#12

249 41 13
                                    


Yoongi mendengus karena terjebak di antara acara keluarga besar. Ia tidak memiliki banyak alasan untuk tidak ikut dalam acara yang ia anggap hanya membuang-buang waktu berharganya.

Ia melihat ibunya, Boyoung, yang tengah bercengkerama dengan Hyungsik, ayah mertuanya. Keduanya terlihat dekat seperti dua orang sahabat yang sudah lama tidak bertemu.

"Kalau aku ingat-ingat setiap kali Taehyung demam, wajahnya akan terlihat merah dan pipinya yang bulat itu seperti kue mochi yang baru saja keluar dari kukusan. Hidungnya akan semerah buah persik, duh, kalau ingat aku suka tidak tega, tapi di sisi lain aku bisa melihat betapa menggemaskannya Taehyung." Hyungsik menunjukan banyak sekali foto-foto masa kecil Taehyung, sementara Yoongi sibuk dengan ponselnya.

Seokjin dan Seojoon sendiri tengah bermain bola di belakang rumah bersama dengan Yujin, cucu mereka. Sungkyung melihat keakraban dua orang tua itu dari ruang santai yang terhubung antara dapur dan taman. Ia tengah mengupas buah, sementara Taehyung memperhatikan Yujin di samping Sungkyung.

"Untuk yang waktu itu aku belum sempat minta maaf, ya, Tae?" Taehyung menoleh dengan kernyitan bingung. "Waktu aku menjanjikan bertemu untuk makan siang di kantorku," imbuh Sungkyung.

"Ah, itu ...." Taehyung mengulum senyum. "Noona tidak perlu merasa bersalah. Kebetulan aku juga waktu itu ingin membatalkannya karena tiba-tiba ada urusan," jelas Taehyung dengan senyum kecil. Ia melihat Sungkyung mengangguk dengan menghela napas lega. Tidak mungkin juga Taehyung berkata jujur, bahwa ia sudah berada di kantor dan mendengar pertengkaran antara Sungkyung dan Yoongi. Untuk itulah ia memilih bersembunyi di balik tembok dan menguping pertengkaran kakak-adik itu.

"Hari itu Yoongi datang dan marah padaku." Sungkyung menghela napas panjang lalu menatap lurus ke depan. "Yoongi itu ... punya seseorang yang benar-benar ia pedulikan. Eh, tapi, ini bukan apa-apa, ya. Mereka sudah benar-benar berakhir dan aku bisa menjaminnya." Kening Taehyung mengernyit. "Mungkin akan butuh waktu lama untuk kalian saling terbuka, tapi aku bisa percaya kalau suatu saat nanti kalian berdua akan bahagia karena saling memiliki."

Taehyung mengulas senyum. Enggan untuk memberi tanggapan pada masa depan yang Sungkyung janjikan, karena ia sendiri tidak yakin tentang hubungan yang sedari awal tidak ada perasaan apapun di dalamnya.

"Apa Noona tahu laki-laki itu di mana?" Bola mata Sungkyung melebar saat Taehyung menanyakan perihal masa lalu Yoongi.

"Kau tahu?" tanya Sungkyung bingung. Taehyung mengangkat bahu. "Apa Yoongi menceritakannya padamu?" Taehyung terkekeh lalu menyesap teh di cangkirnya. Mana mungkin ia tidak tahu karena sejak awal saat dirinya dan Yoongi bertemu, Yoongi sudah memberitahunya bahwa ia mencintai orang lain.

"Anggap saja begitu," kata Taehyung sembari menaruh minumannya.

"Entahlah. Aku memang sempat bertemu dengan Joan waktu itu dan mengatakan beberapa hal, termasuk pernikahan Yoongi denganmu. Aku tidak mengira kalau pemuda itu setelahnya akan pergi meninggalkan Yoongi dalam kebingungan," ucap Sungkyung, sementara Taehyung diam mendengarkan.

"Apa Noona tidak menyukainya sampai harus rela memisahkan Yoongi dengan kekasihnya?"

Sungkyung menghela napas dan memberikan potongan buah apel untuk Taehyung. "Sudah, ya, tidak perlu untuk kita bahas. Lagi pula pemuda itu sudah menjadi cerita lama," kata Sungkyung tanpa tahu bahwa di balik pintu dapur Yoongi mendengar semua ucapanya.

Tangan Yoongi terkepal erat, sebelum akhirnya ia memilih untuk pergi dari balik pintu.


•••


"Sudah, ya, tidak perlu untuk kita bahas. Lagi pula pemuda itu sudah menjadi cerita lama." 

Kata-kata Sungkyung masih terngiang-ngiang di telinga Yoongi. Bagaimana bisa kakaknya berkata seperti itu, sementara Yoongi mati-matian menahan segala rasa gundah seorang diri.

Taehyung menatap ke luar dari dalam kaca mobil yang melaju di jalanan ibukota. Fokusnya hanya pada apa saja yang netranya tangkap, sebab sunyi selalu menjadi pengisi di antara dirinya dan Yoongi.

Ckiiiiiiiiiit

Taehyung terkejut atas tindakan Yoongi yang mengerem mobilnya secara mendadak. Taehyung menoleh dengan wajah terkejut, sementara Yoongi menatap kosong jalanan.

"Ada apa denganmu?" tanya Taehyung yang kesal dengan sikap Yoongi.

Yoongi mendecak lalu menoleh ke arah Taehyung dengan pongah. "Memangnya siapa dirimu, huh?" Kening Taehyung mengernyit.

"Maksud, Hyung?" Yoongi membuang napas kasar dan membuang muka. 

"Memangnya pura-pura bodoh itu keahlianmu, ya, Kim Taehyung?" 

Taehyung mendengus kesal. "Memangnya dengan bicara sarkas begini aku akan mengerti? Setidaknya katakan dengan jelas apa maksud Hyung sebenarnya."

"Untuk apa kau peduli ke mana kekasihku pergi? Untuk apa kau mencari tahu, huh?" Yoongi menyugar rambutnya. "Jangan pedulikan dan jangan cari tahu lagi. Aku tidak butuh kasihan darimu."

"Wo, wo, wo. Sepertinya kau salah paham, Hyung. Aku? Mencari tahu keberadaan Joan, kekasihmu, yang benar saja. Sejujurnya aku juga tidak pula, aku hanya terlanjur larut dalam obrolan yang Sungkyung-noona ciptakan. Tidak lebih." Taehyung mendengus sembari melipat tangan di dada. "Dan apa tadi kau bilang? Kasihan? Memangnya kau semenderita itu sampai berharap aku untuk mengasihanimu?" Taehyung melepas seatbelt dan keluar begitu saja sembari menutup pintu mobil dengan kasar.

Yoongi mengusak rambutnya dan memukul setir mobil untuk meluapkan amarah. Semua jadi terasa carut-marut dan Yoongi tidak kuat lagi menahannya.

Taehyung mendengus di sepanjang trotoar jalan. Ia tidak menyesal mengatakan semua tadi di depan Yoongi, ia hanya menyesal kenapa harus turun dari mobil dan berakhir dirinya jalan kaki.

"Huaaaaaaaaah, rasanya mengesalkan!" serunya yang membuat beberapa orang menatapnya aneh.


KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang