Pagi harinya, Eriska terbangun dan seketika terkejut melihat Rendra di sampingnya, terbaring telanjang tanpa sehelai pakaian pun. Dalam keadaan panik, dia langsung melompat dari tempat tidur, hampir terjatuh karena kakinya masih sedikit lemah
"Apa yang terjadi?! Kenapa dia bisa di sini?!" gumamnya sambil berusaha mengingat apa yang terjadi semalam
Dengan cepat, Eriska memakai bajunya dan berlari menuju ruang tamu, mengatur napas sambil menenangkan diri. Dia melirik ke belakang, memastikan Rendra masih terlelap
Setelah sampai di ruang tamu, dia mulai berpikir, "Oke, yang perlu gue lakukan adalah menganalisis situasi ini. Semalam gue mabuk... dan... gue minta.. duluan?!"
Membayangkan momen itu, Eriska merasa wajahnya memanas. "Fuck, gue beneran yang minta duluan ke Mas Rendra!" pikirnya sambil menyentuh pipinya yang masih hangat karena kejadian semalam
Saat berusaha mengingat kembali momen-momen itu, dia juga teringat betapa canggungnya dia ketika dia memeluk Rendra, seperti anak kucing yang manja pada induknya. Dia bahkan bisa membayangkan ekspresi Rendra yang bingung saat dia menggerakkan tangannya dengan cepat, berkata, "Ayo, Mas! Aku bukan anak kecil lagi"
"Ah, sial!" desahnya, menyandarkan kepala di sofa. "Agresif banget gue. Sekarang gue nggak bisa biasa aja ngeliat muka Mas Rendra."
Eriska pun mulai meringis, membayangkan bagaimana Rendra pasti akan menggoda dan mempermalukannya dengan cerita itu di kemudian hari. Dia mencoba mengalihkan pikiran, tetapi senyum di wajahnya tidak bisa hilang. "Tapi... ternyata nggak se-seram yang gue bayangkan," pikirnya sambil tertawa kecil pada diri sendiri
Dia berusaha menenangkan hati dan pikiran, berdoa semoga Rendra tidak bangun dengan ide gila untuk menceritakan semua ini kepada keluarganya. Ketika Eriska masih terjebak dalam pikiran malu dan mengingat kembali kejadian semalam, tiba-tiba Rendra menyapanya dengan suara hangatnya
"Selamat pagi, tidurmu nyenyak?"
Eriska terlonjak, hampir menjatuhkan gelas yang dipegangnya. "Uh, eh, iya! Selamat pagi!" jawabnya, suaranya sedikit bergetar
Dia berusaha menahan wajahnya agar tidak memerah, tetapi gagal total. "Kenapa dia harus muncul di saat seperti ini?" pikirnya, mengalihkan pandangan agar tidak langsung menatap Rendra
Rendra yang melihat wajah Eriska yang memerah langsung tertawa. "Kamu lucu sekali," ujarnya sambil mengacak-acak rambut Eriska dengan penuh kasih sayang. "Jangan canggung, kita sudah menikah. Kamu tidak perlu merasa malu di depanku."
Eriska semakin tersipu dan tidak bisa mengeluarkan kata-kata. "Aku... aku hanya... tidak tahu apa yang harus kukatakan," ucapnya, berusaha menutupi rasa malunya dengan senyum yang kikuk
"Tenang saja," kata Rendra sambil tersenyum lebar. "Aku juga tidak tahu apa yang terjadi semalam, tapi yang pasti itu menyenangkan," tambahnya dengan nada menggoda. Melihat Eriska semakin canggung, Rendra pun melanjutkan, "Aku mau mandi dulu. Kita akan pergi naik yacht siang ini, jadi siap-siap ya!"
"Yacht?!" seru Eriska, seolah baru menyadari apa yang dia katakan. Wajahnya yang sudah merah semakin memerah. "Kita pergi ke... ke laut?"
"Iya, kamu pasti akan suka." jawab Rendra sambil melangkah menuju kamar mandi
Eriska menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa kecil. "Berada di yacht? Bersama Rendra? Dengan semua yang terjadi? Oh, sial!" pikirnya, berusaha menenangkan diri
Dia tahu hari itu akan menjadi petualangan yang tak terlupakan, dan semoga dia bisa mengendalikan rasa malunya sebelum semuanya dimulai
Setelah mendengar suara air mengalir dari kamar mandi, Eriska memutuskan untuk mengalihkan pikirannya dengan menelepon teman-temannya. Dia menyambungkan video call pada Regina dan Lisa
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember me
RomanceSetelah terbangun dari koma, Eriska belajar mengingat semua yang telah terjadi padanya. Termasuk cinta pertamanya