#39

169 26 4
                                    


Taehyung berkacak pinggang, kedua matanya memicing dan mulutnya sesekali mendengus. Sedangkan Yibo dengan santai memakai kemejanya sembari menatap tingkah Taehyung yang sejak tadi tidak lelah mengikutinya ke sana kemari. Yibo tersenyum lewat pantulan cermin dan lagi-lagi Taehyung memicing garang.

Yibo mengambil dasi kemudian berbalik dan meminta Taehyung untuk memasangkannya. Taehyung mendengus dan dengan telaten memasang dasi di leher kemeja milik Yibo. Selesai dengan itu kedua tangan Yibo terangkat dan mencubit gemas pipi Taehyung.

"Terima kasih, Sayangku." Yibo kemudian berlalu mengambil tas kemudian jasnya. Taehyung yang melihat tingkah sang suami akhirnya tertawa.

"Pfffft ... kau ingin ke kantor dengan penampilan seperti itu?"

"Memangnya ada yang salah dengan penampilanku?" tanya Yibo heran. Taehyung terkekeh kemudian.

"Setidaknya pakai celanamu, Sayang. Kau tidak mungkin ke kantor hanya memakai boxer, 'kan?" Yibo melarikan pandangannya ke bawah dan meringis karena ternyata ia lupa tak memasang celananya.

"Ini fashion," ucap Yibo sambil melangkah ke arah Taehyung kemudian mencium bibir suaminya sembari mengambil celana digenggaman Taehyung. "Aku berangkat."

Taehyung tersenyum lebar dan mengangguk. Ia mengantar Yibo keluar kamar setelah suaminya selesai mengenakan celana.

"Jangan lupa makan. Ingat, kau baru saja sembuh. Aku tidak ingin melihat kau sakit lagi," ucap Taehyung menasihati.

"Oke. Hari ini tidak ada acara pergi bersama sahabat-sahabatmu?" tanya Yibo.

"Aku akan pergi bertemu Daehyung hyung. Katanya ia rindu Yi-yoon jadi aku akan mengajak Yi-yoon berkunjung ke rumah utama."

"Salam untuk semuanya, ya. Aku pergi." Yibo mengecup kening Taehyung, sebelum keluar dari pintu apartemen mereka.

Taehyung sampai di rumah utama bersama Yi-yoon. Mereka disambut oleh para pelayan yang sudah gemas melihat Yi-yoon begitu anak itu turun dari mobil. Para pelayan langsung berebut untuk mengajak tuan muda kecil mereka bermain di taman belakang.

"Papa tidak ke kantor?" tanya Taehyung pada Seojoon yang masih santai membaca koran paginya. Seojoon memeluk Taehyung yang menghampirinya dan mengecup pucuk kepala Taehyung.

"Tidak. Papa mau pensiun. Kan sudah ada suamimu yang menjalankan perusahaa—argh, akh. Kenapa Papa dicubit?" ucap Seojoon meringis nyeri kala tangan Taehyung mencubit pinggang jomponya.

Taehyung mendecak. "Gara-gara Papa suamiku sering begadang hingga sakit. Papa terlalu memberinya banyak beban," sungut Taehyung dengan bibir cemberut.

"Ya, mau bagaimana lagi? Yibo menantu Papa. Mau menyerahkan perusahaan ke cucu, Yi-yoon belum cukup umur." Kali ini mata Taehyung mendelik dan menimbulkan tawa dari Seojoon.

"Bercandanya tidak lucu."

"Hihihi." Seojoon tertawa. "Kapan kalian mau memberikan kami cucu lagi?" Lagi-lagi bola mata Taehyung mendelik. "Kalian sudah menikah hampir setahun, loh. Ayo, dong, kapan Papa punya cucu? Setidaknya berikan Papa cucu perempuan."

"Kenapa Papa mengharapkan cucu perempuan? Sudah ada Yi-yoon," ucap Taehyung. "Lagi pula kami belum sempat mendiskusikannya."

Seojoon menghela napas. "Papa iri dengan teman-teman main golf. Mereka setiap bermain selalu membawa cucu perempuan mereka dan membanggakannya di depan Papa. Mereka begini, mereka begitu. Blablabla," ujar Seoojon yang membuat Taehyung terkikik.

"Astaga. Ternyata begitu ceritanya."


•••


Daehyung bingung.

Kenapa setiap kali ia mengingat kejadian tempo hari di taman bermain, ia selalu merasa wajahnya panas dan memerah. Jantungnya juga berdegup tidak karuan setiap kali wajah Yoongi muncul dalam pikirannya.

Hoseok yang melihat Daehyung tak fokus sama sekali mengernyit aneh. Tumben sekali Daehyung melamun di jam kerja begini. Biasanya lelaki itu akan selalu fokus pada apa pun yang dikerjakannya.

"Hyung!" seru Hoseok karena sejak tadi Daehyung tidak menanggapi panggilannya. "Hyung." Hoseok memanggilnya sekali lagi dengan tepukan di bahunya.

"Hah?" Daehyung tersentak dan menoleh ke samping. "Ya?"

"Hyung, sejak tadi melamun. Hyung mengkhawatir sesuatu?" tanya Hoseok dengan tatapan khawatir di wajah yang selalu murah senyum itu.

"T-tidak. Aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatirkan aku, Seok-ah."

Hoseok memicing curiga. "Hyung akhir-akhir ini suka sekali melamun. Patah hati?"

"Dari siapa?" tanya Daehyung.

"Aku tanya," balas Hoseok sembari mendengus.

Daehyung terkekeh. "Pacar saja tidak ada. Bagaimana bisa patah hati."

"Aku hanya mengira-ira. Kalau begitu apa Hyung sedang jatuh cinta? Soalnya beberapa orang kalau jatuh cinta kelakuannya macam orang kesambet setan saja."

"Hah? Tadi kau bilang apa?"

"Kesambet setan?"

Daehyung menggeleng. "Bukan-bukan, sebelum itu."

"Oh, jatuh cinta?"

"Iya! Itu. Maksudnya apa?"

Kali ini giliran Hoseok yang bingung. "Maksud Hyung adalah maksud dari jatuh cinta begitu? Atau bagaimana?"

"Iya. Kenapa kau bisa berkata begitu? Memang ada fakta valid yang mengatakan sering melamun itu karena jatuh cinta?"

Hoseok menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Memang tidak ada fakta validnya, tapi Hyung bisa bertanya pada Taehyung."

"Kok, Taehyung?"

"Karena Taehyung juga sepertimu saat jatuh cinta. Melamun, pipinya merah, malu sendiri, senyum-senyum sendiri." Hoseok meng-list apa saja yang dulu ia amati dari Taehyung. Kedua telapak tangan Daehyung terangkat dan menangkup dagunya..

"Memang aku benar terlihat seperti itu?" tanya Daehyung penasaran. Hoseok mengangguk dan menangkap sosok yang ia kenali masuk ke dalam ruang studio agensinya.

"Loh, Yoongi Hyung."

Deg.

Daehyung berbalik dengan kedua bola matanya yang membola. Yoongi berdiri di sana didekat pintu keluar dengan setelan jas rapi kemudian melambai ke arah Hoseok dan Daehyung.

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang