Last Memory

126 10 2
                                    

Rendra melangkah menjauh dari keramaian, menarik Bayu bersamanya ke area yang lebih tenang di pantai. Asap rokok mengepul di udara, mengisi keheningan di antara mereka. Rendra menatap jauh ke depan, berusaha mengumpulkan pikiran

"Rokok?" Rendra menawarkan rokoknya pada Bayu yang disambut gelengan kepala

"Tidak, Mas. Aku tidak merokok." Jawab Bayu sopan

Rendra mengangkat alisnya dan menatapnya kagum, "Wah, baru sekarang aku melihat anak SMA tidak merokok," pujinya. Ia kembali menghisap rokoknya dalam

"Eriska akan menjalani operasi otak lagi," ungkap Rendra, suaranya rendah dan penuh kepedihan. Ia mengambil hisapan dari rokoknya, mengeluarkan napas panjang.

Bayu tertegun mendengar berita itu. "Apa? Kenapa bisa sampai seperti itu?" tanyanya, wajahnya menunjukkan rasa khawatir yang mendalam.

Rendra menggelengkan kepala, matanya menyiratkan kelelahan emosional. "Dokter bilang kanker yang dia derita sudah kembali. Ini adalah langkah terakhir untuk memastikan dia bisa sembuh."

Bayu merasakan kepedihan di dalam hatinya. "Aku tidak tahu harus berkata apa, Mas Rendra. Ini terlalu berat untuk Eris." Ia menggigit bibir, tidak bisa menahan rasa sakit yang menggerogoti pikirannya

Mata Rendra berkaca-kaca, mencerminkan ketidakberdayaan dan cinta yang mendalam untuk Eriska. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan emosi yang hampir meluap

"Bayu, aku tidak tahu bagaimana aku bisa hidup tanpa dia. Eriska adalah segalanya bagiku. Dia selalu membuatku merasa hidup, bahkan di saat-saat terkelam," ungkap Rendra, suaranya bergetar

Bayu memperhatikan Rendra dengan cermat, merasakan beratnya perasaan yang ditanggung Rendra

"Aku bisa melihat betapa kamu mencintainya. Tapi kamu juga harus ingat, dia kuat. Dia tidak akan menyerah begitu saja," jawab Bayu, berusaha memberikan semangat meskipun hatinya pun terasa berat

Rendra menggelengkan kepalanya, matanya tidak lepas dari pandangan jauh ke arah Eriska yang sedang berbincang dengan teman-temannya di pinggir pantai. "Tapi, Bayu... setiap kali aku melihat dia tersenyum, hatiku bergetar. Aku tidak ingin melihatnya menderita. Dan saat dia mengalami sakit, aku merasa seolah aku kehilangan separuh dari diriku."

"Rendra, kamu tidak sendiri dalam semua ini. Kami semua peduli padanya. Ini bukan hanya bebanmu," Bayu menjelaskan, berusaha meredakan kesedihan di hati Rendra. "Kita akan berjuang bersama-sama untuknya."

Rendra menoleh, menatap Bayu dengan mata yang penuh harap dan rasa syukur. "Terima kasih, Bayu. Berada di sampingku saat ini sangat berarti. Aku tahu betapa besar dukunganmu untuk Eriska. Aku berharap dia bisa melalui ini semua."

"Aku juga berharap begitu," Bayu menjawab, tersenyum lembut. "Kita harus selalu ada untuknya, terutama saat-saat sulit seperti ini. Kita akan melaluinya bersama."

Eriska melirik ke arah Rendra dan Bayu yang sedang berbicara dengan serius, hatinya dipenuhi rasa penasaran. Dia ingin tahu apa yang sedang dibahas, tetapi dia juga merasa tidak enak untuk mengganggu mereka. Sebaliknya, dia memilih untuk tetap duduk di tepi pantai, merasakan angin yang berhembus lembut dan ombak yang berdebur di kaki

"Ris," Regina memanggil Eriska, memecah keheningan, "Mas Rendra ngerokok ya?"

"Iya, tapi jarang banget sih." Jawab Eriska, "Biasanya kalau lagi mumet banget dia ngerokok. Itu juga udah sering gue larang."

"Kayaknya lagi ngomongin hal serius sama Bayu." Lisa memerhatikan interaksi Rendra dan Bayu dari jauh, "Tapi lagi ngomongin apaan, ya?"

"Paling ngomongin gue." Eriska tertawa kecil, namun terasa pahit, "Mas Rendra tahu umur gue udah nggak lama lagi. Besok kemo gue yang terakhir sebelum operasi lagi."

Remember meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang