Please, remember me

28 1 0
                                    

Sandra yang sedang hamil, duduk di kursi sebelah ranjang perawatan Eriska. Walaupun ia berusaha untuk tetap tenang dan menikmati acara di televisi, pikirannya tak lepas dari adik iparnya yang terbaring lemah. Kondisi Eriska sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya, tetapi kesadarannya belum sepenuhnya kembali

Tiba-tiba, terdengar rintihan lembut dari mulut Eriska, membuat Sandra terlonjak dari kursinya. "Eris?" panggilnya dengan harap

Eriska membuka matanya perlahan, cahaya lampu rumah sakit terasa menyilaukan. Dia merasa bingung dan lelah, tetapi ketika melihat wajah Sandra, senyum lebar muncul di wajahnya

Sandra menahan air mata haru, merasa sangat bersyukur melihat adiknya kembali sadar. "Eris! Kamu sudah bangun!" Ia segera mengambil ponselnya dan dengan cepat menelepon Kafka dan kedua mertuanya, berbagi kabar gembira ini

"Mas, cepat ke sini! Eriska sudah terbangun!" suara Sandra bergetar penuh emosi saat ia berbicara di telepon. Tidak sabar menunggu, ia menggenggam tangan Eriska. "Kamu tahu, semua orang sangat khawatir tentangmu," katanya lembut, matanya berkilau dengan kebahagiaan

Eriska hanya mampu mengangguk, mulutnya terasa kering, dan pikirannya masih berusaha mencerna segala yang terjadi. Dia berusaha berbicara, tetapi suara yang keluar sangat lemah. "Kak Sandra... aku..."

"Shhh, jangan berusaha terlalu keras," Sandra memotong dengan lembut, "Semuanya akan baik-baik saja. Kami ada di sini untukmu."

Ketika Sandra menunggu Kafka dan yang lainnya datang, dia terus membelai rambut Eriska, memberi dukungan dan kasih sayang yang sangat dibutuhkan adiknya

Tak lama setelah Sandra menelepon, Kafka dan kedua orang tua Eriska bergegas memasuki ruang perawatan. Suasana di dalam ruangan langsung terasa lebih hangat dengan kehadiran mereka.

"Eris!" seru Kafka, suaranya penuh kelegaan ketika melihat adiknya terbangun. Ia langsung menghampiri ranjang Eriska dan meraih tangannya dengan lembut. "Kamu akhirnya kembali! Kami semua sangat khawatir."

Kedua orang tua Eriska, yang sebelumnya tampak tegang, kini menunjukkan senyuman lebar di wajah mereka. Ibu Eriska segera mendekat, menepuk-nepuk bahu putrinya dengan lembut. "Kita sudah menunggu kamu bangun, sayang. Kami sangat bersyukur kamu sudah kembali."

Ayahnya, meski terlihat sedikit emosional, segera mengusap air mata bahagia dari wajahnya. "Kamu sangat kuat, Eris. Kami tahu kamu bisa melawan semua ini," katanya dengan suara bergetar

Eriska merasakan kasih sayang dan dukungan yang mengalir dari keluarganya. Meskipun tubuhnya masih lemah, hatinya dipenuhi kebahagiaan melihat mereka semua berkumpul di sampingnya

"Ma... Pa...," Eriska berusaha mengucapkan, tetapi suaranya masih terbata-bata

"Jangan berusaha berbicara terlalu banyak, nak," kata ibunya, menahan tangis haru. "Kamu hanya perlu beristirahat sekarang."

Sandra mengangguk setuju dan menambahkan, "Kami ada di sini untukmu. Kamu tidak sendirian."

***

Rendra melangkah dengan hati berdebar menuju ruang perawatan tempat Eriska dirawat. Dia membawa bunga segar, harapannya mengalir dalam setiap kelopak yang mekar. Begitu memasuki ruangan, pandangannya langsung tertuju pada Eriska yang terbaring di ranjang, wajahnya tampak lebih cerah, meski masih lemah

"Eris," sapa Rendra lembut, berusaha menyembunyikan rasa gugup di dadanya. Senyum lebar menghiasi wajahnya, berharap dapat menggugah kenangan indah di hati Eriska

Ketika Eriska membalas senyumnya dengan lembut, hati Rendra bergetar. "Aku sangat senang kamu sudah bangun."

Namun, saat Rendra membungkuk untuk mencium kening Eriska, dia melihat ekspresi terkejut di wajahnya. Tiba-tiba, Eriska tampak cemas dan memanggil Kafka

Remember meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang