Pertemuan

370 16 1
                                    

Peluit tanda akhir pertandingan baru saja berbunyi, dan papan skor menunjukkan kemenangan tim kami. Aku, kapten tim basket putri, baru saja memimpin timku meraih juara di kejuaraan antar sekolah. Keringat bercucuran, namun kegembiraan mengalahkan segala lelah yang kurasakan

Aku mengangkat piala kemenangan tinggi-tinggi di hadapan para pendukung, disambut sorakan meriah dari tribun. Bayu, yang duduk bersama teman-temannya dari tim putra, segera berdiri dan berjalan ke arahku sambil tersenyum lebar

"Gokil, Ris! Selamat ya, lo emang hebat!" katanya sambil menepuk punggungku

"Gue nggak bisa kayak gini tanpa dukungan tim," jawabku merendah, meski senyumku tak bisa disembunyikan

Teman-teman dari tim putra lainnya ikut mendekat, memberikan ucapan selamat. Momen ini sangat berarti, bukan hanya karena kemenangan, tapi karena persahabatan yang telah terjalin selama setahun ini. Bayu dan aku semakin dekat sejak hari pertama, dan dia selalu ada untuk mendukungku, baik di dalam maupun di luar lapangan

Hari ini, kemenangan terasa lebih manis karena aku bisa merayakannya dengan sahabatku. Setelah pertandingan, kami semua memutuskan untuk merayakan kemenangan dengan makan di restoran kecil milik neneknya Bayu. Restoran itu sederhana, namun selalu ramai dengan pelanggan karena masakannya yang lezat dan suasananya yang hangat. Bayu tinggal berdua dengan neneknya, dan restoran ini adalah sumber penghidupan mereka berdua

Saat kami semua duduk di meja panjang, tertawa dan berbicara tentang kemenangan tadi, suasana terasa hangat dan penuh kegembiraan. Bayu dengan santai membantu neneknya menghidangkan makanan, dan sesekali menimpali obrolan kami

Di tengah kegembiraan itu, Regina, salah satu teman dekatku, tiba-tiba menatapku dengan senyum jahil

"Eh, Ris, ngomong-ngomong, lo gimana sih sama Bayu? Lo suka dia nggak?" tanyanya tiba-tiba, dengan nada setengah bercanda

Seketika, aku merasakan wajahku memanas. "Hah? Apa sih, Gin? Ngapain nanya begitu?" jawabku gugup, berusaha menutupi keterkejutanku

Namun, Regina hanya tertawa kecil, sementara yang lain mulai ikut memperhatikan. "Ya, kelihatan aja kalian deket banget. Gue jadi penasaran," katanya sambil mengangkat alis

Aku mencoba mengalihkan pembicaraan sambil tersenyum kikuk, tapi jelas pertanyaan itu membuatku salah tingkah. Di seberang meja, Bayu tampak sibuk mengobrol dengan yang lain dan tidak mendengar percakapan kami. Tapi entah kenapa, pertanyaan Regina itu membuatku memikirkan sesuatu yang selama ini mungkin tak ingin kuakui—tentang bagaimana perasaanku sebenarnya terhadap Bayu

Saat Regina baru saja selesai menggodaku, tiba-tiba Bayu datang menghampiriku dengan membawa piring berisi makanan. "Nih, Ris, tambahan buat lo. Gue tau lo pasti masih lapar," katanya sambil tersenyum.

Namun, sebelum aku sempat merespons, teman-temanku langsung menatap kami berdua dengan senyum jahil. "Wah, wah, perhatian banget nih Bayu sama Eriska!" kata salah satu temanku

Regina langsung melanjutkan godaannya, "Eh, Bayu, lo tau nggak? Barusan gue nanya Eriska soal lo!"

Bayu tampak terkejut, matanya membesar sejenak sebelum senyum gugup muncul di wajahnya. "Hah? Nanya apaan emangnya?" tanyanya sambil tertawa kecil, berusaha santai meski jelas dia jadi salah tingkah

Teman-teman yang lain hanya tertawa, sementara aku dan Bayu saling bertukar pandang dalam keheningan yang canggung. Aku mencoba tertawa, berusaha menutupi rasa gugup yang tiba-tiba menyelimuti kami berdua

"Udah deh, kalian pada iseng banget sih," kataku, berusaha mengakhiri situasi kikuk ini

Bayu menggaruk kepalanya, jelas terlihat tidak tahu harus bagaimana menanggapi godaan teman-temanku. "Hehe, kalian bisa aja," ucapnya singkat sebelum dengan cepat kembali duduk di kursinya

Remember meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang