#25

266 47 13
                                    




Taehyung menatap Seoul dari atas pesawat yang ia tumpangi. Hari ini adalah hari kepergiannya menjauh dari Korea untuk sementara waktu. Meninggalkan segala lara dan kenangan tentang Yoongi di sana. Ia akan memulai hidup baru, hidup yang bahagia bersama mahkluk kecil yang semakin tumbuh di dalam perutnya.

Yoongi membanting ponselnya dengan kesal. Meja kerjanya berantakan karena beberapa menit yang lalu ia habis mengamuk. Di atas mejanya tergeletak surat putusan dari pengadilan tentang perceraiannya dan Taehyung yang dikabulkan oleh hakim. Sementara kekesalannya semakin bertambah setelah ia mendengar kabar bahwa pagi tadi Taehyung meninggalkan Korea.

"Sebenarnya kenapa aku begini?" Yoongi meminum kembali sojunya. Di hadapannya ada Namjoon yang menatap sang kawan dengan pandangan khawatir.

"Bukankah Joan yang kau tunggu-tunggu sejak dulu sudah kembali? Bahkan Joan juga mengandung anakmu. Apa lagi yang kau harapkan, Yoongi?"

Yoongi terkekeh sinis. "Benar. Aku sudah menemukan Joan, Joanku." Yoongi memukul-mukul dadanya. "Tapi di sini, aku tidak merasakan apa-apa di sini setelah ia kembali, Joon." Yoongi menangis. "Mendengar kepergiannya tanpa meninggalkan salam perpisahan, kenapa justru aku merasakan sesuatu ada yang robek di sini. Hatiku merasa sakit dan sesak hanya dengan memikirkannya." Kali ini Yoongi bercerita soal Taehyung yang pergi tanpa memberitahunya alasan yang jelas. Seolah Taehyung memang berniat menjauh dan tidak ingin bertemu dengannya lagi.

"Aku pernah mendengar kata-kata ini; sometimes you expect a lot from someone because you'd do that much for them. Mungkin itu yang kau rasakan pada Joan, sebelum kau bersama Taehyung." Namjoon menatap Yoongi dan tersenyum tipis. "It's a glitch, Yoongi, tetapi dengan Taehyung jelas beda. You're always together, sleeping in the same bed, hugging, kissing, even sex. Are you sure your heart hasn't changed after all that?"

Yoongi terdiam. Ingin mengatakan iya pun, semua sudah terjadi. Ia dan Taehyung sudah resmi berpisah dan ini pilihan Yoongi. Hanya saja ia menyesali kenapa setelah Taehyung pergi ia baru merasakan perasaan kehilangan yang begitu besar.


•••


Yoongi berlari tergesa setelah mendapat kabar dari rumah sakit bahwa Joan terjatuh dan dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi yang sudah berdarah-darah.

"Pasien atas nama Joan?" Yoongi bertanya pada suster penjaga dan menuju ruang gawat darurat di mana Joan masih di tangani.

"Joan."

"Hyung." Joan menangis setelah sadar, perutnya terasa sakit sekali saat ini. "Mereka bilang terjadi sesuatu dengan bayi kita, Hyung. Aku tidak ingin kehilangan bayi kita, tolong selamatkan dia."

"Dokter, bagaimana kondisi bayi kami?" tanya Yoongi masih bersikap tenang. Dokter itu menatap Yoongi dan Joan bergantian.

"Efek benturan pada trotoar jalan menyebabkan kandungan suami anda yang sejak awal memang sudah lemah menjadi lebih berisiko. Dengan berat hati anda harus mengikhlaskan bayi ini, jika tidak suami anda tidak akan tertolong. Setidaknya kami harus menyelamatkan salah satunya."

Yoongi memejamkan matanya. "T-tidak, Hyung. Bayi kita harus selamat, Hyung, tolong selamatkan bayi kita. Kumohon."

"Tolong selamatkan suami saya, Dokter."

Joan menangis terisak. "Tidak, Hyung, tidak." Joan ingin bayi ini selamat apa pun yang terjadi, meski nyawanya sendiri sebagai taruhan. Setidaknya bayi ini bisa melihat dunia yang ia tinggalkan, tapi kenapa Yoongi tidak menginginkan bayi ini.

"Joan-ah, nyawamu lebih penting. Kalian penting, tapi jika harus memilih antara kau atau bayi itu, aku akan tetap mempertahankanmu."

"Tapi aku tidak, Hyung. Aku ingin bayi itu tetap selamat, aku ingin dia bisa melihat dunia ini dan hidup dengan baik dan bahagia. Tolong selamatkan bayi kita."

"Dok, tolong, segera tangani dan selamatkan suami saya." Dokter itu mengangguk dan mengurus segala proses untuk operasi dan juga administrasi.

Yoongi menunggu dengan sabar dan tenang di depan ruang operasi. Seokjin dan Boyoung datang sepuluh menit yang lalu setelah mendapat kabar dari Yoongi, disusul Sungkyung dan sang suami.

"Kenapa lama sekali, Yoongi?" tanya Boyoung khawatir. "Ibu berharap Joan akan baik-baik saja." Meski ia belum sepenuhnya menerima kehadiran Joan, tetapi Boyoung tetaplah seorang wanita dan juga ibu yang juga memiliki anak, tentu saja ia juga merasa khawatir. Pintu ruangan operasi terbuka, dua orang suster lari tergesa mengambil beberapa peralatan tambahan dan juga kantong darah.

"Dokter, apa yang terjadi?"

Dokter itu menghela napas dari balik maskernya. "Kondisi suami anda kritis. Kami sudah berhasil mengeluarkan bayinya, tetapi maaf bayi anda meninggal di dalam kandungan, sebelum berhasil kami keluarkan. Dengan berat hati juga kami harus mengangkat kandungan suami anda karena ternyata kami menemukan jaringan sel kanker tumbuh di sana."

Boyoung menutup mulutnya karena terkejut begitu juga Sungkyung. "Apa kondisinya akan segera membaik?" tanya Seokjin memastikan.

"Untuk sementara masih terus kami pantau, tolong tetap berikan doa agar masa kritisnya segera terlewati."

"Dokter!" Mendapat panggilan panik dari suster dokter segera bergegas menuju ruang operasi kembali. "Pasien mengalami henti jantung mendadak, Dok. Sudah kami tangani tapi kesadaran pasien terus menurun pasca operasi."

Dokter segera memeriksa bagian vital Joan, seperti mata, denyut jantung, dan nadi. Semua kondisi diambang buruk. "Beri tahu keluarga pasien untuk bersiap-siap dengan kemungkinan terburuk," ucap sang dokter pada suster yang bertugas.

Dalam hidup ini Yoongi sudah banyak merasakan kehilangan, setelah Taehyung pergi meninggalkan Korea, kini ia harus kehilangan kembali. Joan dan bayi mereka pergi meninggalkan dirinya. Pergi ke ruang keabadian yang tak bisa ia kunjungi.

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang