Eriska terbangun perlahan, merasakan kehangatan tubuh Rendra yang kembali ke sampingnya. Matanya sedikit terpejam, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya redup di kamar. Ia merasakan gerakan lembut dari Rendra yang baru saja kembali ke tempat tidur. Meskipun masih setengah terjaga, hatinya merasa tenang begitu merasakan kedekatan Rendra.
Rendra, yang baru saja kembali dari percakapan dengan pengacaranya, merasakan kehadiran Eriska yang terbangun. Ia menatapnya sejenak dengan perasaan penuh kasih sayang. Tanpa berkata apa-apa, ia meraih tangan Eriska, menggenggamnya dengan lembut.
"Maaf, aku nggak mau kamu terbangun," bisik Rendra.
Eriska mengerjapkan mata, lalu memandang Rendra dengan tatapan yang masih setengah bingung. "Ada apa, Mas?" tanyanya pelan.
Rendra menghela napas, meskipun tidak ada kata-kata keras atau marah yang keluar dari mulutnya, Eriska bisa merasakan ketegangan yang ada di dalam dirinya.
"Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja," jawabnya. "Ada banyak hal yang terjadi, dan aku nggak akan biarkan kamu hadapi semua ini sendirian."
Eriska merasakan kenyamanan dalam pelukan Rendra, meskipun rasa cemas masih ada di dalam dirinya. "Terima kasih, Mas," jawabnya lirih, suara yang hampir terdengar seperti bisikan. "Aku tahu kamu selalu melindungiku."
Rendra hanya tersenyum lembut, merasakan kebahagiaan meskipun beban di pundaknya masih terasa berat. Ia mengusap pelan rambut Eriska, lalu berkata, "Jangan khawatir lagi, ya. Mas selalu ada buat kamu."
***
Keesokan harinya, Rendra memulai langkah tegas untuk melindungi Eriska. Ia telah menyerahkan semua bukti yang dimiliki kepada Indra, pengacaranya, termasuk tangkapan layar unggahan di media sosial yang berisi informasi pribadi Eriska dan berbagai foto yang menyebar tanpa izin. Dengan pengalamannya, Indra segera menghubungi tim ahli digital forensik untuk melacak sumber utama penyebaran tersebut.
"Rendra, kami sudah memulai prosesnya," kata Indra melalui panggilan telepon. "Tim forensik akan melacak siapa yang pertama kali mengunggah dan menyebarkan informasi ini. Aku juga akan mengajukan somasi kepada platform media sosial untuk menghapus konten yang melanggar."
"Bagus," balas Rendra dengan nada dingin. "Aku nggak peduli seberapa panjang prosesnya, tapi aku mau ini selesai. Kalau perlu, libatkan pihak berwenang."
"Sudah kami persiapkan. Setelah ada hasil dari tim, kita bisa langsung melaporkan ke polisi untuk dugaan pelanggaran UU ITE dan pencemaran nama baik," jelas Indra.
Rendra merasa sedikit lega, meski tetap waspada. Hari itu, ia mengambil cuti dari pekerjaannya untuk fokus mengurus kasus ini. Di sela-sela waktunya, ia terus memantau perkembangan dari Indra sekaligus memastikan kondisi Eriska tetap baik.
Sore harinya, Indra menghubungi kembali dengan kabar baru. "Rendra, kami sudah mendapatkan beberapa nama dari hasil pelacakan awal. Salah satu akun yang pertama kali menyebarkan informasi ini diduga milik salah satu mahasiswa di kampus Eriska. Tapi kami masih menelusuri koneksi dan kemungkinan pelaku lainnya."
Rendra mengangguk meski tak terlihat. "Teruskan. Kalau mereka pikir bisa lolos, mereka salah besar."
Langkah hukum pun dimulai. Somasi dikirimkan kepada pelaku yang sudah teridentifikasi, sementara laporan resmi sedang disiapkan untuk diserahkan ke pihak berwenang. Rendra juga meminta Indra untuk mengatur konferensi pers singkat dengan perwakilan keluarganya, mengingat nama baik Eriska dan keluarga Padmawijaya sudah mulai dibicarakan publik.
Saat malam tiba, Rendra duduk di samping Eriska yang masih mencoba fokus belajar untuk ujian akhir. Ia menggenggam tangan istrinya dan berkata dengan lembut, "Mas lagi urus semuanya. Kamu nggak usah khawatir, ya? Mas janji, siapa pun yang coba nyakitin kamu, mereka akan dapat balasan yang setimpal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember me
RomanceSetelah terbangun dari koma, Eriska belajar mengingat semua yang telah terjadi padanya. Termasuk cinta pertamanya