eyang Ratu, dirinya akan selalu mendapatkan pencerahan. Seperti sekarang, dirinya mengerti kalau memang hanya Tatjana yang bisa bersama dengan Derish.

"Meskipun nantinya Kulo akan tersiksa.. tapi Kulo akan membantu Yang Mulia kali ini, Eyang. Tidak ada kebahagiaan lain yang lebih penting daripada melihat Yang Mulia berbahagia dengan cintanya."

Bersambung

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang