Taehyung menggeliat tak nyaman dalam tidur siangnya. Sejak beberapa hari ini ia merasa badannya pegal-pegal dan sering merasa kelelahan. Puncaknya adalah pagi tadi saat pulang mengantar Yi-yoon ke Play Group di dekat komplek apartemen. Kepala Taehyung mendadak pusing dan badannya lemas luar biasa.Di lain tempat Seojoon memandang menantunya yang nampak tidak berselera makan dengan pandangan khawatir.
"Ada apa? Kau bertengkar dengan Taehyung jadi tidak napsu makan?" Yibo mendongak dan menatap Seojoon dengan wajah terkejut.
"Tidak, Pa. Kami baik-baik saja."
"Lantas kenapa sepertinya kau tidak berselera makan? Makanannya tidak enak?"
"Bukan, Pa. Semua terlihat lezat, tapi entah kenapa aku merasa kenyang melihatnya dan sedikit mual."
Seojoon terkekeh. "Kau mirip seperti Hyungsik saat hamil dulu—eh, kau tidak mungkin hamil, 'kan?"
"Hah?" Yibo, 'kan, laki-laki. Dan dirinya bukanlah carrier seperti suaminya, Taehyung. Lalu keduanya melotot kaget, memikirkan hal yang sama.
"Coba cek ke Taehyung. Apa sekarang ia baik-baik saja." Yibo mengangguk dan segera mengambil ponselnya. Tiga kali dering barulah panggilan itu terjawab.
Alis Yibo mengernyit karena suara yang masuk adalah suara Yi-yoon.
"Yoon-ah, apa papi di rumah?" tanya Yibo memastikan. "Apa papi baik-baik saja?"
"Papi cakit. Sejak tadi tidul telus," jawab Yi-yoon. Yibo bangun dari duduknya yang membuat Seojoon melihatnya bingung.
"Oke. Daddy pulang sekarang, ya." Yibo menutup panggilan dan menatap Seojoon. "Taehyung sakit, Pa. Aku akan pulang sekarang."
Seojoon ikut berdiri dan merapikan jasnya. "Hati-hati. Papa akan menyusul ke sana nanti bersama ayah." Yibo mengangguk dan segera pergi keluar restoran kemudian melajukan mobilnya keluar dari parkir restoran menuju apartemennya.
Yi-yoon duduk di pinggir ranjang sembari menggenggam tangan Taehyung dan menatapnya dengan sedih. Taehyung tersenyum dan membelai surai anak itu.
"Papi tidak apa-apa. Yi-yoon jangan bersedih," ucap Taehyung. Keduanya mendengar suara seseorang menekan sandi dan pintu terbuka. Yi-yoon berlari keluar kamar dan menyambut Yibo yang datang. Yibo segera menggandeng anaknya dan kembali masuk ke dalam kamar.
"Tidak perlu bangun," kata Yibo melarang. Yibo bisa melihat wajah Taehyung yang pucat. "Aku sudah memanggil dokter Na untuk memeriksamu. Mungkin sebentar lagi beliau datang."
"Aku tidak apa-apa. Mungkin aku kelelahan makanya akhir-akhir ini aku sering lemas."
"Ayah dan papa juga akan ke sini begitu mendengar kau sakit," kata Yibo yang membuat Taehyung berdecak. Selalu saja kedua orangtuanya itu melebih-lebihkan.
Dokter Na datang selang sepuluh menit kemudian. Yibo menunggu di luar bersamaan dengan kedatangan Seojoon dan Hyungsik. Selama Taehyung diperiksa di dalam kamar, Yibo tidak henti-hentinya mondar-mandir sembari menghela napas gusar. Ia hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada Taehyung.
Dokter Na keluar dan Yibo tanpa perlu mendengar penjelasannya langsung masuk ke dalam kamar untuk menemui Taehyung.
"Bagaimana kondisi anak kami, Dokter Na?" Dokter Na tersenyum dan menepuk-nepuk pundak Seojoon.
"Tidak apa-apa. Kau hanya akan bertambah cucu," katanya yang langsung membuat Hyungsik dan Seojoon kaget dan bahagia sekaligus.
"Benarkah?" tanya Hyungsik memastikan. "Kau tidak bohongkan?"
"Eh... mana ada aku membohongi kalian. Kita bertiga sudah berteman sejak jaman kuliah. Aku bahkan bertahun-tahun mengabdi menjadi dokter pribadi di keluarga kalian. Kau masih tega mengatakan aku berbohong?"
"Itu karena aku syok! Masih belum percaya," dengus Hyungsik yang membuat Na Je Young tertawa.
"Terima kasih sudah datang kemari dan memeriksa kondisi Taehyung," ucap Seojoon sebelum akhirnya Dokter Na pamit undur diri.
•••
Yibo duduk bersimpuh di samping ranjang. Kepalanya ia tempelkan tanpa menekannya di perut Taehyung. Sementara tangan Taehyung mengelus rambut sang suami.
"Benarkah di dalam sini ada calon bayi kita?" tanya Yibo yang masih tak percaya. Saat dirinya masuk dan menanyakan keadaan Taehyung, Taehyung langsung memberinya ucapan selamat karena sebentar lagi dirinya akan menjadi seorang ayah.
"Iya, suamiku. Di dalam perutku sekarang ada calon bayi kita." Yibo mengangkat kepalanya dan mendaratkan kecupan di kening Taehyung.
"Terima kasih, Sayangku." Taehyung memeluk suaminya dan mendaratkan kecupan di pipi Yibo. "Mulai sekarang kau tidak boleh kelelahan," imbuh Yibo lagi yang ditanggapi kekehan kecil dari bibir Taehyung.
Hyungsik dan Seojoon masuk ke dalam kamar setelah mengetuk pintu kamar mereka. Hyungsik menghambur dan memeluk Taehyung serta menciuminya.
"Tae-bear, Ayah merasa sangat-sangat bahagia mendengar kabar kau hamil."
"Kau tidak boleh kelelahan. Dokter Na memberitahu kami saat sebelum ia pulang. Stres juga tidak boleh, harus selalu jaga asupan makanan bergizi," ucap Seojoon.
"Kenapa tidak sementara ini kalian tinggal di rumah kami? Di rumah ada banyak pelayan, banyak yang mengawasi Taehyung juga. Apalagi beberapa hari ke depan Yibo akan ikut Papamu pergi ke Belanda." Hyungsik mengusulkan saran yang membuat Yibo berpikir.
"Ayah benar. Bagaimana? Kau mau tinggal sementara di rumah?" tawar Yibo. Taehyung mengangguk setuju. "Baguslah. Aku jadi tidak khawatir meninggalkanmu sendirian selama aku pergi nanti."
Pada akhirnya Taehyung diboyong kembali pulang ke mansion keluarga. Selain khawatir, mereka juga bisa mengawasi dua puluh empat jam secara penuh. Taehyung juga banyak terbantu dengan adanya pelayan di keluarga mereka.
Daehyung terkejut setelah membaca rentetan pesan dari Hyungsik yang mengabarkan kehamilan Taehyung. Yoongi yang baru saja selesai mandi mengernyit bingung.
"Ada apa dengan wajahmu?"
Daehyung menoleh. "Kenapa? Tetap cantik meski belum mandi, 'kan?" tanya Daehyung sembari beraegyo.
Yoongi mengangguk. "Eung!" Daehyung terkekeh dan melambaikan tangannya untuk menyuruh Yoongi duduk di depannya. Tangannya beralih mengambil handuk dan membantu Yoongi mengeringkan rambutnya.
"Kau kelihatan bahagia sekali."
"Benarkah? Aku memang lagi bahagia. Ayah memberi kabar tentang kehamilan Taehyung," ujar Daehyung bahagia.
"Benarkah?"
Daehyung mengangguk. "Hm. Sudah selesai," kata Daehyung. Yoongi berbalik dan menatap Daehyung dalam diam. "Kenapa?"
"Kau ... mau punya bayi juga tidak?"
"Huh?"
Yoongi menatap ke dalam bola mata Daehyung membuat si empunya menjadi gugup akan tatapan itu.
"Kita hampir setiap malam membuatnya," bisik Yoongi dengan posisi setengah menunduk dan mengunci pergerakan Daehyung. "Kenapa tidak jadi-jadi, ya?" Kemudian mendorong tubuh Daehyung untuk berbaring di atas ranjang. Daehyung menelan ludah dengan tubuh bagian atas Yoongi yang tidak memakai apa-apa. Ada bekas tanda kemerahan di sana hasil karya dari Daehyung atas permainan mereka setiap malamnya.
"H-hyung," rengek Daehyung saat hidung Yoongi membaui lehernya. Kemudian gelitikan ia rasakan di pinggang. "Ah, Hyung, hentikan! Geli! Hahaha, Hyung!"
"'Mandi sana. Ini hari terakhir kita di sini. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," kata Yoongi setelah bangun dari ranjang dan dengan santai memakai kaosnya. Daehyung mengangguk dan berlari menuju kamar mandi, melihatnya Yoongi jadi terkekeh.
"Hampir saja aku kelepasan," gumam Yoongi. "Astaga, kenapa aku tidak bisa menahan hormonku setiap kali aku menyentuh Daehyung, ck!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma
FanfictionKadang-kadang bahkan air mata tidak bisa mengungkapkan rasa sakit sebanyak itu, sebanyak senyum yang disembunyikan. • Yoontae / supv • Boys Love • Mpreg • Crack Pair • Original Character / OC [Update setiap hari, pukul 19.00 WIB]