Sore itu, suasana di rumah keluarga Padmawijaya dipenuhi dengan hiruk-pikuk persiapan acara besar. Keluarga Padmawijaya dan Adhiguna bekerja sama untuk menggelar dua acara penting sekaligus: peresmian produk baru dari perusahaan farmasi keluarga Adhiguna, dan pengumuman resmi pertunangan antara Rendra dan Eriska
Acara peresmian tersebut berlangsung di salah satu hotel mewah milik keluarga Padmawijaya. Hotel itu dihiasi dengan elegan untuk mencerminkan kemewahan dan pentingnya acara tersebut. Lampu kristal yang berkilauan di ballroom menambah kesan megah, sementara karpet merah menyambut para tamu undangan yang terdiri dari kalangan pebisnis, keluarga besar, dan rekan-rekan dari kedua belah pihak
Keluarga Padmawijaya dan Adhiguna menyambut para tamu dengan ramah, mempersiapkan perayaan ganda ini: peresmian produk farmasi baru yang diharapkan membawa kesuksesan besar, serta pengumuman resmi pertunangan antara Rendra dan Eriska
Rendra tersenyum ramah saat menyambut keluarga Padmawijaya yang tiba di hotel. Namun, tatapannya sesekali menyapu ke arah rombongan, mencari sosok Eriska yang belum terlihat. Setelah beberapa saat, Keenan mendekat dan berkata pelan, "Eris masih di mobil. Dia nggak mau keluar."
Rendra mengerutkan kening, merasa khawatir. Meskipun ia tahu betapa sulit situasi ini bagi Eriska, ia tidak menyangka Eriska akan menolak menghadiri acara sebesar ini. Rendra menghela napas sejenak, lalu memutuskan untuk berbicara dengannya secara langsung
Rendra melangkah keluar dari hotel dan mendekati mobil tempat Eriska berdiam diri. Ia mengetuk jendela dengan lembut, memanggil nama Eriska dengan suara tenang
"Eris, ini aku, Mas Rendra. Boleh Mas bicara sebentar?"
Eriska mengalihkan pandangannya, terlihat tidak yakin. "Aku nggak mau, Mas. Aku nggak siap."
Rendra tersenyum tipis, lalu bersandar di samping mobil agar bisa berbicara lebih dekat. "Mas tahu ini sulit buat kamu, tapi kita ada di sini bersama-sama. Kita bisa lewati ini, pelan-pelan. Kamu nggak perlu pura-pura senang, cuma... cobalah keluar, demi keluarga."
Eriska terdiam sejenak, menimbang-nimbang. Ia tahu Rendra mencoba memahami perasaannya. Dengan sedikit keraguan, akhirnya dia mengangguk pelan. "Baiklah, Mas. Aku akan coba."
Dengan perlahan, Eriska membuka pintu mobil dan keluar. Rendra, dengan sikap tenang dan penuh perhatian, mendampingi Eriska menuju pintu hotel, memastikan bahwa dia merasa didukung dan tidak perlu menghadapi segalanya sendirian
***
Eriska akhirnya turun dari mobil setelah Rendra menenangkannya. Dengan hati yang masih berat, ia melangkah keluar, dan Rendra dengan sigap menggenggam tangannya untuk memberinya dukungan. Gaun mewah yang dikenakannya seakan lebih berat dari yang semestinya, mencerminkan beban yang ia rasakan. Rendra, dengan sikap tenang dan penuh wibawa, membimbingnya perlahan menuju pintu masuk hotel tempat acara pertunangan mereka berlangsung.
Dari kejauhan, Keenan, kakak Eriska, berdiri dengan senyum jahil yang tak bisa ia sembunyikan. Matanya mengikuti gerak-gerik adiknya yang tampak tegang, berjalan di samping Rendra.
"Well, well... Lihat siapa yang akhirnya keluar dari mobil," ujar Keenan dengan nada menggoda begitu Eriska dan Rendra mendekat. "Udah siap, Ris? Atau masih mau kabur?"
Eriska mendengus pelan, sedikit kesal dengan candaan Keenan yang terasa seperti duri di saat yang sudah cukup menekan. "Hush, Kak. Jangan bikin tambah ribet."
Keenan tertawa kecil, tapi ada kelembutan dalam sorot matanya. Meski sering bersikap jahil, dia tahu adiknya pasti sedang berada dalam tekanan besar. "Santai, Ris. Ini cuma acara keluarga. Toh, lo juga nggak sendirian." Matanya beralih ke Rendra, yang masih dengan tenang menggenggam tangan Eriska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember me
RomanceSetelah terbangun dari koma, Eriska belajar mengingat semua yang telah terjadi padanya. Termasuk cinta pertamanya