Bertemu kembali

101 2 5
                                    

Setelah bulan madu yang penuh kebahagiaan, Eriska kembali ke rutinitasnya, namun dengan semangat baru. Hari-hari menjelang masuk universitas membuatnya merasa berdebar dan antusias. Dia menghabiskan waktu di rumah merapikan barang-barang dan mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk kehidupan barunya sebagai mahasiswi

Eriska duduk di meja belajarnya, dikelilingi oleh buku-buku tebal dan catatan yang penuh dengan sketsa. Dia menatap gambar-gambar arsitektur yang pernah ia buat, memikirkan impiannya yang akhirnya menjadi kenyataan

"Aku harus berusaha lebih keras," gumamnya pada diri sendiri, bertekad untuk mengejar ketertinggalannya

Suatu sore, Rendra pulang kerja lebih awal dan menemukan Eriska yang tenggelam dalam dunia gambarnya. Dia menghampiri, melihat kesungguhan di wajah Eriska

"Butuh bantuan?" tanyanya lembut

Eriska tersenyum, "Sebenarnya aku butuh saran. Menurutmu, apa yang harus aku fokuskan saat masuk kuliah nanti?"

Rendra duduk di sampingnya, "Fokus pada hal-hal yang kamu cintai. Jangan takut untuk menunjukkan kreativitasmu. Dan ingat, tidak ada salahnya bertanya jika ada yang tidak kamu mengerti. Kita semua di sini untuk belajar."

Eriska mengangguk, merasakan dorongan semangat dari kata-kata Rendra. "Terima kasih, Mas. Aku akan berusaha."

Sehari sebelum memasuki perkuliahan, Eriska dan Rendra duduk berhadapan di meja makan, menghabiskan makan malam bersama. Suasana tampak ceria, namun ada ketegangan di wajah Eriska. Ia mengangkat sendoknya, mengaduk makanannya sambil berpikir, sebelum akhirnya memutuskan untuk berbicara

"Mas, aku ingin bicara tentang kuliah besok," ujarnya, menatap Rendra dengan serius

Rendra mengangguk, meletakkan sendoknya dan memberi perhatian penuh. "Tentu, ada apa? Kamu terlihat gelisah."

Eriska menarik napas dalam-dalam, lalu melanjutkan, "Aku ingin kita merahasiakan hubungan pernikahan kita di depan teman-teman kuliahku nanti. Aku tidak ingin terlihat mencolok atau berbeda dari mereka."

Rendra tampak terkejut, tapi tidak langsung menanggapi

Eriska melanjutkan, "Aku tahu keluarga kita adalah salah satu yang paling berpengaruh di negeri ini, dan kamu juga punya perusahaan yang besar. Tapi aku ingin mereka mengenal aku sebagai Eriska, bukan sebagai istri Narendra."

"Baiklah, aku mengerti. Tapi bagaimana dengan semua yang telah kamu alami? Mereka pasti akan penasaran," jawab Rendra, masih berusaha memahami

"Aku akan menjelaskan bahwa aku baru saja kembali dari sakit, dan aku bertekad untuk melanjutkan hidupku," kata Eriska dengan tegas. "Tapi aku ingin menghindari perhatian berlebihan. Karena itu, aku juga ingin Mas tidak terlalu sering mengantar jemputku. Cukup gunakan mobil biasa, dan jangan hubungi kenalan Mas Rendra untuk membantuku. Aku ingin berusaha sendiri."

Rendra mengangguk pelan, meskipun ada keraguan di wajahnya. "Eriska, kamu tahu aku ingin melakukan yang terbaik untukmu, kan? Tapi jika itu yang kamu inginkan, aku akan menghormatinya. Kita bisa menggunakan mobil biasa, dan aku tidak akan menghubungi siapa pun di kampus."

Eriska tersenyum, merasa lega mendengar respons Rendra. "Terima kasih, Mas. Aku menghargainya. Aku hanya ingin mendapatkan pengalaman kuliah yang normal, sama seperti teman-temanku."

"Dan kamu pasti akan melakukannya. Tapi ingat, jika kamu membutuhkan bantuan, aku akan selalu ada untukmu," jawab Rendra, menatap Eriska dengan penuh kasih sayang

Eriska mengangguk. "Aku tahu. Dan aku sangat bersyukur memiliki kamu di sisiku."

Rendra tersenyum, kemudian melanjutkan makan malam mereka. Di dalam hatinya, ia berjanji untuk mendukung Eriska dalam cara yang paling tepat, meskipun itu berarti menyembunyikan perasaannya untuk saat ini

Remember meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang