Afterlife?

87 5 4
                                    

Aku terbangun di sebuah padang rumput yang luas, dikelilingi bunga-bunga berwarna cerah yang bergoyang lembut ditiup angin. Di sini terasa damai, tetapi juga aneh. "Tempat apa ini?" pikirku. Apakah aku sudah mati?

Saat aku berusaha mengingat apa yang terjadi, aku melihat sosok wanita yang mendekatiku. Dia mengenakan gaun putih yang melambai-lambai, dan senyumnya sangat menenangkan

"Kamu siapa?" tanyaku, sedikit cemas

"Aku Rania," jawabnya, suaranya ceria dan hangat. Aku merasa seolah pernah mendengar nama itu sebelumnya, meskipun wajahnya terlihat asing. Rania menatapku dengan penuh keceriaan, seolah dia tahu sesuatu yang tidak aku ketahui

"Aku di sini untuk menemanimu. Jangan khawatir, aku hanya memakai sosok orang yang kamu kenal agar kamu tidak merasa takut," katanya sambil tersenyum lebar

"Mengapa kamu ada di sini? Apa yang terjadi padaku?" aku bertanya, kebingungan masih menggelayuti pikiranku

Rania menggelengkan kepalanya. "Kamu berada di antara dunia. Ini adalah tempat transisi. Kamu belum mati, tapi juga belum sepenuhnya hidup. Ada yang menantimu untuk kembali."

Hatiku bergetar mendengar kata-katanya. "Siapa yang menantiku?"

Dia hanya tersenyum, seolah ada rahasia besar yang ingin dia bagi, tetapi belum saatnya. "Jangan terburu-buru. Nikmati waktu ini dan dengarkan. Banyak yang ingin kamu ingat."

Aku menatap sekeliling, mengamati pemandangan indah ini. Dalam hati, aku berharap bisa menemukan jawaban tentang diriku dan mengapa aku di sini. Tetapi saat itu, rasa damai mulai menyelimuti diriku, seolah-olah aku bisa merasakan kehadiran orang-orang yang aku cintai, meski aku tidak bisa melihat mereka.

"Kalau aku belum mati, berarti ada harapan untukku," bisikku pada diri sendiri. Rania mengulurkan tangannya, seolah mengajak untuk menjelajahi tempat ini

"Yuk, mari kita berjalan. Aku akan membantumu mengingat," ucapnya dengan semangat. Dan tanpa sadar, aku mengikuti langkahnya, merasa seolah kami akan menemukan sesuatu yang sangat berarti bagi hidupku

***

Rania menuntunku berjalan, dan seiring langkahku, suasana di sekitar mulai berubah. Tiba-tiba, aku melihat sosok Mas Rendra, yang terlihat lebih muda, mungkin sekitar umur 14 tahun. Dia duduk sendirian di bangku taman, air mata mengalir di pipinya setelah acara pemakaman yang baru saja terjadi. Hatiku terasa nyeri melihatnya seperti itu.

Tak jauh dariku, ada sosok diriku yang masih kecil, menghampiri Mas Rendra dengan hati-hati. Anak kecil itu mengulurkan tangannya, mencoba menghibur Mas Rendra dengan senyum manisnya. Melihat adegan itu membuat perasaanku campur aduk—aku ingin merangkul mereka berdua, tetapi juga merasa bingung.

"Rania," aku berbisik, "kenapa aku harus melihat ini? Apa yang sedang terjadi?"

Rania berhenti sejenak, menatapku dengan lembut. "Ini adalah bagian dari masa lalumu, Eriska. Kamu perlu melihat betapa kuatnya ikatan yang kamu miliki dengan Rendra, bahkan di saat-saat tersulit. Dia merindukanmu, dan saat itu, kamu sudah ada di sana untuknya, meskipun mungkin kamu tidak ingat."

"Jadi, ini semua tentang hubungan kami?" tanyaku, berusaha memahami.

"Ya, dan lebih dari itu. Ini tentang cinta dan pengorbanan yang mengikat kalian berdua. Lihat betapa tulusnya anak kecil itu—dia tidak tahu betapa menyedihkannya hidup ini, tetapi dia ingin memberikan kenyamanan," jelas Rania.

Aku menyaksikan adegan itu dengan penuh perhatian. Melihat diriku yang kecil, mencoba menghibur Mas Rendra dengan segala cara yang mungkin, membuat hatiku bergetar. Ternyata, cinta itu sudah ada di antara kami sejak awal.

Remember meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang