#17

286 40 5
                                    

Suara shooter dan flash dari kamera yang Jungkook gunakan menandakan, bahwa dirinya kini tengah fokus memfoto model untuk mengisi halaman depan majalah fashion. Hoseok berdiri bersama dengan editor foto di belakang sembari memilih dan memilah pose yang cocok untuk mereka gunakan.

"Okay, good, nice!" ucap Jungkook mengapresiasi para model yang difotonya. Sementara di belakang Hoseok sibuk berdiskusi ini dan itu dengan staff lain.

"Jimin, kurasa ini bukan waktu yang tepat kita pergi menemui Hoseok," kata Taehyung di sela-sela tangannya Jimin tarik. "Pasti Hoseok tengah sibuk dan aku tidak ingin menganggunya."

Jimin berhenti lalu berbalik sembari mendengus. "Apa kau tidak penasaran? Aku saja penasaran. Bayangkan ... seumur hidupnya, Hoseok tidak pernah ikut campur dengan hal-hal remeh lalu kemudian boom—sesuatu terjadi." Taehyung terkekeh lalu menghela napas. Ia menyerah dengan Jimin.

"Baiklah."

Jimin kembali menarik tangan Taehyung menuju lokasi di mana Hoseok kini berada. Dua kepala itu menyembul dari balik pintu studio dan mengamati bagaimana Hoseok bekerja.

"Coba perhatikan pemuda yang sedang memegang kamera itu. Kurasa pemuda itu Jungkook." Taehyung memperhatikannya dari atas sampai bawah.

"Aku tidak yakin kalau pemuda itu Jungkook. Bukankah ia terlalu tua untuk seseorang yang katanya masih muda?"

"Ah! Aku tahu! Mungkin yang kini sedang duduk di sofa itu?"

"Jim, bukankah ia terlalu biasa untuk seseorang yang membuat Hoseok memujinya terus-terusan?" Jimin mendengus karena lelah menerka-nerka. Sementara Jungkook yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat dua orang aneh tengah mengintip dari pintu. Ia berjalan perlahan ke arah mereka sembari menguping apa yang dibicarakan dua orang aneh yang ia lihat.

"Aku lelah menebak! Sebenarnya mana yang namanya Jungkook itu," sungut Jimin sembari melipat tangan ke dada dan mulutnya mencebik. Jungkook mengernyit karena mendengar namanya disebut.

"Mencari Jungkook?" Taehyung dan Jimin berjengit karena kaget. Keduanya menoleh dan mendapati seorang pemuda tampan berdiri di depan mereka. Taehyung dan Jimin saling melempar pandang lalu mengangguk.

"Jungkook?" tanya Jimin. Jungkook menggaruk kepalanya dan terkekeh.

"Kebetulan namaku juga Jungkook," jawab Jungkook dengan senyum canggung. Hoseok yang melihat kedua temannya datang langsung berjalan menghampiri.

"Taehyung, Jimin?" Hoseok mengernyit. "Kalian ... ada apa kemari?" Hoseok menatap Jungkook dan dibalas gendikan bahu.

"Hehehe, h-hai." Hoseok mendengus dan tahu maksud kedatangan tiba-tiba kedua temannya ini.

"Jadi kalian datang karena penasaran?" tanya Hoseok, setelah ketiganya memutuskan duduk di sebuah cafe.

"Jimin yang mulai!"

"Eh! Kok aku? Kau juga mau-mau saja," protes Jimin tidak terima.

"Oke, oke, aku paham kalian penasaran dengan Jungkook. Sudah, 'kan? Yang tadi itu memang Jungkook. Pemuda yang sering kuceritakan pada kalian, puas? Tapi— ini tidak seperti yang kalian bayangkan, ya!"

"Ck! Kami hanya penasaran, kok. Kalau kau mau lanjut untuk mulai menyukainya kami juga tidak masalah." Jimin berucap sembari mencebikkan bibir.

"Hah? M-menyukai? Bukan seperti itu."

"Kalau kau tidak menyukainya kenapa kau repot-repot membeli rumah itu?" tanya Taehyung heran.

"Eh." Hoseok terkejut. Iya juga, ya. Kenapa ia repot-repot membeli rumah itu, ya? Awalnya Hoseok hanya merasa kasihan pada Jungkook, tapi ia sedari dulu tidak pernah begini.

"Kau sedikit berubah. Kau tahu?" Taehyung terkekeh. "Itu bagus. Kau nampak lebih manusiawi daripada Hoseok yang kukenal. Kau lebih bisa mengerti arti dari menolong yang sesungguhnya."

"Benarkah?"

Jimin menghela napas lalu mengambil telapak tangan Hoseok dan menggenggamnya erat. "Sejujurnya aku merasa senang dengan perubahanmu akhir-akhir ini. Aku merasa harus berterimakasih pada Yeonwoo, karena berkatnya aku bisa melihat sisimu yang lain."

"Kalian membuatku jadi merasa sedih. Sudah hentikan!" Ketiganya terkekeh bersama. Hoseok menyungging senyum. Mungkin memang benar, mungkin memang karena Jungkook ia bisa lebih menghargai orang-orang dan sekitar.

•••

Taehyung baru sampai di apartement sore harinya, setelah bermain seharian dengan Hoseok dan Jimin. Ia masuk ke dalam sembari mengernyit heran karena sudah melihat Yoongi rebahan dengan santai sembari melihat acara TV.

"Tumben Hyung sudah ada di rumah?" Taehyung memutuskan duduk di sofa dekat dengan Yoongi duduk. "Biasanya selalu larut malam."

"Sedang malas saja. Tidak boleh?" jawab Yoongi tanpa menoleh ke arah Taehyung.

"Aneh," gumam Taehyung yang masih nampak heran dengan keadaan saat ini.

Yoongi menoleh dan menatap Taehyung yang memandangnya dengan heran. "Ada apa dengan wajahmu?"

"Huh? Wajahku? Kenapa? Wajahku masih terlihat tampan meski belum mandi?" tanya Taehyung sembari berpose lucu. Yoongi mengernyitkan dahi dan pura-pura muntah yang menimbulkan tawa renyah dari Taehyung. "Aku tahu Hyung malu untuk mengakuinya. Tidak masalah," katanya sembari bangkit berdiri.

"Selesai mandi tolong buatkan aku nasi goreng, ya?"

"Apa?" Taehyung menoleh dengan wajah terkejut. "Hyung, memasak telur goreng saja gosong. Kau menyuruhku memasak nasi goreng? Kuyakin bukan hanya nasi yang tergoreng jika aku memasak. Aku tidak menyarankannya."

Yoongi menyungging alis dengan pandangan mencemooh. "Cih! Ternyata kau sama sekali tidak memiliki banyak keahlian," ucap Yoongi.

"Oh, tentu aku punya keahlian lain yang bisa kubanggakan."

"Aku tidak percaya pada kata-kata seseorang yang menggoreng telur saja tidak bisa."

"Yah ... setidaknya aku pernah membuat seseorang mendesah," kata Taehyung lalu memandang Yoongi dengan senyum sinis. "A blowjob." Taehyung buru-buru melarikan diri saat melihat Yoongi bangun dan mengejarnya.

"Ya! Aku bercanda, Hyung!" teriak Taehyung sembari berlari menuju kamar. Ia hanya berniat menggoda Yoongi untuk membalas dendam kejadian kemarin.

Yoongi masih terus mengejarnya, menciptakan tawa untuk keduanya. Tangan Taehyung dicekal lalu satu tangan Yoongi yang bebas memeluk pinggangnya.

"Aku bercanda, Hyung. Sekarang kumohon lepaskan aku," pinta Taehyung sembari meronta dari pelukan Yoongi.

Yoongi berbisik di telinga Taehyung. "Ingat, kau dan aku memiliki sebuah kartu yang disebut friend with benefits."

Taehyung menelan ludah. Sebuah kesalahan ia menggoda Yoongi dan kini ia harus menerima akibatnya. Yoongi tidak akan mengampuni, meski ia memintanya.


KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang