#27

270 41 7
                                    

Bagi Taehyung, Yibo adalah sosok teman sekaligus orang yang ia kenal dekat di sini. Pria itu yang pertama kali menawarkan diri untuk membantu dan Taehyung mengiyakan. Perkenalan keduanya terjalin karena relasi bisnis dua Perusahaan yang Seojoon capai untuk kemudian diserahkan pada Taehyung agar diurusnya. Yibo sosok yang ramah, kalem, dan penyayang. Tutur katanya lembut dan begitu pengertian. Terlebih pada Taehyung yang notabene tengah berbadan dua saat ini. Taehyung juga tidak sungkan untuk bermanja-manja pada Yibo, sebab ia sudah terlalu nyaman dengan kehadiran Yibo di hari-harinya. Soal perasaan, entahlah. Taehyung masih menata hatinya, belum memikirkan soal jatuh cinta lagi dan bila Yibo adalah seseorang yang di kemudian hari membuatnya jatuh cinta, itu tidaklah sulit untuknya nanti. Untuk sekarang ia hanya ingin menikmati kebersamaan seperti ini.

Kehamilannya yang semakin membesar dan butuh perhatian lebih pada akhirnya membuat Yibo akhirnya pindah dan tinggal bersama di apartemen Taehyung. Setiap malam Taehyung akan meminta Yibo mengelus perutnya. Seperti malam ini Taehyung yang tidur miring dengan Yibo yang memeluknya dari belakang dan mengusap-usap perut buncitnya.

"Akhir-akhir ini aku suka merasa aneh," kata Taehyung yang membuat kedua alis Yibo mengernyit. "Aku seperti diikuti."

"Hah?" Taehyung berbalik. Kali ini posisi keduanya saling berhadap-hadapan.

Taehyung mengangguk. "Iya. Aku seperti merasa seseorang mengamatiku setiap kali aku keluar rumah."

"Kau takut?" Taehyung menggeleng. "Mulai sekarang jangan keluar rumah sendirian. Hubungi aku atau setidaknya aku yang harus mengantarmu ke mana pun. Orangtuamu menitipkanmu padaku, jadi aku juga ikut bertanggungjawab." Taehyung terkekeh dan spontan merapikan anak rambut Yibo yang menutupi mata.

"Sekarang kau semakin cerewet saja," kata Taehyung tersenyum. "Dulu awal kita kenal, kau memiliki kesan intimidasi yang kuat. Aku sempat ragu apa kita bisa menjadi relasi yang sempurna, ternyata setelah mengenalmu kau punya sisi yang berbeda."

"Seperti apa?"

"Hangat dan terasa seperti rumah," ucap Taehyung kemudian menatap mata Yibo. Keduanya terdiam, saling menyelami perasaan lewat tatapan mata. Yibo memutus kontak lebih dulu dan tersenyum lembut.

"Sekarang tidur. Pria hamil tidak boleh tidur larut malam," ucapnya usil. Mendengarnya Taehyung mendengus, kemudian membawa tubuhnya mendekat untuk didekap. Yibo menepuk-nepuk punggung Taehyung hingga dirinya merasakan Taehyung jatuh tertidur.

•••

Bangun tidur dirinya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar komplek apartemen. Yibo sudah pergi ke kantor setengah jam yang lalu, setelah keduanya sarapan bersama. Bosan dengan rutinitas yang itu-itu saja membuat Taehyung jadi jenuh, hingga ia memutuskan untuk keluar apartemen. Para tetangga yang mengenalnya sesekali menyapa setiap kali bertemu.

"Ni hao."

"Ni hao," sapa Taehyung dengan senyum ramahnya. Ia memutuskan pergi ke area taman di mana banyak anak-anak kecil bermain bersama ibu atau babysitter mereka.

Taehyung sesekali bermain dengan mereka, bermain kejar-kejaran dengan langkah kecil kaki mungil mereka. Taehyung menyukai anak-anak dan ia beruntung akan segera memilikinya sendiri. Puas bermain ia memutuskan duduk di salah satu bangku, setelah membeli sebotol air mineral. Ternyata hamil itu sungguh berat, baru bergerak sebentar Taehyung sudah begitu kelelahan.

"Nak, Papi jadi penasaran akan seperti apa dirimu, setelah kau lahir nanti. Yang selalu Papi doa'kan kau lahir dengan sehat dan selamat, karena Papi sudah tidak sabar untuk bertemu denganmu." Taehyung berkata sembari mengusap-usap perutnya dan bayi dalam kandungannya akan merespon dengan tendangan kecil yang membuatnya terkekeh gemas.

Perlahan ia bangun untuk pulang, jalannya nampak hati-hati sebab perutnya yang besar tidak bisa ia ajak kompromi. Meski diri sendiri berhati-hati belum tentu orang lain akan melakukan hal yang sama, terbukti setelah beberapa kali melangkah sebuah sepeda berlari cepat menuju ke arah Taehyung. Kemungkinan terjadi rem blong dan pengendara kesusahan menyeimbangkan sepedanya yang melaju cepat.

"Aaaaa ...." Taehyung berbalik pada arah suara teriakan itu dan belum sempat menghindar sepeda itu menyerempet bahu kanannya dan membuat Taehyung terjatuh.

"Akh!" Taehyung mendesis kala nyeri tiba-tiba menjalar dari bokong hingga kini ke perutnya. "A-akh, t-tolong aku." Taehyung berteriak dan beberapa orang mulai mengerubunginya. Salah satunya dengan cekatan menelepon ambulan untuk membawa Taehyung ke rumah sakit, setelah melihat darah mulai merembes dari balik celananya.

Para suster penjaga segera bergegas begitu ambulan tiba di rumah sakit. Taehyung meringis sakit di atas brangkar yang didorong masuk ke dalam unit gawat darurat. Beberapa suster sibuk membawa peralatan cek medis.

"You wǒmen keyǐ liánxì de rén ma? Bìngrén yào lìjí dòngshǒushù. *(Apakah ada orang yang bisa kita hubungi? Pasien harus segera dioperasi.)"

"Hǎo de. *(Baik)." Salah satu suster yang menangani segera mencari kartu identitas Taehyung dan secara kebetulan ponselnya berdering menampilkan nama Yibo di sana. Suster segera mengangkatnya dan memberitahu Yibo tentang Taehyung yang dilarikan ke rumah sakit.

Yibo datang dengan wajah panik mencari ke segala arah ruangan kamar dalam unit gawat darurat. Seorang suster menghampiri dan menunjukkan padanya di mana Taehyung berada saat ini. Yibo memandang sedih Taehyung yang tengah meringis kesakitan lalu mengambil tangan itu untuk ia genggam.

"Aku tahu kau kuat. Tidak apa-apa. Jangan panik," ucap Yibo sembari mengusap-usap punggung tangan Taehyung. Dalam rasa sakit yang dirasanya Taehyung menyempatkan diri terkekeh.

"Sepertinya bukan aku yang panik, tapi kau. Lihat wajahmu," ledek Taehyung. Suster datang dan memberi tahu Yibo untuk mengurus prosedur operasi, sementara Taehyung dibawa ke ruang tindakan.

Selesai urusan dengan administrasinya, Yibo mengambil ponsel dan segera menelepon kedua orangtua Taehyung.

Hyungsik datang ke ruang rapat sembari membuka pintu sedikit keras sehingga menimbulkan tatapan heran dari beberapa direksi perusahaan. Seojoon menatapnya dari kursi tempat ia duduk dengan pandangan bertanya.

"Maaf," ucap Hyungsik. "Seojoon-ah, aku mendapat kabar beruang kita melahirkan." Mendengar kata melahirkan seketika Seojoon bangkit berdiri dan meninggalkan ruang rapat diikuti oleh Hyungsik di belakang.

"Memangnya sejak kapan presdir memiliki peliharaan? Dan lagi seekor beruang betina?" bisik salah satu direksi pada teman di sampingnya.

"Aku juga tidak tahu," balasnya.

Seojoon dan Hyungsik bergegas menuju bandara dan mengambil penerbangan apa saja yang paling cepat untuk take-off.

Yibo memandang khawatir pintu ruang operasi sembari terus memanjatkan doa, agar proses persalinan Taehyung lancar dan keduanya kembali dengan selamat dan sehat.

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang