Hari itu adalah hari yang istimewa bagi Eriska, meski ia masih merasakan dampak dari sakitnya. Di ruang perawatan, suasana terasa tenang saat pagi menjelang. Rendra, yang sudah berdiri di samping tempat tidur Eriska, mengeluarkan senyum hangatnya dan memegang sebuah paket kecil yang dibungkus rapi
"Selamat ulang tahun, Eris," ucap Rendra lembut, menatapnya dengan penuh harap
Eriska mengangkat wajahnya, menatap Rendra dengan tatapan bingung. Di dalam benaknya, masih ada keraguan dan ketidakpastian tentang apa yang terjadi di antara mereka. Namun, ketika Rendra memberikan hadiah tersebut, ada sesuatu yang menggerakkan hatinya
"Apa ini?" tanya Eriska, suaranya masih terdengar lemah
"Buka saja. Itu untuk kamu," jawab Rendra, tetap tersenyum, seolah memberikan semangat pada Eriska
Dengan pelan, Eriska membuka bungkusan itu. Di dalamnya terdapat sebuah liontin berbentuk rumah, sama seperti yang pernah diberikan Rendra sebelumnya. Melihat liontin itu, Eriska merasakan getaran dalam dirinya. Seakan ada memori yang samar-samar muncul, kenangan tentang Rendra yang penuh kasih dan perhatian
"Ini... aku ingat ini," ucap Eriska dengan nada tak percaya, matanya mulai berbinar
Rendra merasa sedikit lega melihat reaksi Eriska. "Aku ingin kamu selalu ingat, di mana pun kamu berada, rumahmu ada di hatiku," kata Rendra, penuh perasaan
Eriska tersenyum tipis, merasakan kehangatan di dalam hatinya. "Terima kasih, Mas. Itu sangat berarti bagiku."
Meski ingatannya belum sepenuhnya pulih, Eriska merasa seolah ada cahaya kecil yang mulai muncul di dalam gelapnya ketidakpastian. Rendra meraih tangan Eriska dan memegangnya dengan lembut
"Aku akan terus ada di sini untukmu, Eris. Kita akan melalui ini bersama-sama," ucap Rendra, matanya menatap dalam-dalam ke arah Eriska, berusaha meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja
Rendra dengan hati-hati memasang kalung liontin itu di leher Eriska, tangannya bergetar sedikit karena ketegangan dan rasa haru. Liontin itu menggantung dengan anggun di dadanya, seolah menyimpan semua kenangan yang pernah mereka buat bersama
"Sekarang, kamu bisa membawanya ke mana pun kamu pergi," ujar Rendra dengan senyum yang tulus, matanya tak lepas dari wajah Eriska
Eriska menatap liontin itu, merasakan kehangatan dari hadiahnya. Ada rasa nyaman yang membanjiri hatinya, mengingat kembali momen-momen indah yang pernah mereka bagi. Saat itu, tanpa bisa ditahan, Rendra melangkah lebih dekat, dan dengan lembut, ia menyentuh pipi Eriska dengan telapak tangannya
"Eriska," panggilnya, suaranya lembut dan penuh kasih. "Aku ingin mengingatkanmu betapa berartinya kamu bagiku."
Dengan hati-hati, Rendra mendekatkan wajahnya ke wajah Eriska. Keduanya menutup mata, merasakan kehadiran satu sama lain. Lalu, Rendra mencium Eriska dengan lembut, sama seperti yang ia lakukan di ulang tahunnya yang lalu. Ciuman itu singkat, namun penuh makna, seolah menyampaikan semua perasaan yang telah terpendam dalam hati mereka
Eriska merasa jantungnya berdebar. Ada kehangatan yang menyebar dari ciuman itu, membawa kembali sedikit ingatan akan cinta dan kedekatan yang pernah mereka miliki. Dalam momen itu, semua rasa sakit dan kesedihan seolah menghilang, tergantikan oleh perasaan damai yang baru
Ketika mereka berpisah, Eriska membuka matanya, menatap Rendra dengan campuran kebingungan dan rasa syukur
"Aku... merasa... berbeda," ucapnya, suaranya bergetar
Rendra tersenyum, lega dan bahagia mendengar kata-kata itu. "Itu bagus, Eris. Kita akan berjalan perlahan. Yang penting, kamu tahu bahwa aku di sini untukmu," jawabnya dengan tulus
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember me
RomanceSetelah terbangun dari koma, Eriska belajar mengingat semua yang telah terjadi padanya. Termasuk cinta pertamanya