Keluar dari pintu gerbang rumahnya, Jungkook hendak berbalik namun tangan paman Lee sudah lebih dulu memegang kerah kemejanya.Dengan wajah polos dan senyum cerah cerianya Jungkook melempar tawa kekeh. Paman Lee mendengus melihat kelakuan pemuda digenggamannya ini.
"Mau ke mana kau?"
"Hehehe ... Paman Lee, apa kabar?"
"Basa-basi kau!"
"Paman, untuk uang sewa aku—"
"Aku mencarimu memang untuk memberitahu bahwa aku bukan lagi pemilik rumah ini," potong Paman Lee yang membuat Jungkook terkejut. "Temanmu sudah membeli rumah ini. Sudah, ya, aku pergi."
"Hah? Teman yang mana?" gumam Jungkook dalam kebingungan.
Hatchi~
"Ewh~ kau terkena flu?" tanya Jimin yang melihat Hoseok bersin di depannya. Jimin bisa melihat bagaimana hidung Hoseok memerah. "Apa tidak sebaiknya kau pergi periksakan diri ke dokter?"
Hoseok mengibas tangan. "Tidak perlu. Ini hanya kelelahan, setelah minum obat aku akan segera sembuh." Hoseok tersenyum agar kawannya itu tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya. Lalu muncul Taehyung di antara mereka dengan wajah lesu.
Jimin dan Hoseok mengangkat alis dengan senyum evil di wajah keduanya.
"Baru saja pulang dari bulan madu wajahmu sudah kusut saja. Apa bulan madunya kurang menyenangkan?" goda Hoseok yang kemudian diberi tatapan sinis dari Taehyung.
"Kenapa?" tanya Jimin mulai penasaran. Taehyung menghela napas panjang dan menceritakan semuanya tanpa terlewat. Ia bisa melihat bagaimana wajah kedua sahabatnya itu, dari rasa penasaran, antusias, lalu akhirnya terkejut.
"YOU WHAT?" teriak keduanya tak percaya dan membuat Taehyung reflek menutup kedua telinganya.
"Aku tidak salah dengar?"
"K-kalian ... kalian ... oh my god! Temanku sudah tidak polos lagi!" seru Jimin hiperbolis.
Taehyung sudah siap menerima, bahwa kedua sahabatnya itu pasti akan menggodanya terus-terusan setelah ini.
•••
Yoongi dan Namjoon bertemu di hari libur mereka. Mereka pergi ke sebuah bar tak jauh dari Gangnam.
"Katakan apa yang membuatmu resah?" Yoongi terkejut atas pertanyaan Namjoon. Bagaimana bisa temannya yang sudah lama tidak bertemu dan baru bertemu lagi tahu banyak tentangnya?
"Tidak perlu merasa terkejut." Namjoon terkekeh lalu menenggak segelas whiskey. "Wajahmu tidak berubah setiap kali kau merasa kebingungan. Jujur saja aku sering mengamatimu—mengobservasi, lebih tepatnya." Namjoon melirik ke samping dan melihat bagaimana kini wajah Yoongi menatap kosong pada barisan botol-botol minuman keras di belakang barista.
"Aku berdosa, Namjoon," kata Yoongi memulai. "Aku melukai Joan, aku mengkhianatinya. Padahal aku sudah berjanji bahwa hanya Joan satu-satunya yang bisa menyentuhku begitu pun sebaliknya."
Alis Namjoon terangkat. Ia sepenuhnya penasaran. "Maksudmu ... kau dan Taehyung? Kalian ...." Yoongi tersenyum miring lalu mengangguk.
"Minuman kami tertukar dengan yang lain. Ternyata di dalam minuman itu sudah ada obat perangsang. And that's happened." Yoongi menatap Namjoon dengan perasaan bersalah. "We both had sex." Yoongi menceritakan semuanya tanpa terlewat satu pun.
Namjoon terkekeh. "Apanya yang salah? Kalian berdua sudah menikah. Kau dan Taehyung. Bukankah sepasang suami-suami memang harus melakukannya?"
"Kau tidak mengerti. Kami tidak saling mencintai dan—"
"Why not? All I'm saying is that you did it with consent, like you said. And you're married, what's wrong? Cinta? Without that you've done it, a sex."
"Tapi aku tetap merasa bersalah," ucap Yoongi pelan.
Namjoon mengernyit. "Pada Joan atau pada Taehyung?" Tubuh Yoongi menegang. Pada pertanyaan yang terlontar itu, Yoongi tidak tahu jawaban pastinya.
"Aku ... tidak tahu."
"Terkadang banyak hal di luar sana yang masih menjadi misteri, Yoongi. Like a pandora," kata Namjoon dengan senyum kecil, tiba-tiba bayangan Jimin dan dirinya yang sering bertemu dan menyempatkan minum kopi di pantry kantor terlintas begitu saja. "Kita tidak tahu apakah di dalam kotak itu adalah hal yang berharga atau justru sebuah kutukan." Namjoon mengangkat bahu acuh.
"Tapi aku mencintai Joan, Namjoon." Yoongi masih kukuh pendirian. Baginya di dunia ini hanyalah Joan dan Yoongi tidak akan membaginya dengan yang lain. "Aku rela meninggalkan segalanya asal Joan kembali ke sisiku."
Namjoon menghela napas. Ia sangat paham perasaan Yoongi. Joan adalah cinta pertama sekaligus kekasih untuk Yoongi. "Aku tahu, Yoongi. Aku tidak menyuruhmu untuk melupakan Joan. Terkadang beberapa hal memang perlu disimpan untuk hanya menjadi kenangan," ucap Namjoon dengan senyum tipis sembari menepuk pundak Yoongi. "Hanya waktu yang akan menjawab rasa gelisahmu. All I can do is sit here listening to you."
Pada hal terakhir yang Namjoon ucapkan, Yoongi merasa ia punya seseorang untuk ia ajak bicara, untuk bisa mendengarnya.
"Terima kasih. Senang aku memilikimu sebagai sahabat."
"Oh, ini tidak gratis, Bro. Bill on you," ucap Namjoon yang membuat keduanya terkekeh bersama.
Taehyung tengah menonton Netflix saat Yoongi tiba di apartement mereka tepat pukul dua belas malam.
"Belum tidur?" Yoongi menyapa sembari berjalan gontai ke dalam kamar. Taehyung mengamati dari jarak pandang, sebelum mematikan televisi dan mengikuti Yoongi masuk ke dalam kamar mereka.
"Hyung, kau mabuk?" tanya Taehyung yang mencium aroma alkohol dari tubuh Yoongi.
"Hanya sedikit. Toleransiku tinggi pada alkohol, tidak seperti Namjoon." Alis Taehyung mengernyit saat sebuah nama yang tidak asing untuknya keluar dari mulut Yoongi.
"Namjoon? Hyung kenal?" Yoongi mengangguk lalu menjatuhkan punggungnya pada ranjang. Taehyung mendengus. "Setidaknya bersihkan dirimu, Hyung. Aku tidak ingin tidur seranjang dengan orang mabuk," ucap Taehyung sembari berbalik untuk pergi, namun gerakan tangan Yoongi lebih cepat menarik tangannya. Tubuh Taehyung terjatuh ke atas ranjang di samping Yoongi, sebelum tubuh Yoongi berbalik mengungkungnya.
"Yoongi! Apa-apaan!" seru Taehyung kesal. "Menjauh dariku. Kau berat!" sungut Taehyung. Yoongi terkekeh sembari menatap lekat wajah Taehyung. Sebenarnya kalau boleh Yoongi mengakui Taehyung memiliki wajah yang tampan, garis rahangnya juga tajam, bola matanya juga berpendar sangat cantik seperti rasi bintang, kulitnya meski tidak seputih snow white namun terlihat sangat bersih dan sehat, bibirnya—
"Your lip is kissable," gumam Yoongi terkekeh. Jarinya menekan-nekan bibir Taehyung.
"Hyung, kau mabuk." Taehyung meronta, namun tenaga Yoongi jauh lebih kuat dari dugaannya.
"Kaupikir aku mabuk?" Yoongi terkekeh. "Saat terangsang saja aku masih memiliki sedikit kesadaranku."
"Yoongi!"
Wajah Yoongi mendekat untuk mencium bibir Taehyung, namun Taehyung tidak hilang akal. Ia membenturkan kepalanya pada kening Yoongi dan membuat Yoongi akhirnya melepaskan dirinya.
Taehyung melihat bagaimana Yoongi meringis kesakitan. "Fyuh! Itu balasan atas pukulan yang kemarin!" seru Taehyung sebelum akhirnya kabur.
"Argh! Kim Taehyung!" Niat hati Yoongi ingin menjahili dan menggoda Taehyung, tetapi justru sundulan maut yang ia dapatkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/370971494-288-k328183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma
FanfictionKadang-kadang bahkan air mata tidak bisa mengungkapkan rasa sakit sebanyak itu, sebanyak senyum yang disembunyikan. • Yoontae / supv • Boys Love • Mpreg • Crack Pair • Original Character / OC [Update setiap hari, pukul 19.00 WIB]