BAB 15

324 37 7
                                        

Derish terjaga pagi ini karena Elijah yang membangunkannya. Seorang raja memang tidak bisa bangun terlalu siang, namun sekarang masih pukul empat dini hari, dimana Derish baru saja terlelap kurang lebih dua jam.

"Kulo terjaga karena merasa haus, setelah itu, kulo membuka sosial media karena tidak lagi mengantuk, Yang Mulia. Tapi kulo justru membaca headline berita, yang menyangkut Yang Mulia," jelas Elijah ketika Derish sedang mengenakan pakaiannya.

Salah satu kebiasaan Derish adalah, bahwa ia selalu tidur tanpa baju yang menutupi bagian atas tubuhnya.  Meskipun masih mengantuk, namun ia berusaha untuk mendengarkan ucapan Elijah dengan baik.

"Berita tentangku kemungkinan akan selalu ada, Elijah," kata Derish.

"Ini berbeda, Yang Mulia. Berita yang beredar, berasal dari website resmi Kadhaton Balwanadanawa."

Derish mengerutkan keningnya dan segera meraih kacamatanya untuk membaca berita apa yang dimaksudkan oleh Elijah, melalui ponsel yang sedari tadi disodorkan ajudannya itu kepadanya.

Bola matanya bergulir dari kiri ke kanan, membaca sebuah judul berita yang membuat keningnya  berkerut. No Hoax, Inikah Akhir Dari Pencarian Cinta Sang Raja Balwanadanawa, Yang Dirilis Langsung Melalui Website Resmi Kerajaan?

"Pihak humas kita tidak memberikan laporan kalau mereka akan merilis hal semacam ini," kata Derish dan ia menatap Elijah dari balik kacamatanya.

"Itulah yang tidak kulo mengerti," jawab Elijah, kemudian ia mengambil ponsel itu untuk membuka website resmi kerajaan. Setelah itu, ia kembali memberikan ponsel itu kepada Derish.

Sang raja kembali membaca artikel yang dirilis di website itu, artikel yang baru saja dimuat enam jam yang lalu. Di sana, ada foto dirinya yang sedang menjaga Tatjana pada malam sebelumnya. Foto itu ditangkap dengan jarak yang sangat dekat, membuat Derish tahu kalau pelakunya adalah orang yang berada di dalam istana ini.

"Yang tidak kulo mengerti adalah, siapa yang berani merilis foto ini?" tanya Elijah. "Yang Mulia sudah berusaha untuk menjaga citra, dan siapapun orang yang tidak bertanggung jawab ini justru membuat semuanya kacau."

"Apa Tatjana sudah tidur?" tanya Derish, membuat Elijah membulatkan kedua bola matanya.

"Yang Mulia menanyakan Ajeng Tatjana di saat seperti ini?" tanya Elijah. "Kita harus mencari tahu siapa yang sudah memfoto dan juga merilis foto ini di website kerajaan, Yang Mulia."

Dari nada suaranya, terdengar sekali kalau Elijah sedang sangat merana. Selama empat tahun ini, ia merasa khawatir karena yang ada di dalam hati sang raja hanyalah Tatjana.

Derish tidak menjawab, ia hanya menatap Elijah, membuat Elijah berkata, "Ajeng Tatjana sudah terlelap setelah meminum obat yang diresepkan oleh dokter Marinda. Wahyuni mengabarkan kepada kulo, dan dia selalu berada di sisi Ajeng Tatjana."

"Minta tim humas bertemu denganku besok sebelum aku memulai perjumpaan dengan para Tetua," kata Derish.

Mendengar itu, Elijah bisa bernapas sedikit lega karena sang raja masih mengingat masalah besar yang baru saja timbul ini. Namun, ia hanya bisa merasa sedikit lega. Karena walau bagaimanapun, segala yang dilakukan oleh sang raja, di atas semua itu, ada Tatjana yang menguasainya.

Akan tetapi, segalanya tidak pernah berjalan baik bagi Elijah, karena kini, pintu kamar Derish terbuka dengan sangat keras, membuatnya menjerit terkejut. Hal yang lebih membuatnya terkejut adalah, ketika ia melihat seorang wanita yang berjalan memasuki ruangan tanpa alas kaki.

"Ajeng Tatjana!" kata Elijah sambil menahan napasnya. Rasanya, jantungnya benar-benar akan terlepas kapan saja sekarang.

Tidak ada satupun wanita yang boleh memasuki kamar sang raja, kecuali istri sahnya. Bahkan, abdi dalem yang melayani keperluan sang raja di dalam Payom Omah Raja ini semuanya laki-laki.

Para pelayan wanita hanya bisa menunggu di beranda Payon Omah. Namun kini, seorang wanita yan. Tidak memiliki hubungan darah apapun, juga bukan istri sah dari sang raja berjalan begitu saja memasuki Payon Omah ini, bahkan hingga sampai ke kamar sang raja.

"Siapa—yang—melakukan—itu?" tanya Tatjana sambil mengatur napasnya.

Perlu beberapa waktu baginya untuk tiba di Payon Omah Raja ini, karena ia beberapa kali tersesat. Ia melarikan diri dari Wahyuni untuk menuju ke sini. Oleh karena itu, ia meninggalkan alas kakinya supaya Wahyuni tetap berpikir kalau dirinya ada di kamar.

"Aku baru saja mendapatkan kabar kalau kamu sudah tidur, Ta," kata Derish.

"Sesuatu mengusikku. Dan aku membaca berita konyol waktu aku memeriksa hpku," jawab Tatjana. "Apa ini semua ide kamu? Menjebak aku supaya aku sama sekali enggak bisa bergerak dari jeratan kamu?"

Derish terlihat sangat lelah sekarang, namun Tatjana sama sekali tidak ingin mempedulikan hal itu, meskipun ia merasa sedikit terusik. Kemarahannya lebih besar sekarang.

"Kamu tidak memakai alas kaki," kata Derish.

"Jangan mengalihkan aku," balas Tatjana tajam.

Elijah sangat ingin melerai mereka dan meminta Tatjana untuk keluar sebelum ada yang menyadari keberadaannya. Namun, bibirnya seolah terkunci ketika melihat perdebatan ini, seolah ini adalah perdebatan antara pasangan suami istri, seolah Elijah lah yang harusnya keluar dan tidak bisa berada di tengah-tengah mereka seperti ini.

"Aku tidak tahu apa-apa tentang berita itu, Ta," kata Derish.

"Siapa lagi kalau begitu? Aku yakin kalau kamu adalah orang yang paling tinggi kedudukannya di sini. Semua yang keluar dan masuk di istana ini, pasti enggak akan lepas dari perhatian kamu. Berhenti membodohi aku."

Derish tidak menjawab dan ia menghela napasnya. "Kaki kamu pasti terluka."

Setelah itu, Derish berjalan dan menarik Tatjana untuk duduk. Namun tentu saja wanita keras kepala itu tidak bergeming.

"Di sekitar Payon Omah ini ada banyak sekali tanaman putri malu. Kamu pasti menginjaknya ketika menuju ke sini," kata Derish lagi.

Tatjana masih diam, namun ia menggigit bagian dalam bibirnya karena mulai menyadari perih pada telapak kakinya. Derish kembali menarik lengan Tatjana dan membawanya duduk di pinggir dipan Derish. Kemudian dengan sangat lembut, ia mengangkat kaki Tatjana untuk memeriksa telapaknya.

Elijah berusaha keras untuk tidak meringis karena melihat apa yang sedang ia lihat ini. Sang raja menyentuh telapak kaki wanita yang derajatnya lebih rendah adalah hal yang sangat tabu.

"Ada banyak duri kecil di telapak kaki kamu, dan ini mengeluarkan darah, Ta.."

"..."

"Sakit?" tanya Derish.

Perlahan, Tatjana menganggukkan kepalanya.

"Kita akan membahas tentang foto itu nanti, setelah aku memastikan kalau telapak kaki kamu baik-baik saja," kata Derish lagi.

"..."

"Aku selalu terkena duri putri malu waktu kecil, jadi aku tahu bagaimana cara menanganinya," kata Derish setelah ia hampir selesai mengeluarkan duri dan membersihkan kaki Tatjana.

Derish bicara dengan lembut, namun Tatjana menyadari nada mendominasi di dalam suaranya, membuat Tatjana tidak membantah ucapannya. Ucapan itu tidak hanya mendominasi Tatjana, tapi juga Elijah yang sedari tadi hanya diam.

"Kulo akan menjaga di depan pintu Yang Mulia," kata Elijah dengan pasrah.

Setidaknya, ia harus memastikan kalau tidak ada orang di sekitar kamar Derish Sampai Derish selesai membersihkan kaki Tatjana. Ia baru saja akan melangkahkan kakinya ketika pintu kamar kembali terbuka.

Kali ini, jantung Elijah benar-benar akan terjatuh karena melihat siapa yang memasuki kamar ini. Ada satu rombongan lengkap. Tetua, Ningsih, Araya dan juga para abdi dalem yang mengurus etika di kerajaan ini.

"Derish? Apa yang kamu dan.. Tatjana lakukan di kediaman resmimu?" tanya Araya.

Bersambung

The Perfect Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang