Let me in

45 4 0
                                    

Bayu merasakan kegelisahan yang semakin mengganggu pikirannya. Sudah beberapa hari sejak peristiwa di camping, dan Eriska tidak muncul di kampus. Suasana di kampus terasa berbeda tanpa kehadirannya, seolah ada bagian yang hilang dari kebisingan kehidupan mahasiswa. Dia mulai mencari Eriska di antara mahasiswa tingkat satu, bertanya kepada teman-teman sekelasnya, namun tak seorang pun yang mengetahui keberadaannya.

Semakin Bayu mencari, semakin dalam rasa cemasnya. Dia tahu Eriska bukan tipe orang yang gampang menghilang begitu saja. Ada sesuatu yang pasti terjadi, dan instingnya mengatakan bahwa ini berhubungan dengan Rendra, suami Eriska yang belakangan ini mulai menjadi perbincangan di kalangan mahasiswa.

Orang-orang di kampus mulai memperhatikan, terutama saat mereka melihat Bayu yang selalu terlihat gelisah dan terus mencari-cari. Bisikan-bisikan tentang hubungan yang rumit antara Eriska, Bayu, dan Rendra mulai tersebar di kalangan mahasiswa, namun mereka semua memilih untuk diam. Tidak ada yang berani bertanya atau menggali lebih dalam, karena ketakutan akan menghadapi kenyataan yang mungkin menyakitkan.

Di dalam hatinya, Bayu merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Ia merasa terjebak dalam kekacauan emosi yang tak terkatakan. Rendra yang selalu bersikap posesif, dan Eriska yang semakin menjauh, membuat Bayu merasa kehilangan kendali.

Hari-hari berlalu, dan kegelisahan Bayu terus membara. Ia ingin menemukan Eriska, memastikan bahwa ia baik-baik saja. Namun, tanpa adanya informasi jelas, ia hanya bisa berharap agar sahabatnya itu segera kembali. Saat ia melangkah di koridor kampus yang sepi, Bayu bertekad untuk mencari jawaban, meskipun harus menghadapi konsekuensi yang mungkin tak terduga.

***

Bayu merasa hatinya berdebar ketika mendengar kabar dari Dion bahwa Eriska sudah kembali kuliah. Rasa rindu dan khawatirnya terobati sedikit, tetapi kegelisahan tetap menyelimuti pikirannya. Ia berniat untuk menghampiri Eriska setelah kelasnya selesai. Namun, saat ia berjalan menuju ruang dosen untuk mengumpulkan tugas, langkahnya terhenti ketika mendengar suara yang sangat familiar—suara Rendra.

Bayu berdiri sejenak di depan pintu ruang dekan, mendengarkan percakapan di dalam. Rendra berbicara dengan Pak Anton, suara mereka terdengar tegang.

"Aku melakukan kesalahan besar," Rendra mengungkapkan, suaranya serak penuh penyesalan. "Eriska keguguran, dan aku tidak tahu bagaimana bisa membuatnya melewati semua ini."

Bayu terkejut mendengar kata-kata itu. Keguguran? Rasa sakit yang menggerogoti hatinya semakin dalam saat mendengar penyesalan Rendra. Ia tahu betapa cintanya Rendra pada Eriska, tetapi semua itu terasa tidak sebanding dengan konsekuensi dari tindakannya.

"Rendra, kamu harus bertanggung jawab," Anton menjawab, suaranya tegas namun penuh empati. "Eriska pasti sangat terluka."

Bayu menggigit bibirnya, merasakan campuran rasa marah dan sedih. Rendra mungkin merasa tertekan, tetapi Bayu juga merasakan betapa berlipat ganda rasa sakit yang harus ditanggung Eriska. Keinginan untuk menghampiri Eriska semakin kuat, tetapi ia tahu ia perlu menjaga jarak, setidaknya sampai Rendra bisa memperbaiki kesalahannya.

"Jika kamu ingin memperbaiki hubungan kalian, lakukan dengan cara yang benar. Jangan biarkan kesalahan ini menghancurkan apa yang masih tersisa," Anton menambahkan.

Setelah mendengar percakapan di ruang dekan, Bayu merasa hatinya bergejolak. Tanpa berpikir panjang, ia melangkah cepat menuju parkiran mobil di mana Rendra sedang berdiri, menunggu di samping SUV-nya. Rendra tampak gelisah, mungkin masih terbayang peristiwa yang baru saja ia alami, namun bagi Bayu, semua itu tidak ada artinya.

"Rendra!" teriak Bayu, suaranya penuh kemarahan. Rendra menoleh, tetapi sebelum ia sempat berbicara, Bayu sudah melayangkan pukulannya. Tinju Bayu menghantam wajah Rendra dengan keras, membuat Rendra terhuyung mundur.

Remember meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang