Kadang-kadang bahkan air mata tidak bisa mengungkapkan rasa sakit sebanyak itu, sebanyak senyum yang disembunyikan.
• Yoontae / supv
• Boys Love
• Mpreg
• Crack Pair
• Original Character / OC
[Update setiap hari, pukul 19.00 WIB]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Okay, perfect! Kalian benar-benar pasangan yang cocok dan terlihat sangat serasi. Hasil foto ini tidak ada yang mengecewakan," puji sang Fotografer yang mengurusi foto pre-wedding keduanya.
Yoongi mendengus dan memilih beristirahat, sementara Taehyung mengucapkan terima kasih bagi semua yang sudah bekerja keras hari ini. Dari arah tempatnya duduk, Yoongi bisa melihat bagaimana Taehyung tersenyum dan membaur pada seluruh staff di studio foto ini. Sepertinya pemuda yang lebih muda darinya itu memiliki banyak energi, sedangkan dirinya sudah kelelahan setelah seharian terkurung di tempat ini.
Yoongi menatap ponselnya, mencoba kembali menghubungi nomor Joan yang mendadak tidak lagi aktif. Seluruh pesan yang ia kirimkan tidak terkirim. Seolah pemuda itu benar-benar menghilang dari kota ini. Yoongi sudah berusaha keras mencari Joan ke manapun, namun kekasihnya itu tidak ada di manapun. Yoongi frustasi dan terjepit keadaan. Di satu sisi ia ingin pergi dan mencari ke manapun Joan pergi, di lain sisi ia tidak bisa meninggalkan keluarganya yang membutuhkan bantuan darinya.
"Gi! Yoongi hyung!" Taehyung berteriak sedikit keras karena Yoongi tidak mendengar panggilannya. Yoongi tersentak dan menatap Taehyung yang sudah berdiri di depannya. "Hyung bisa pulang sekarang. Fotografer bilang fotonya sudah cukup dan semua terlihat bagus."
Yoongi berdiri dan pergi mendahului Taehyung tanpa mengatakan sepatah katapun. Taehyung hanya bisa menghela napas panjang. Ia tahu ini hanya perjodohan, tapi setidaknya Yoongi bisa bekerja sama dengannya. setelah membereskan barangnya dan mengucapkan terima kasih sekali lagi, Taehyung pun ikut berpamitan.
"Oh, Jimin-ah? Ehm, aku baru saja selesai foto. Kau apa? Hah? Apa? Wait, wait, apa kau bisa mengatakanya dengan pelan-pelan aku tidak begitu jelas mendengar suaramu." Taehyung berjalan ke arah mobilnya yang sudah terparkir di area lobi dan segera masuk ke dalam. "Aku akan ada di sana sekitar dua puluh menit dari sekarang." Taehyung menutup panggilan dan menyuruh sopirnya untuk segera menuju ke kantor Jimin berada.
•••
Hoseok berdecak kagum begitu melihat hasil foto dari jepretan Jungkook.
"Oppa, bagaimana? Pilihanku tidak pernah mengecewakanmu, 'kan?" Yeonwoo memandang Hoseok dengan tatapan geli karena wajah Hoseok yang memberengut.
"Ya, ya, kali ini kau benar. Aku sangat-sangat berterima kasih pada Adikku yang manis ini," ucap Hoseok sembari mencubit pipi Yeonwoo. Selesai membidik model dan menghasilkan banyak jepretan yang bagus, Jungkook datang menghampiri keduanya.
"Bagaimana, hyung?" tanya Jungkook dengan senyum lebarnya. "Aku rasa semua hasil ini sudah lebih dari cukup." Hoseok mengangguk puas. Dan Yeonwoo memberikan kedua ibu jarinya ke arah Jungkook.
"Hampir lupa, Oppa aku tidak bisa ikut makan malam, ya? Hari ini ibu menyuruhku untuk cepat-cepat pulang."
"Eh? Lalu hanya aku dan Jungkook yang akan makan malam?" Yeonwoo mengangguk dan menepuk bahu sepupunya itu.
"Selamat bersenang-senang. Aku pamit duluan, ya!" Yeonwoo dengan cepat mengambil tasnya dan berlalu pergi begitu saja. Hoseok terperangah di tempatnya berdiri sementara Jungkook sibuk membereskan lensa kameranya.
"Hyung," panggil Jungkook yang membuat Hoseok tersentak. "Kau bilang berapapun, 'kan?"
"Hah? Apa?"
"Bayaran," ucap Jungkook yang langsung dimengerti oleh Hoseok. Hoseok mengangguk paham lantas bergerak mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya. "Hyung, untuk yang satu ini aku hanya perlu satu hal." Hoseok berkedip bingung dan Jungkook terkekeh karena sikap Hoseok yang terlihat lucu.
Jungkook memberi sinyal untuk keduanya pergi dari studio foto kantor Hoseok. Di dalam perjalanan keduanya yang terasa canggung di dalam mobil, Hoseok sesekali mencuri lirik pada Jungkook yang berada pada posisi mengemudi.
"Aku tahu hyung sangat penasaran sekarang ini, tapi aku bisa menjamin aku tidak akan melakukan hal berbahaya padamu." Jungkook terkekeh, setelah Hoseok mendengus dan menghela napas lega. Astaga ... jadi lelaki di sampingnya ini mengira dirinya akan menculik? Yang benar saja.
Taehyung terburu keluar dari dalam mobil dan berlari menuju ke kantor di mana Jimin saat ini berada. Sahabatnya itu nampak sangat panik di dalam telepon tadi, suaranya bahkan terputus-putus karena Jimin terdengar seperti baru menangis.
"YAK! Park Jimin!" teriak Taehyung begitu membuka pintu ruangan Jimin di lantai tujuh Park Department Store. Ia menelisik ke segala ruangan dan mendapati ujung kepala Jimin yang terlihat dari balik sofa. Taehyung menghela napas lalu ikut duduk bersama Jimin di sana. Ia bisa melihat Jimin habis menangis, sedangkan botol wine itu tersisa setengah dengan gelas yang sudah jatuh tertidur di samping kaki Jimin.
"Kau minum sendirian?" tanya Taehyung dan meringis kala mendapati mata sahabatnya itu sudah bengkak efek menangis. "Harusnya sebelum kau mulai menangis dan minum sendirian, panggil aku."
"Aku tidak mungkin mengganggu acaramu, bodoh." Taehyung terkekeh lalu menepuk bahu Jimin.
"Katakan padaku kenapa kau menangis di sini?" Jimin kembali terisak. "Yak! Jangan cerita sembari menangis, suaramu tidak jelas." Bukannya mengasihani sahabatnya yang tengah menangis, Taehyung justru memarahinya.
"Huhuhu, aku melakukan hal memalukan di hadapannya tadi sore. Itu memalukan sekali, aku tidak sanggup menceritakannya lagi. Huaaaaaa ...."
"Hal memalukan?" gumam Taehyung. "Memangnya kau melakukan apa?"
Jimin memandang Taehyung dan menghela napas pendek. Air matanya ia seka, begitu pula dengan ingusnya. "Aku benar-benar malu, Tae. Bagaimana ini? Aku rasa pemuda itu akan ilfeel saat melihatku bertingkah ceroboh." Jimin menceritakan bagaimana saat di rapat tadi ia bertindak memalukan. Jimin terjatuh dari kursi saat hendak duduk.
"Pfffft, kau apa?" Taehyung menahan tawanya saat sahabatnya itu mendelik kesal ke arahnya.
"Uh! Itu, 'kan, bukan mauku untuk terjatuh begitu memalukan. Aku sibuk menatap wajahnya yang tampan sampai aku lupa bahwa bokong ini tidak punya mata!"
"BHAHAHAAHAHHA. Ops, sorry."
"Itu memalukan! Semua yang ada di sana saat itu tertawa dan aku tidak mau melihatnya menertawakanku."
"Jadi kau kabur dan berakhir menangis di tempat ini?" tebak Taehyung dan diangguki oleh Jimin. "Aku jadi penasaran dengan reaksi pemuda itu," gumam Taehyung dengan kekeh kecil di wajahnya. Ia memeluk Jimin untuk menenangkannya dan berjanji akan mencari tahu tentang hal ini bersama-sama.